Bab 18

"Bisa-bisanya kalian bertemu padahal sudah dilarang!" Ayah Mawar menarik dengan kasar, menjauhkan Mawar dari Kris. "Baju siapa kamu pake ini?" tanyanya sambil meneliti kaos yang Mawar pakai.

Mawar memaki dirinya dalam hati. Salahnya juga tidak sigap langsung mengganti pakaian dengan kaos miliknya sendiri.

"Ta ... tadi baju Mawar ...." Ingin sekali Mawar berbohong, tapi dia tidak menemukan 1 alasan pun untuk diungkapkan.

"Kami melakukan kesalahan lagi. Tadi." Kris berkata santai dan penuh penegasan.

"Kesalahan?" Ibu Mawar bertanya dengan nada agak tinggi. Wajahnya tegang karena amarah. Mawar merasa ibunya bisa menebak arah ucapan Kris, tetapi masih bertanya hanya untuk memastikan.

"Kris, tolong jangan nambah masalah," pinta Mawar.

"Mereka harus tau, Mawar. Mereka juga berperan dalam setiap kesalahan yang kita lakukan."

"Kesalahan apa?" Gantian, Ibu Kris yang bertanya. "Kalian berhubungan lagi? Ha? Kalian berzina lagi???" Dia histeris.

"Kamu memperalat anak saya?" Ayah Mawar menghampiri Kris dan mendaratkan satu pukulan kuat di rahangnya.

"Astaga!!!" Dino sedikit terlambat mengambil tindakan. Dia baru menahan ayah Mawar setelah Kris jatuh terkapar. "Pak, tolong jangan melibatkan kekerasan."

"Ini semua karena kamu! Dasar murahan!" Ibu Kris menghampiri Mawar dan menamparnya.

"Eh, Buk! Jangan!" Ayah Kris menarik istrinya menjauh dari Mawar.

"Ibu jangan seenaknya sama anak saya!" teriak Ibu Mawar.

"Anak kamu suruh jangan seenaknya sama anak saya!" balas ibu Kris sambil menunjuk Mawar.

"Anak Ibu yang harusnya diajari agar jangan merusak anak perempuan orang!"

"Anak kamu sudah rusak sejak awal! Tubuhnya rusak jiwanya rusak!"

Mawar tidak bisa fokus pada perdebatan para ibu. Dia ingin melindungi Kris dari amarah ayahnya. Kris memang sudah berdiri lagi dan tampak biasa saja dengan tinjuan tadi. Tapi, Mawar tetap tidak tega.

"Kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatan kamu!" Ayah Mawar yang masih ditahan Dino pun menuntut.

"Saya siap bertanggung jawab. Saya mau menikahi Mawar. Memang itu rencana saya sejak awal." Kris justru terlihat senang.

"Mereka tidak akan menikah! Tidak ada yang perlu dipertanggung jawabkan!!!" Ibu Kris berteriak marah.

"Anda perempuan! Jangan mentang-mentang tidak ada anak perempuan Anda jadi berhati keji seperti itu!" Ayah Mawar juga balas berteriak.

"Justru karena saya perempuan makanya saya bisa berkata seperti ini! Saya tidak akan sudi anak saya menikahi perempuan yang justru menikmati kehidupan bebas dan tidak bersedia mempertanggungjawabkan kesalahan yang dia buat!"

"Buk, Pak, kita bisa bicarakan semua—" Leraian Izzy diabaikan oleh kedua belah pihak.

"Kok anak saya yang harus bertanggung jawab? Anak kamu lah! Kalau anak saya yang mempertanggungjawabi Kris, suruh saja anak kamu pakai rok!" seru ibu Mawar.

"Kalau kamu tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, siapa sebenarnya anakmu yang sok polos ini, kamu tidak usah bicara!!!"

Sebegitu buruknya citranya di mata Ibu Kris. Mawar merasa rendah diri. Ada benarnya karena dia memang sukarela diajak bersenggama oleh Kris. Menurut norma yang diajarkan padanya, dia harus suci sampai malam pertama tiba. Malam pertama dengan status menikah, tentu saja.

"Tapi, yang membuat dia seperti itu Kris, Bu. Mawar memberikan keperawanannya pada Kris!!!"

Ucapan itu kembali dihadiahi bogeman mentah. "Memang kamu yang merusak anak saya!"

"Pak!!! Jangan!!!" Mawar berteriak. Dia mengejar Kris dan menangis sambil memeluk lelaki yang kini terduduk lagi itu. Ada garis merah keunguan di pipi dan rahangnya. Tapi, Kris tidak tampak kesakitan sama sekali.

"Kalian menghalangi mereka bersatu, sama saja kalian merusak mereka lebih jauh!!!" teriak Izzy. Menunjuk para orang tua satu per satu, menatap mereka bengis.

"Diam kamu! Tidak usah ikut campur!" Ibu Kris tidak mau kalah.

"Tante yang diam!"

Ibu Kris kaget dibantah secepat dan setegas itu. Dia pun terdiam.

"Kris merusak Mawar, Mawar bersedia dirusak Kris. Itu kalau memakai bahasa kalian. Padahal yang rusak itu kalian!" Meski berkata kalian, Izzy kini hanya menunjuk Ibu Kris.

"Good job, Babe!" Dino yang tadinya memegangi ayah Mawar malah mengendorkan pegangannya sambil tersenyum bangga.

"Diam kamu!" Izzy membesarkan matanya. Membuat senyum di bibir Dino lenyap seketika. "Mereka melakukan kesalahan, tapi mereka saling memperbaiki diri. Kalian malah seperti mendorong mereka untuk tetap melakukan kesalahan. Menurut Ibu kenapa Kris berkoar dia habis menggagahi Mawar tadi, dengan bangganya?"

Baru saja Ibu Kris membuka mulut, Izzy kembali berbicara. "Karena dia ingin kalian sadar, disatukan atau tidak, dinikahkan atau tidak, mereka akan tetap bersama dan terus melakukan hal yang sama!!! Ibu paham nggak sih? Kris itu butuhnya Mawar yang kata Ibu rusak itu! Mau Mawar rusak kek, retak kek, utuh kek. Itu kan urusan Kris. Emangnya Ibu yang mau nikah sama Mawar, yang tiap hari tidur sama dia?"

"Kamu masih muda, nggak tau apa-apa!" Ibu Kris melipat tangan di dada, membuang muka.

"Ibu nikahin Kris sama perempuan solehah, anggaplah dia nurut karena Ibu ngancam mau bunuh diri. Tapi dia nggak cinta, nggak selera, jangankan untuk buat anak, untuk ngobrol aja dia g bersedia dan akhirnya malah melampiaskan nafsunya sama perempuan-perempuan di luar sana. Apa nggak makin dosa?"

"Betul itu!" Ibu Mawar menimpali. "Toh, di sini, seburuk-buruknya Mawar, lebih buruk Kris."

"Saya bisa bantu jabarin aib anak Ibu kalau Ibu mau," ucap Dino sambil menyeringai lebar.

"Diam kalian semua!!! Kalian bersekongkol menyerang saya! Kris itu anak saya. Anak kandung saya. Saya yang melahirkan dia jadi saya berhak menentukan apa yang terbaik untuk dia."

"Enggak begitu!!!!" Suara Izzy lebih menggelegar lagi. Bahkan wajahnya memerah dan rahangnya mengeras. Tangannya pun mengepal. "Terbaik untuk dia versi siapa?" Dia melangkah maju seolah ingin menunjukkan eksistensinya. "Versi Ibu? Selama ini Ibu ke mana aja saat dia melakukan hal-hal buruk? Kenapa Ibu mendadak ingin dia menjadi benar saat masalah jodoh? Ibu mau dia mendapatkan yang terbaik? Ha? Di mana Ibu saat dia hampir overdosis karena obat-obatan? Di mana Ibu saat dia gonta-ganti pasangan sehabis Ibu paksa berhenti berhubungan dengan Siska? Di mana Ibu saat dia ... saat dia berhenti melakukan semua itu dan menjalani hidup dengan lebih normal? Ibu tidak ada, tapi Mawar ada. Jadi yang menginginkan yang terbaik untuk Kris mungkin bukan Ibu, melainkan Mawar. Mungkin yang Ibu butuh bukan istri yang tepat untuk Kris, tapi menantu yang Ibu bisa banggakan ke semua orang karena Ibu malu punya anak seperti Kris! Hanya demi harga diri Ibu sendiri!"

Plak!!

Tamparan mendarat di pipi Izzy. Tapi, sama seperti Kris, Izzy tampak kebal akan sakit fisik. Dia memegang bekas tamparan itu. Bersikap santai karena masih sanggup tersenyum, di saat orang lain di ruangan itu terkesiap kaget. Namun, aura permusuhan yang dikeluarkan keduanya begitu kental. Membuat yang lain, bahkan Mawar, malah diam.

Izzy gantian melipat tangan di dada, menatap Ibu Kris dengan angkuh. "Sikap Ibu barusan membuktikan ucapan saya benar."

"Gilak, keren banget gebetan gue!" Sempat-sempatnya Dino berucap tanpa suara seperti itu pada Mawar.

Kris menyuruh Mawar membantunya berdiri. Sambil menggandeng tangan Mawar, dia berjalan hingga posisinya berada di antara orang tua Kris dan Mawar.

"Ibu tidak harus merestui kami, kalau memang tidak mau. Kris tidak akan membantah. Tapi, Kris jadi tidak akan memiliki harga sama sekali di depan keluarga Mawar. Entah mereka sudi atau tidak dengan perlakuan Ibu ini. Dan Mawar, dia bukan tipe wanita yang mendukung pasangannya melawan ibunya sendiri. Dulu dengan Siska pun, dia yang selalu menyuruh Kris tetap menjaga sikap pada Ibu meski Kris emosi atas ucapan dan sikap Ibu saat itu. Bahkan hingga saat ini, dia bersedia meninggalkan Kris kapan saja jika diperintahkan keluarganya. Kris yang memaksa dia bertemu. Kris tau dia mencintai Kris dan mudah luluh kalau kami bertemu. Kris ingin menikahi Mawar karena hubungan kami sudah terlalu jauh. Juga karena Kris memang mencintai Mawar. Jauh sebelum kalian mengetahui hubungan kami, Kris sudah merencanakan pernikahan itu."

"Tapi Mawar menolak kan?" Ibu Kris berucap sambil menangis. "Dia menjauhi kamu seperti Siska. Dia yang menginjak-injak harga diri kamu, sama seperti Siska!!!"

"Ma ... maksud Ibu?" Mawar bertanya tergagap.

"Kamu menolak ajakan Kris untuk serius bahkan kamu menggugurkan anak kalian!!!" Dia menunjuk Mawar dengan jari yang bergetar. Tidak hanya jadinya, seluruh tubuhnya pun bergetar seolah dipenuhi emosi. Tatapannya penuh kebencian.

"Kamu pernah menggugurkan kandungan, Mawar?" Ayah Mawar menghampiri Mawar lalu memegang kedua lengannya, memaksa Mawar menghadap ke arahnya. "Jawab Ayah, Mawar!! Kamu pernah menggugurkan kandungan??!"

NB

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top