Bab 3
Selamat hari Minggu
Happy reading
Love yeahhh 💋💋💋
***
"Jadi, sebenarnya lo ada hubungan apa sama Kris?"
Seharian Mawar menyibukkan diri agar Dino tidak heboh atas insiden kemarin. Dia sudah mengisikan kuota Dino dan mentransfer 200.000 untuk pengganti janji traktiran makan all you can eat yang dia janjikan. Sudah Mawar konfirmasi via whatsap, lalu dia sengaja tidak membuka whatsap lagi agar statusnya tidak online. Agar Dino tidak berhak marah saat pesannya tidak dibalas.
Namun, dasar pria rempong, ternyata Dino tidak menyerah juga. Dia sengaja menghampiri saat Mawar sedang berkemas, hendak pulang.
"Nggak usah sok tuli, Buk. Tar tuli beneran." Dino mengambil kunci motor dari atas meja Mawar.
Kegiatan berkemas Mawar terhenti. Dia menghempaskan pelan tasnya di atas meja lalu merosotkan bahunya. Melirik Dino malas.
"Aku buru-buru harus pulang, No."
"Sejak kapan lo buru-buru? Sejak Kris mulai nguntitin elo?"
"Kan udah dibilang--"
"Nonsense! Nggak masuk akal. Menurut sumber gue yang terpercaya, lo semalam check in sama dia kan? Ngapain lo?"
Dan lagi ... Mawar kehabisan kata-kata. Sialan benar Kris ini. Tidak bisa apa memilih hotel yang lebih aman? Lagi pula, dari mana sumber si Dino sialan ini mengenalinya? Perasaan Mawar, yang mengenali dia hanyalah teman-temannya saja karena dia tidak aktif bergaul juga di sosial media.
"Aku bisa jelasin ...." Kata-kata itu meluncur begitu saja, membuat Mawar merasa telah salah berucap saat melihat Dino memasang senyum penuh kemenangan.
***
Di sebuah restoran Korea, duduklah Mawar di antara beberapa orang. Dino memang super duper licik. Keterlaluan. Brengsek. Bajingan. Semua yang buruk-buruk telah diborong oleh lelaki yang terlihat normal tetapi berjiwa perempuan itu. Mana ada lelaki normal berpikiran seperti Dino ini. Sudahlah mencampuri urusan Mawar begitu dalam, pakai berkolaborasi dengan para sahabat Mawar pula. Membuat Mawar tidak berkutik.
"Jadi ....?" Izzy, nama beken teman Mawar yang bernama asli Azizah pun bertanya.
Mawar hanya tersenyum lemas yang terpaksa. Bingung harus memulai dari mana.
"Ini ... Krisnya Siska nggak sih?" Gantian, sahabat Mawar bernama Bella yang bertanya.
Dan kali ini, Mawar hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak berkutu juga berketombean.
"Ini orangnya!" seru Dino sambil memberikan ponselnya ke Bella yang duduk tepat di sebelah Mawar. Ingin Mawar rebut, tapi Bella bergerak lebih cepat.
"Astaga ...." Wanita yang sama lebay-nya dengan Dino itu pun memasang wajah kaget yang ceria ... lebih ke menertawakan--di mata Mawar.
"Mana-mana?" Lalu ponsel itu berpindah tangan ke Izzy. Wanita mungil yang tubuhnya hanya semeter lebih sedikit ini pun memasang ekspresi kaget sambil menaikkan sebelah alisnya, menatap Mawar seperti sedang mempertanyakan.
"Jangan dihakimi gitu ah, semua manusia juga pernah salah," ucap Dino sok bijak. Membuat Mawar langsung memasang lirikan kesal.
"Diam nggak!" geram Mawar.
"Ih, dibelain juga!"
"Nggak butuh!"
"Udah-udah, jangan mengalihkan pembicaraan. Ini bener banget Krisnya Siska. Aku pernah ketemu dua kali. Pernah lihat foto-foto mereka juga. Jadi ... beneran kamu ada apa-apa sama laki-laki ini?" Bella menengahi. Dia duduk menyamping agar bisa melihat Mawar yang duduk di sebelahnya dengan jelas.
Kini, semua orang melihat ke arahnya. Mawar merasa malu. Benar-benar malu. Terutama karena apa yang dipertanyakan oleh teman-temannya memanglah hal memalukan. Beruntungnya, pelayan datang untuk menyajikan daging mentah dengan irisan tipis di hadapan mereka.
"Kita belum ambil bahan masakan yang lain loh. Aku laper, kayaknya nggak bakalan kenyang kalau daging doang." Mawar langsung berdiri. Untungnya tidak ada yang mendebat. Semua perempuan berpencar untuk mengambil apa yang mereka sukai karena memang batas pengambilan bahan makanan yang gratis hanya diberi waktu maksimal satu jam.
Saat berkeliling itulah Mawar mendapatkan panggilan dari Kris. Sungguh bukan waktu yang tepat. Mau diangkat, itu hanya akan memancing kekepoan teman-temannya lebih banyak. Tidak diangkat, Kris terus meneleponnya, berulang kali. Tidak seperti biasanya yang hanya memanggil sekali dan jika tidak diangkat lelaki itu akan meninggalkan pesan.
Mawar berdekham lalu melirik sekitar, bertingkah layaknya seseorang yang akan melakukan tindak kejahatan dan sedang memastikan situasi sedang aman.
"Halo?" ucapnya pelan.
"Kamu di mana? Suaranya kok lembut sekali?"
Dih, kenapa percakapannya jadi akrab sekali? Mawar merutuk dalam hati.
"Lagi sama temen-temen. Kenapa?"
"Di mana? Lagi makan siang ya?"
"Ini udah malam, Bapaaakkkk ...."
Kris yang jauh di sana pun tertawa. "Baru bangun jadi nggak tau hari. Jadi, kamu makan malam di mana?"
"Kok baru bangun jam segini?"
"Ya ... semalam sehabis dari rumah kamu, aku harus pulang dulu karena ada masalah sedikit di rumah. Terus begitu selesai aku ke sini lagi. Baru tidur jam 9 pagi tadi."
"Jadi, baru bangun banget? Belum mandi belum ngapa-ngapain?"
"Iyaaaaa, Ibuk. Jadi, kamu di mana makannya?"
Mawar terdiam. Percakapan ini terlalu intim baginya. Mendadak jadi aneh. Biasanya nada bicara Kris tidak selembut ini. Tidak pula bertanya hal yang seremeh ini melalui panggilan.
"Tadi nelepon mau ngapain? Sampe berulang kali."
"Kangen."
Fix, Kris sudah gila. Kangen?? Kangen??? Maksudnya kangen ewitah sikidipapap gitu? Lelaki itu pikir setelah semua yang terjadi, mereka bisa kembali seliar biasanya? Tidak ada jeda? Tidak ada masa tenggang demi menetralkan semuanya???
"Makanya ... kamu makan di mana? Aku ke sana, ya?"
Sepertinya bukan kangen 'itu' sih, kalau nyamperin. Mawar menegur dirinya sendiri dalam hati. Untung saja dia tidak mengungkapkan tuduhannya. Kalau iya, dia bisa mati karena malu.
"Aku lagi sama temen-temen, nggak usah resek deh."
"Kan teman kamu bisa jadi teman aku juga. Siapa sih? Yang namanya Bella?"
Lagi, jiwa overthinking Mawar pun kumat. Jangan jangan, Kris mengingat Bella karena Bella cantik. Jangan-jangan, dia semangat untuk datang karena Bella. Jangan-jangan, meski nantinya Kris tidak mendekati Bella, sebenarnya lelaki itu lebih tertarik pada sahabat Mawar yang tinggi semampai dan berparas rupawan itu.
"Nggak usah ke sini deh. Lagi pula aneh banget mendadak mau gabung sama temen-temenku. Emang kamu nggak ada kegiatan lain apa?" Mawar tidak bisa meredakan emosi pasca dugaan-dugaan negatifnya menggunung.
"Nggak ada kegiatan dan lapar. Kamu di mana?"
Ngeyel banget sih! Gerutu Mawar dalam hati.
Ponsel yang menempel di telinga Mawar terlepas, membuatnya menoleh ke belakang, dan kaget saat kedua teman perempuannya ada di sana.
"Kami di--" Bella menyebutkan nama tempatnya dan langsung mematikan panggilan.
"Kalian apa-apaan--"
"Kamu yang apa-apaan. Gimana nggak kabur tuh semua laki-laki yang pernah dekat sama kamu. Buk, dia tuh lagi berusaha deket sama kamu, sama teman-teman kamu. Ngerti kode dikit ngapa bukkkkk?"
"Kalian nggak ngerti!" ucap Mawar putus asa. "Kami itu nggak dekat dalam artian normal."
"Yakin ... aku nggak ngerti?" Bela melipat tangannya di dada dan memasang ekspresi menantang. Pun, Izzy.
Mawar kalah telak. Bella adalah orang yang tidak melibatkan perasaan dalam setiap hubungan. Jika ditanya berapa kali berpacaran jawabannya hanya dua kali. Tapi, berapa banyak lelaki yang pernah dekat dengannya layaknya pacar, lebih dari sepuluh. Wanita itu punya self defense yang kuat. Dia tidak ingin direpotkan dengan urusan asmara. Baginya cinta itu basa basi yang tidaklah nyata. Jika sedang ingin dimanja, dia akan bersikap manja. Jika sedang ingin mendapatkan sentuhan fisik, dia akan menyentuh. Aturannya jelas, mau sama mau, sama-sama single. Dan pada akhirnya, dia terikat dalam janji pernikahan dengan salah satu mantan 'teman dekat'-nya itu.
"Ya tapi ... ini Kris loh. Kalian paham kan?"
Kedua perempuan itu menggelengkan kepala.
"Astagaaaa ...." Mawar menggeram sambil memejamkan matanya. Benar-benar frustasi. Bahkan matanya mulai memanas. Dia kesal, marah, dan sedih dalam waktu bersamaan. Perasaannya sedang sangat berapi-api untuk situasi yang sebenarnya biasa saja. Sejak kehamilannya kemarin, atau mungkin dugaan kehamilannya kemarin, dia memang jadi lebih sensitif. Hatinya jadi lebih rapuh.
"Gini deh, Be," Izzy menginterupsi, "kita kelarin ambil makanannya terus kita duduk. Kita ngomong baik-baik." Lalu, dia menoleh ke arah Bella. "Jangan terlalu keras, Buk. Orang yang lagi ngalamin nggak akan bisa berpikiran sejernih kita yang nggak lagi ngalamin."
"Maksud kamu aku lagi nggak berpikir jernih?!" Tanpa bisa Mawar cegah, dia pun menyemprot Izzy.
"Kayaknya bener deh, apa yang kamu bilang, Be," ucap Bella yang terlihat prihatin kepada Izzy.
Mawar pun semakin geram. Semua karena Kris. Benar-benar lelaki kardus sialan!!!
NB
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top