6. Through The Portal
Kaitley Summer ^^
Recap :
Dan pada saat itu, Kaitley bisa merasakan wajahnya memucat. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat untuk menahan teriakan yang sudah memberontak ingin keluar di tekaknya.
Mungkinkah... ia...
****
Kaitley meremas kemeja James dengan was-was. Matanya tidak pernah lepas dari sosok berjubah yang ternyata adalah seorang lelaki itu. Di sampingnya, Kaitley melihat kakaknya melepaskan jari-jemari Kaitley dari kemejanya dan segera berjalan dengan langkah santai.
Menuju si lelaki berjubah.
"James! Apa yang kaulakukan?!" Kaitley menarik lengan kemeja kakaknya dengan panik. Tetapi James tetap berjalan mendekati si lelaki tanpa kesulitan. Akhirnya Kaitley melepaskan pegangannya dan mundur menjauh. Mata Kaitley mencari-cari apapun yang bisa dijadikan senjata karena, sepertinya kakaknya telah kehilangan akal.
Kejadian selanjutnya membuat Kaitley kehilangan kata-kata. James mendekap si lelaki dan menepuk punggungnya dengan gestur yang hangat sebelum melepaskannya. James merangkul bahu lelaki tersebut sambil menuntunnya untuk berjalan bersamanya! Ke arah Kaitley!
Kaitley buru-buru mengambil batang kayu kering yang ia lihat sebelumnya. Saat si lelaki dan James ada di hadapannya, dengan liar, ia mengayun-ayunkan batang tersebut di hadapan mereka sambil memasang kuda-kuda yang sering ia lihat digunakan oleh para biksu berkepang di film China.
"Jangan mendekat! Kupukul kepalamu kalau kau melangkahkan satu kaki lagi!" teriaknya.
James melepaskan tangannya dari bahu si lelaki dan meletakkan keduanya di udara untuk menenangkan Kaitley. Sebelum James bisa membujuk Kaitley, Kaitley sudah menyerang dengan mengayunkan batang kayu tersebut ke bagian atas tubuh si lelaki berjubah dengan cepat tanpa memikirkan konsekuensinya.
Semuanya terjadi begitu cepat. Detik berikutnya, Kaitley mendapati dirinya terhempas ke tanah dengan keras dengan batang kayu yang tadi dipegangnya, sedang berakrobat di udara sebelum terbagi menjadi dua di udara dan jatuh lemas di sebelah kakinya.
Kaitley menatap cahaya terang yang lelaki tersebut keluarkan dari tangannya. Cahaya tersebut berwarna biru keunguan dan menari-nari di udara seperti api yang terhembus angin.
Api... lelaki itu baru saja mengeluarkan api dari tangannya. Apakah aku telah kehilangan akal juga?
Tudung lelaki itu sekarang sudah terlepas dari kepalanya sehingga Kaitley bisa melihat wajahnya dengan jelas. Lelaki itu masih muda. Mungkin beberapa tahun lebih tua dari Kaitley. Ia memiliki wajah agak tirus dengan tulang dagu yang kokoh. Rambutnya yang gelap terlihat kemerahan di atas api yang keluar dari tangannya.
"Kaitley! Kau tidak apa-apa??" sambar James sambil nenghampiri Kaitley dan mengulurkan tangannya dengan khawatir. Wajah Kaitley bersemu kemerahan karena merasa konyol sekaligus malu. Ia menepak tangan James dan segera berdiri sendiri sambil menepuk-nepuk pakaiannya—menghiraukan nyeri di punggungnya tempat ia jatuh tadi. Si lelaki berjubah di hadapannya telah memadamkan api aneh itu dari tangannya. Sekarang kedua tangannya terlipat di dadanya. Ia menatap Kaitley dengan tatapan yang merendahkan.
"Ini adikmu yang terkenal itu?" ejeknya dengan suara beraksen yang khas.
Bola mata Kaitley melebar mendengarnya perkataan lelaki itu. Sambil menggertakkan gigi, Kaitley mengepalkan jarinya dan bersiap untuk menghajar wajah sombong lelaki itu. Tapi tangan James meremas bahunya–mencegahnya untuk menyerang si lelaki sekali lagi. James mengangguk sambil tersenyum sopan kepada lelaki itu. Seakan sedang mengucapkan permintaan maaf atas kelakuan liar adiknya. Lalu dengan kelakuan ceria yang dibuat-buat, ia menepuk bahu Kaitley sambil menunjuk lelaki berjubah di depannya.
"Kaitley, ini salah satu rekanku. Dean Abigail. Dean, perkenalkan adikku. Kaitley Summer." James tidak berhenti begitu saja, ia memutuskan untuk melakukan basa basi untuk mencairkan suasana. "Maafkan kelakuan dia yang... tidak pada tempatnya. Emosi Kaitley sedang tidak stabil saat ini. Kau tau lah? Remaja kan memang seperti ini. Lagi masa pube-"
Ocehan James digantikan dengan lenguhan kesakitan, ketika Kaitley dengan jengkel menyodok rusuknya. Kaitley tahu James hanya mencoba untuk mencairkan suasana. Tapi kata-katanya itu... benar-benar mempermalukan Kaitley.
"Aduuh... Kait," James masih memegang sisi perutnya sambil meringis. Kaitley hanya meliriknya dengan wajah sinis. Dean tidak berkomentar apa-apa. Ia memasukkan kedua tangannya ke kantong celananya sambil memandang langit hitam berawan yang menyelimuti Kota X.
"Whatever. Kita harus pergi sekarang. Ketua sudah menunggu kita daritadi," kata Dean pada akhirnya. Pandangannya masih diarahkan ke langit diatas kepala mereka.
Kata "ketua" menarik perhatian Kaitley dari percekcokannya dengan James. Ia berbalik dan menatap Dean dengan tajam.
"Apa yang kaubicarakan? Siapa itu ketua? Apakah dia juga orang aneh yang angkuh sepertimu?" tanya Kaitley. Mulutnya melengkung membentuk seringai puas saat melihat ekspresi tenang Dean berubah.
James baru saja hendak menghardik adiknya ketika dilihatnya Dean, mendekati Kaitley. Matanya yang sebiru samudra berkilat penuh amarah. Kaitley yang kaget melihat perubahan perilaku Dean mundur perlahan sambil memasang wajah menantang yang dibuat-buat. Kaitley merasakan punggungnya membentur dinding penyangga jembatan. Wajah Dean hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Kaitley menelan ludah dan mulai menyadari kelakuan bodohnya. Dalam hati, ia hanya bisa berharap semoga Dean tidak akan membakar rambutnya kali ini.
"Kau tidak tahu apa-apa tentang ketua ataupun aku. Kau tidak tahu apa yang telah kami alami untuk sampai kesini. Jadi jangan sekali-kali lagi kamu berbicara seenaknya tentang ketua. Mengerti?"
Nada yang diucapkan oleh lelaki berjubah itu datar dan rendah. Tapi kata-katanya sudah cukup membuat Kaitley kehilangan kata-kata. Kaitley hanya bisa mengangguk pelan. Mendadak merasa begitu lelah dan terkalahkan. Dean menatapnya dengan tajam sebelum menjauhkan mukanya dari muka Kaitley dan berjalan menjauh.
James yang dari tadi hanya menyaksikan kejadian di depannya dengan bingung, sekarang lagi-lagi, memutuskan untuk memecah ketegangan.
"So... Dean? Kau bawa portal kan?"
lantur James.
Dean menatapnya dengan judes. Seakan James telah menanyakan pertanyaan terkonyol sedunia. "Tentu saja bawa. Kau tidak bawa? Jadi kau kesini menggunakan apa?"
James yang baru saja menyadari resiko dari pertanyaannya, menggaruk kepalanya dengan malu-malu. "Ahh...aku membawa kuda,"
Dean menatapnya seakan James hanya mengenakan celana dalam sekarang. "Kuda? Kau serius? Kemana binatang itu sekarang?" desak Dean dengan kebingungan yang tidak ditutup-tutupi lagi.
"Well..." Gumam James dengan ragu-ragu. "Tadi, saat aku hendak menyelamatkan Kaitley, ada demon yang menyerang dan... yah..." Lanjutnya dengan ekspresi bersalah. Dean menghembuskan napasnya dengan kesal.
"Pertama kau membawa kuda dari akademi tanpa izin. Kedua kau menghilangkan kuda itu. Urgh, Lady G tidak akan senang mendengar ini," gerutu Dean yang sekarang berjalan mondar-mandir dengan gelisah di hadapan kedua bersaudara itu.
Kaitley yang dari tadi hanya menyaksikan omongan kedua lelaki itu, akhirnya memutuskan untuk ikut berbicara."Aku sudah terlalu lelah untuk peduli tentang apa yang kalian bicarakan. Bisakah kita cepat pergi saja dari sini? This place is creeping me out."
"Tentu saja Kait," kata James dengan simpatik. Ia merangkul bahu adiknya dan menuntun mereka ke tempat Dean berdiri. "Nanti sesampainya kita di sana, ketua akan menjelaskan semua hal ini kepadamu ok?" Kaitley mengangguk dengan tidak acuh. Ia mulai merasa lelah. Kelopak matanya bertambah berat. Kaitley merasa begitu mengantuk. Ia belum benar-benar tidur tadi di kamarnya.
Di hadapannya, ia melihat Dean menganggukkan kepalanya ke James dan mengeluarkan sebuah tongkat berwarna hitam yang penuh ukiran-ukiran emas dari jubahnya. Sebelum Kaitley sempat bertanya, Dean mendekatkan tongkat itu ke bibirnya dan mulai membisikkan kata-kata yang tidak bisa Kaitley dengar. Tongkat itu kemudian mulai bercahaya. Dengan cepat, Dean mengayunkan tongkat tersebut di atas kepalanya. Menghunuskan tongkat tersebut ke udara.
Kaitley menyaksikan awan-awan kelabu di langit malam di sekeliling mereka berkumpul dan berputar-putar di atas tongkat tersebut. Beberapa detik kemudian. Muncul gelombang aneh berwarna ungu tua di tengah-tengah udara di depan Kaitley. Gelombang itu kemudian mulai melebar dan membentuk riuk ombak yang sering Kaitley lihat di laut. Bedanya yang dihadapannya ini berwarna ungu dan bukan air laut. Melainkan sebuah pintu. Setelah pintu itu mulai berwujud dan berhenti melebar, Dean menurunkan tangannya dan memasukkan tongkatnya kembali ke jubah merahnya.
"Ayo, Kait." Ajak James dengan riang. Tanpa menunggu Kaitley, James melompat ke portal tersebut. Kaitley menjerit melihat tubuh kakaknya menghilang saat masuk ke portal itu.
Kaitley menyaksikan Dean yang hendak masuk ke dalam portal, dengan ketakutan. "Kemana dia pergi?! Kemana gelombang aneh itu menelannya?"
Sebelum Dean sempat menjawab, Kaitley menggelengkan kepalanya. Matanya terpaku pada portal ungu di hadapannya. "Tidak." Gumamnya. "Aku tidak siap untuk ini. Aku... aku harus kembali ke rumah. Ibuku membutuhkanku!" serunya.
Ekspresi keras Dean menjadi melunak untuk sejenak. "Ibumu akan baik-baik saja. Sekarang kau harus ikut kita. Disini tidak aman,"
Dean mengulurkan tangannya ke arah Kaitley. Setengah badannya sudah tertelan portal. Kaitley menatap tangan Dean di depannya dengan ragu-ragu. Lalu melihat wajah asingnya yang baru saja ia temui beberapa menit yang lalu.
"Kenapa aku harus percaya padamu?" Kaitley melipat kedua tangannya di dada sambil memicingkan matanya ke Dean.
Dean menyeringai. Akhirnya, menunjukkan ekspresi yang berbeda selain cemberut dan melotot.
"Karena aku orang aneh yang bisa mengeluarkan api dari tangannya?" tawarnya.
Kaitley mencibir. Ia tahu ia pasti akan menyesali keputusan yang dibuatnya ini dikemudian hari. Tapi apa pilihan yang dimilikinya sekarang?
Ia tertawa tanpa humor dan membalas ucapan Dean dengan sarkasme yang begitu sering ia gunakan akhir-akhir ini.
"Lucu sekali."
Kaitley meletakkan tangannya di telapak tangan Dean dan meremasnya. Untuk sesaat ia merasa lebih tenang. Untuk sesaat saja, tangan Dean yang menggenggamnya membuatnya berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja—walaupun hanya untuk sesaat tentu saja.
Kaitley berjalan mendekati portal di depannya dengan ragu-ragu. Saat Kaitley sudah sampai di bibir portal, Dean menarik Kaitley masuk ke dalam portal itu dengan cepat sebelum Kaitley berubah pikiran. Portal itu kemudian lenyap secepat mereka berdua masuk ke dalamnya. Awan-awan yang berkumpul di atasnya kembali menyebar. Keadaan kembali seperti biasa. Atau setidaknya itulah yang mereka kira.
Mereka tidak tahu ada sesosok berjubah hitam di ujung terjauh jembatan yang daritadi mengamati mereka. Sekarang ia tahu kemana mereka akan pergi. Dan sosok itu tidak sabar untuk bertemu dengan mereka lagi nanti di balik portal itu. Sosok tersebut berbalik dan berjalan menjauh dari jembatan. Ia berjalan memasuki hutan gelap Kota X dan tubuhnya dengan cepat bersatu dengan kegelapan hutan Kota X.
****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top