Bab 14





"Terima kasih, Tanteee ...."

Mawar yang lemas karena hati dan pikirannya sedang kacau ditambah sarapannya masih tidak tersentuh. Dia juga enggan mandi. Mendengar suara Dino yang seperti biasa, sok ramah, diiringi suara Izzy membuatnya langsung mendudukkan diri di ranjang. Diusapnya wajah untuk mengeringkan pipi dari cairan air matanya dan diusapnya sekali lagi wajah ke arah kepala belakang untuk sedikit merapikan tampilannya--yang sudah pasti mengenaskan.

Pintu kamar yang tidak terkunci pun terbuka dan kedua orang itu muncul dengan ekspresi ceria yang langsung berubah sendu.

"Astaga beee ...." Izzy langsung menghampiri Mawar dengan gestur membujuk dan mengayomi, membuat Mawar kembali terisak. Teringat nasibnya yang mengenaskan.

Mereka berpelukan. Elusan tangan Izzy di punggungnya membuatnya merasa sedikit hangat, meski tetap saja masalahnya tidak akan terselesaikan secara tiba-tiba.

"Lo sih, Mawar. Ngapain pake--"

"Diem, Dino!" Izzy menegur sambil mengurai pelukan mereka. Kemudian, dia membantu Mawar merapikan rambut.

"Maaf."

Interaksi kucing dan anjing itu membuat Mawar tertawa di tengah tangisnya. "Kok kalian ke sini?" tanyanya.

Bukannya menjawab, Dino malah mencari-cari sesuatu ke sekitar ruangan dan kemudian memilih duduk di kursi meja rias yang dia tarik ke dekat ranjang.

"Ya ... lo mendadak nggak bisa dihubungi di hari kerja aja udah aneh kan," ucap Dino. "Dan Kris juga berusaha menghubungi kita berdua ... berulang kali. Nanyain lo."

Mawar kembali menarik napas dalam, membuat bunyi cairan di hidung yang tertarik pun terdengar jelas.

"Nih." Izzy mengambilkan tisu dari meja rias dan menyerahkannya pada Mawar. Gadis mungil itu kembali duduk di dekat Mawar.

"Kamu nggak harus cerita, kalau belum siap."

Mawar menggigit bibir atasnya sebagai bentuk usaha untuk mencegah dirinya kembali menangis meski matanya tetap berkaca-kaca saat menatap Izzy. "Aku sih yang salah," akunya dengan suara bergetar. "Aku yang bablas dan nggak pikir panjang. Kalian pasti taulah gimana aku selama ini berusaha untuk bermain aman, bahkan kalian aja tau aku ada apa-apa sama Kris tuh belakangan kan. Tapi--" Rasa sesak yang kembali menjalar membuat Mawar menundukkan pandangan sambil menutupi wajah dengan telapak tangan.

"Udah-udah. Garis besarnya kita udah tau, kok." Izzy mengelus lengan Mawar. "Kamu nggak pernah-pernahnya loh se-down ini. Kaget aku, sumpah."

"Ya ... lagi pula semua emang jadi aneh sih, ya. Awalnya kan udah tuh, Kris sama kamu udah mau serius. Setau gue juga ortunya doi udah lama deh pengen anaknya nikah. Secara Kris anak paling tua kan. Mana ortunya udah tua juga. Nggak tau kenapa mereka malah jadi galak begini. Lo salah apa sih, War? Coba inget-inget deh."

"Dinooo ...." Izzy kembali menegur.

Mawar kembali berusaha menenangkan diri dengan menarik napas panjang berulang kali. "Aku juga nggak tau. Tapi, apa yang terjadi sekarang ini persis sih sama yang dialami sama Siska dulu. Ibunya tau anaknya deket sama cewek, hubungannya di luar batas, terus ibunya kayak berusaha menjauhkan. Bedanya tuh dulu sama Siska dia masih menahan diri. Baik-baik dulu awalnya. Sama aku malah langsung frontal bilang nggak suka seolah-olah aku tuh jahat banget."

"Astagaa ...." Izzy dan Dino berucap bersamaan.

"Dan yang paling buat aku sedih itu sebenarnya, ucapan ibunya Kris ke orang tuaku. Aku nggak pernah loh buat orang tuaku semarah dan sesedih ini. Dia itu ... " Mawar kembali menghapus air mata dengan punggung tangannya. "berkoar seolah aku perempuan murahan menjerat anaknya demi uang. Padahal demi Tuhan, aku nggak pernah memanfaatkan Kris sama sekali. Dikasih barang mahal aja nggak pernah. Minta juga nggak pernah."

"Iya. Aku tau kamu kok. Cuma ... mungkin Ibu Kris yang nggak tau kamu. Mungkin dia trauma anaknya dimanfaatin jadi langsung suudzon ya?"

"Tapi dia udah melibatkan orang tuaku, Zy. Udah hina aku di depan keluargaku. Sehina-hinanya aku udah nggak perawan lagi, aku rusak cuma sama anaknya dia. Coba Kris--"

"Hush! Lambe!" Dino memelototkan mata, memberi peringatan. "Ini rumahmu, ortumu bisa dengar. Nanti mereka malah benci sama Kris dan nyoret tuh laki dari daftar mantu gimana?" Kali ini, dia setengah berbisik.

Mawar mengedikkan bahu. "Kayaknya nggak jodoh juga. Sebenci itu ibunya ke aku, sejijik itu juga aku ke ibunya sekarang. Aku nggak sanggup lagi lihat muka orang tuaku tanpa merasa rendah diri. Aku udah buat orang tuaku patah hati."

"Padahal anaknya lebih brengsek, yakan. Nggak mungkin juga ibunya Kris nggak tau belang akanya selama ini. Kecuali dia nutup mata nutup telinga." Izzy menimpali.

"So, gara-gara itu lo nggak mau balas pesan Kris?"

Mawar melirik Dino yang baru saja bertanya, lalu tersenyum mengejek. "Emang pesan kamu, aku balas?"

"Masih bisa resek gini artinya lo nggak terlalu terpuruk sih," balas Dino.

"Ada benernya," timpal Izzy.

"Aku berharapnya begitu. Aku nggak boleh lemah kan? Aku nggak boleh kalah? Kalau diturutin, aku bisa stress. Gila. Sedangkan aku harus menebus kekecewaan orang tuaku."

"Dengan cara ... membuktikan kalau hubungan kalian bisa dibawa ke arah yang lebih baik?" Izzy bertanya dengan hati-hati.

Mawar diam sejenak, kemudian menggelengkan kepalanya. "Terlalu ngotot kalau aku maksa untuk hubungan nggak jelas ini. Aku nggak siap kalau orang tuaku jadi bulan-bulanan orang tua Kris lagi. Mungkin ... mungkin kalau dia cuma menghina aku atau ... apa pun itu, aku masih bisa bertahan. Tapi, kalau udah melibatkan keluarga, aku nggak bisa. Siapa mereka merasa berhak merendahkan aku di depan orang tua yang sudah seumur hidupku memperjuangkan kebahagiaanku?"

"Itu artinya ... kamu ... memang nggak akan ngasih kesempatan ke Kris?"

Mawar menarik napas panjang ... kemudian menggelengkan kepalanya. Membuat Dino dan Izzy bertukar pandang dengan ekspresi cemas dan kasihan.

***

"Mau kamu apa?!" Kris tidak pernah berkelahi dengan perempuan, tapi kali ini dia berbicara dengan nada tinggi dan wajah keras penuh amarah pada Siska. Orang yang dia anggap penyebab mengerasnya hati sang ibu yang mendadak menolak Mawar mati-matian.

"Apa sih? Lepas nggak!" Siska menghempaskan tangannya hingga tarikan Kris di sikunya tadi terlepas.

"Nggak usah sok enggak tau! Kamu pasti menghasut ibuku sampai-sampai ibuku membenci Mawar! Demi Tuhan, Siska, dia sahabatmu! Anggap kamu membenci aku. Tapi, kamu tega menyakiti sahabatmu sendiri?!"

Siska membuang pandangannya dengan mulut tertutup rapat, enggan menjawab. Wajahnya menunjukkan keengganannya berinteraksi dengan Kris.

"Kisah kita sudah tutup buku. Kamu sudah menikah. Aku memulai hubungan dengan Mawar jauh ... jauh setelah kita putus. Kamu nggak ada hak untuk ikut campur masalah kami!"

"Udah ngomongnya? Bisa minggir? Sorry, aku ke sini bukan mau ribut, mau belanja!" Dia berusaha berjalan melewati Kris, tetapi sikunya kembali ditarik lelaki itu.

"Apa yang kamu bilang ke ibuku, Siska? Kenapa ibuku menuduh Mawar sekeji itu???" geramnya lagi.

Siska membali menghempaskan tangannya kuat lalu melipatnya di dada. Dagunya terangkat. Matanya menatap Kris seolah menantang. "Aku baru tau kamu bisa sekasar ini ke aku," ejeknya.

"Siska ... astaga! Kalau kamu bukan perempuan, aku malah bisa lebih kasar ke kamu!" Kris yang sudah frustasi bahkan tidak peduli kalau beberapa orang di parkiran mall itu menatap mereka. Tadi dia ingin menjumpai Siska di rumah mantannya itu, tetapi dia melihat Siska memasuki mobil yang terparkir di terasnya sehingga dia pun mengekor. Ternyata Siska ke mall. Tidak ingin ribut di dalam mall, Kris pun memilih mencegat wanita itu di parkiran. Untungnya mall itu tidak terlalu ramai karena hari masih siang dan terik sekali.

"Wow, secinta itu kamu sama Mawar?"

Kris mengangguk. "Kamu benar, secinta itu aku sama Mawar."

Siska terdiam lagi, tampak terganggu, tapi sorot matanya tidak lagi setajam tadi. Dia menoleh ke arah lain, tampak tidak tahan bertatap mata dengan Kris.

"Ibumu monster. Jadi, tidak ada salahnya aku mencegah kalian lebih awal. Toh sakit yang dirasakan Mawar tidak akan sesakit jika kalian mempertahankan hubungan ini lebih lama lagi."

Kening Kris berkerut. "Maksudnya? Kamu menuduh ibuku--"

"Kamu seharusnya tahu siapa ibumu. Wanita yang mengaku sudah melahirkanmu itu!"

Nb

Btw. Lagi musim upload cerita di youtube ya?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top