Bab 16

Lama-lama, Kris jadi menyebalkan. Mawar sudah pusing memikirkan cara memperbaiki namanya di depan keluarganya, eh lelaki itu malah ikut berperan membuat kepalanya meledak dengan mengirimkan ancaman.

Awalnya Mawar berpikir semua hanya akal-akalan Dino si banci kaleng tapi tidak penyuka sesama jenis karena dia menyukai Izzy. Meski kadang Mawar mempertanyakan status kewanitaan Izzy, yang penting sejak lahir Izzy memang berjenis kelamin perempun. Bak film, mungkin Dino dan Izzy bisa berjodoh karena keduanya sama-sama memiliki karakter yang agak menyimpang dari bawaan gender masing-masing.

Namun, saat Mawar membuka blokir Kris dari kontaknya, barulah rentetan pesan dari lelaki itu masuk. Semua ada. Sungguh terniat sekali. Mulai dari bujukan, curahan hati, permohonan, ajakan, dan di pesan-pesan terbaru berubah jadi ancaman.

Sepertinya Kris marah. Dan karena selama mereka bersama Mawar tidak pernah melihat amarah lelaki itu, dia jadi merasa seram. Ingatannya tentang kemarahan Kris di masa lalu, saat lelaki itu tahu dirinya diduakan Siska, itu hanya berupa makian sejenak lalu pemutusan hubungan dalam semua bentuk. Mawar sedikit geer juga, karena di saat hatinya belum sepenuhnya percaya Kris mencintainya, lelaki itu begitu gigih ingin memperjuangkan kebersamaan mereka.

Rasa takut berbalut geer itulah yang membuat dia akhirnya bersedia bertemu dengan Kris. Berdua saja. Di tempat yang lelaki itu atur—ruko yang pernah Kris perlihatkan dan janjikan akan dijadikan tempat tinggal mereka.

"Semoga aku nggak dimutilasi, deh," ucapnya pelan sambil tersenyum miris. Dia tahu Kris tidak sebodoh itu. Hanya saja, dia berusaha sedikit bercanda dengan dirinya sendiri. Agar kecanggungan dalam dirinya sedikit memudar. Rasanya mudah meyakinkan diri kalau dia bisa hidup tanpa Kris kemarin, tetapi keyakinan itu kini goyah begitu saja. Dia ingin berlari memeluk Kris dan mengajar pria itu bersembunyi berdua, agar apa pun kenyataan pahit yang harus mereka hadapi, tidak bisa mengganggu kebersamaan mereka.

"Kenapa nggak masuk?" 

Mata Mawar memejam. Dalam hati dia mengumpat. Sibuk terbawa perasaan membuatnya lupa menajamkan telinga sehingga Kris kini sudah berdiri di belakangnya saja, dia tidak tahu.

Mawar menarik napas dalam lalu berusaha untuk memasang ekspresi datar sebelum memutar tubuhnya. "Baru sampe. Lagian mana mungkin aku masuk sembarangan. Nanti dikira maling, lagi." Dia berusaha tersenyum lebar seolah baru saja melempar ucapan lucu yang harusnya membuat mereka berdua tertawa.

"Aku udah lihatin kamu. Dari tadi. Dari sana." Kris menunjuk ke sisi seberang ruko di mana mobil Kris terparkir di pinggir jalan. Mawar menebak Kris sengaja parkir di sana, memang sudah merencanakan untuk membuatnya kaget. Dan ... itu membuatnya merasa marah.

"Kamu tuh!" Dengan geram dia hendak meninju Kris, tetapi lelaki itu dengan sigap mengelak. Membuat Mawar merasa semakin marah. Harusnya Kris tahu, karena Mawar tidak bisa mengendalikan emosinya--yang sebenarnya tidak perlu diperpanjang.

"Harusnya yang uring-uringan aku, loh, Sayang," protes Kris tidak terima. 

"Apa sih, sayang-sayang? Kita tuh--"

Ucapan Mawar terhenti saat Kris memajukan tubuhnya secepat kilat, kedua tangannya memegang siku Mawar seolah menggenggam sekaligus menahan agar Mawar tidak melangkah mundur, dan bibirnya mendarat dengan tekanan yang cukup membuat Mawar kaget sehingga bukannya menarik kepala ke belakang, kepalanya malah tertahan seolah ingin menunjukkan perlawanan. Mawar bersumpah dalam hati bahwa bibirnya yang mengerucut itu bukan untuk membalas ciuman. Itu karena dia tadinya mau protes, mau marah. Namun, dia hanya bisa diam saat Kris kemudian memindahkan bibirnya ke kening Mawar.

"Aku benar-benar rindu kamu. Tega sekali kamu menyiksa aku seberat ini." Tangan yang tadi memegang siku Mawar, kini mengelus. Membuat Mawar melembut. Membuatnya ingin berkata dia juga rindu, meski mati-matian ingin menghapus semua kenangan yang pernah mereka ukir bersama.

Terakhir, Kris memeluk Mawar. Erat. Seakan dengan pelukan itu, Kris menyerap segala apa yang ada pada diri Mawar, menambah kekuatan untuk dirinya sendiri. Mawar meyakini itu. Karena Kris terasa semakin bertenaga, sedangkan dia jadi loyo tak berdaya. Kakinya kini tak lagi kuat menopang bobot tubuhnya.

"Kita ngomong di dalam?" Kris bertanya dengan tubuh yang masih memeluk, tetapi agak merenggang sehingga dada dan wajah mereka berjarak.

Seperti orang bodoh, Mawar mengangguk. 

Kris ikut mengangguk lalu berjalan menuju ke pintu ruko. Mawar terpaksa mengekor karena tangannya digenggam. Karena tangan Kanan Kris menggandeng tangan Kiri Mawar, lelaki itu pun membuka gembok ruko dengan tangan kiri. Mawar ingin mencibir, tapi bibirnya masih kelu. Ingin menawarkan bantuan, tapi gengsi. Padahal setelah gembok itu, Kris masih harus memasukkan anak kunci dan memutarnya. Proteksi ganda. Belum lagi menggeser rolling door-nya.

"Okay, silakan masuk," ucap Kris setelah agak lama, karena memang proses membuka pintu ruko dengan satu tangan, terkhusus tangan kiri, tidak begitu mudah. 

Mawar tersenyum geli pada Kris yang sudah berdiri di dalam ruko dan menghadap ke arahnya, mempersilakan masuk. Padahal tangan mereka masih saling menggenggam. Adegan itu tidak pernah terbayang oleh Mawar. 

"Udah direnovasi, ya?" Mawar yang sudah masuk ke dalam ruko tergoda untuk mengedarkan pandangan ke isi ruangan yang memang sudah berubah sejak terakhir kali dia datangi. Bagian tengah yang dulu jadi pembatas sudah dirobohkan. Dindingnya sudah dipasang wallpaper dengan warna cokelat yang sangat lembut, nyaris seperti putih. Yang membuat Mawar kaget, di pojok ruangan ada bar kecil dengan beberapa kursi tinggi di depannya.

"Pelan-pelan dikerjain. Soalnya aku kurang fokus juga. Terlalu sibuk mikirin kamu."

"Ck!" Mawar langsung berdecak, merasa itu gombalan.

"Serius. Aku yang susah tidur, jadi makin susah tidur. Aku sampai minta resep obat penenang ke psikiater loh."

"Hah? Kamu gila?"

"Ke psikiater nggak harus gila. Lagi pula aku ke lokasi praktiknya kok, bukan ke yang di rumah sakit jiwa."

"Lebay nggak sih, kalau gitu aja ke psikiater?"

"Cuma supaya tenang aja. Soalnya aku emang jadi nggak bisa tidur. Terus karena kurang tidur, aku juga jadi makin temperamen. Ngaruh juga ke asam lambungku. Terus--" Kris seperti hendak berbicara lebih banyak dengan semangat menggebu, namun menghentikannya tiba-tiba. Membuat napasnya pun ikut tertahan sejenak. Lalu, lelaki itu membuang napas panjang. "Kesannya pasti aku lemah banget, ya, bagi kamu?" Sorotnya kini berubah sendu.

Entah iblis dari mana yang berhasil membutakan akal sehat Mawar. Namun, secara mendadak, tiba-tiba, tanpa dia sendiri duga, Mawar sudah memajukan tubuhnya dengan kedua tangan menahan dan menarik leher belakang Kris. Mawar mencium Kris dan lelaki itu segera membalasnya dengan sama sintingnya. Tidak cukup dengan itu, Kris menciumi rahang dan leher Mawar, sebelum kemudian kembali memagut bibir wanita itu dengan rakus. Mawar memeluk leher Kris, Kris memeluk pinggang Mawar. Mereka saling merapatkan lalu merenggangkan tubuh berulang kali seolah mereka ingin memastikan keberadaan dan keaslian satu sama lain dengan gesekan-gesekan sensual dari tubuh mereka.

"Sudah kubilang kita saling merindu, Sayang," bisik Kris dengan napas tersengal yang panas. Matanya berkabut, wajahnya sedikit memerah. Tangannya dengan tergesa masuk ke dalam sweater Mawar dan mendorong bra Mawar ke atas lalu tangannya meremas payudara Mawar dengan tekanan yang Mawar butuhkan untuk tetap membuatnya bergairah. Agar akal sehatnya tidak kembali.

"Kris ...." Mawar memohon.

Kris kembali mencium Mawar, lalu menggendong Mawar di depan, seperti menggendong koala. Lalu, Kris mendudukkan Mawar di kursi bar. Menarik sweater Mawar hingga terlepas. Menempelkan bibirnya di puncak payudara Mawar yang sudah mengeras. Tidak hanya menghisapnya, lelaki itu memainkan lidahnya di sana. 

Rasa geli dan nikmat yang Mawar rasakan membuat dadanya membusung. Otot kakinya yang mengangkang dengan tubuh Kris berada di tenganya, mengencang. Kewanitaannya berdenyut. Berkedut-kedut. Dan baru saja Mawar hendak memejamkan mata, lelaki itu sudah melepaskan kulumannya di sana. 

Mawar merasa kehilangan. Dan rasa marahnya lebih besar dari rasa marahnya saat merasa dikerjai Kris di teras ruko tadi. Tapi saat melihat lelaki itu melepaskan kaosnya sendiri, Mawar merasa bahagia. Kini mereka setara, polos di bagian atas. Dia juga butuh untuk mengelus kulit telanjang Kris. Merasakan panasnya suhu tubuh lelaki itu secara langsung, juga melihat lekuk tubuh pria itu dengan jelas. 

"Kita ke belakang," ucap Kris sambil kembali menggendong Mawar di bagian depan. 

Ternyata, di bagian belakang ada pintu yang menjadi pembatas ruangan depan dengan ruangan belakang. Dan setelah pintu itu, di sebelah kanan, ada pintu untuk masuk ke kamar yang berukuran kecil. Masih kosong, tapi sudah ada ranjangnya.

"Ini kamar siapa?" tanya Mawar saat Kris membaringkannya di atas ranjang itu.

"Kamarku kalau lagi nginap di kota ini."

"Terus nantinya mau dijadikan ruangan apa?"

Kris yang mulai mengambil posisi di antara kaki Mawar dengan kaki yang sengaja dilebarkan sehingga Mawar mengangkang lebar pun tertawa geli. "Ngobrolnya nanti aja. Kita bicara dari hati ke hati dulu." 

Tangan Kris membuka kancing celana Mawar lalu menariknya. Mawar menunjukkan peran dengan mengangkat bokongnya lalu menaikkan kakinya agar proses itu menjadi lebih mudah. Kris pun kemudian menelanjangi diri sendiri,  lalu kembali mengambil posisi yang sama. Anehnya, bagi Mawar, kali ini dia tidak lagi merasa malu. Tidak takut Kris bisa melihat area kewanitaannya dengan jelas dari posisi lelaki itu yang berlutut tepat di depannya.

Saat Kris merendahkan tubuhnya sehingga milik pria itu yang sudah mengacung keras mendekat ke milik Mawar yang bukan hanya lembab, melainkan sudah sangat basah, Mawar malah menegakkan tubuh atasnya dengan bertopang pada sikunya.

Dia ingin seperti Kris. Melihat proses penyatuan mereka. Merasakan dan menyaksikan setiap detik, setiap inci pergerakan. Dan saat milik Kris mulai memasukinya, mereka saling memandang. Seolah saling mengikrarkan penyatuan yang bukan hanya fisik, tetapi juga jiwa mereka. 



NB 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top