18. Welcome to Hell World (UPDATED)
Serasa nunggu season 2 ya? Saking lamanya aku ga update? Wkwkwk maaf guys lama banget. Ada sedikit mslh yg sampe skrng menghalangi aku buat update secara berkala. Ini pun episodenya blm selesai tp krn aku khawatir kl kelamaan kasian kaliannya jg jd aku publish dulu aja. Nanti aku kabarin kl udh aku update lg kalian tinggal ngelanjut :)
Maaf atas ketidaknyamanannya.
Happy reading!
Recap:
Aku membalas tatapan sinis Sam dan tersenyum simpul.
"We're going to kick some demon asses."
****
Reminder mengenai sejarah Dua dimensi demon dan manusia. (Ada di chap 8. Ini hanya untuk memperjelas)
Pada zaman nenek moyang kita, terjadi perang besar antara manusia dan demon. Dahulu demon dan manusia hidup berdampingan. Demon selalu dikenal akan perannya dalam mengurus dunia yang berhubungan dengan kematian dan menjaga nyawa-nyawa yang tersesat di ambang dunia untuk mengarahkan mereka ke alam selanjutnya. Ada juga demon yang hidup berbaur bersama manusia. Bergaul dan melakukan pekerjaan manusia biasa karena ia merasa kurang mampu untuk menjaga dunia lain.
Semua manusia di masa lalu mempunyai kekuatan untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan sihir atau dark magic. Pada masa itu manusia sudah mulai merasa iri kepada kaum demon karena kemampuan mereka untuk mengatur regulasi di dunia lain. Dunia arwah lebih tepatnya. Walaupun demon bisa berbaur dan melakukan pekerjaan manusia, manusia sendiri tidak bisa melakukan pekerjaan demon karena manusia tidak bisa menguasai sihir demon.
Pada suatu hari, ada seorang manusia serakah yang ingin menguasai sihir dan dunia orang mati yang diatur oleh demon. Ia berhasil menjerat seorang demon yang kurang teguh hatinya untuk bertukar tempat dengannya. Mereka menyamarkan wujud mereka menjadi satu sama lain dengan glamour. Namun, Manusia itu gagal dalam melakukan tugasnya untuk membimbing arwah yang tersesat. Karena ia memang tak bisa melakukan sihir demon. Hal itu Menyebabkan dirinya dihukum oleh para demon.
Saat si manusia yang menyamar sebagai demon itu dihukum mati, sihir glamour yang digunakannya hilang dan menyebabkan wujud aslinya terungkap. Tragisnya, saat seorang demon dihukum, para pemimpin dunia demon dan manusia—yang biasa disebut council, turut hadir untuk menyaksikan. Dan yah... bayangkan betapa shocknya mereka melihat seorang manusia mengikuti hukuman demon.
Lalu kaum manusia yang merupakan anggota council menuduh kaum demon membunuh salah satu dari kaum mereka untuk melakukan praktik-praktik terlarang. Demon yang pada dasarnya memiliki sifat yang kurang baik dan mudah tersinggung, mendeklarasikan perang terhadap kaum manusia. Bumi menjadi medan perang selama bertahun-tahun. Sampai pada suatu hari, demon yang dijebak oleh si manusia serakah itu, menemukan dunia dengan medan yang kuat yang berada di dimensi lain. Dimensi ini. Si demon yang merasa bersalah itu kemudian mengorbankan nyawanya untuk memindahkan kaum demon ke dimensi ini agar perang yang tidak ada akhirnya tersebut dapat mereda.
Kaum demon semakin marah karena mereka kira manusia, mengusir mereka dari dimensi mereka sendiri. Kaum demon tersebut akhirnya menyerah pada insting liar yang selalu ada di jiwa mereka. Demon memiliki emosi yang berbeda dengan manusia. Jadi, pada akhirnya mereka menjadi mahkluk yang amat keji. Mereka menjebak arwah-arwah yang tersesat dan menggunakan arwah malang tersebut sebagai sumber kekuatan mereka. Pada masa ini, kaum manusia menurun secara drastis karena banyaknya arwah yang berkeliaran di dunia manusia yang mengganggu dan menyebabkan manusia terjebak ke tangan demon.
Pada akhirnya, council memutuskan untuk mengikuti saran salah satu manusia untuk membagi kaum mereka menjadi dua. Yaitu manusia yang melepaskan kekuatan sihirnya untuk menjadi manusia biasa, karena mereka yakin demon akan berhenti mengganggu mereka jika mereka tidak memiliki kekuatan, dan manusia yang memilih untuk menggunakan kekuatan sihirnya untuk menghentikan niat buruk demon. Yang sekarang disebut hunter.
Nah ayahnya Kaitley itu adalah demon yang bertukar tempat dengan manusia itu. Dengan kata lain ayah Kaitley adalah salah satu penyebab perang besar antara demon dan manusia. Oh, dan jangan heran kenapa ayah Kaitley masih hidup. Karena demon umurnya bisa mencapai ribuan. Ok sekarang cerita akan dilanjut lagi. Enjoy!
****
Semenjak Ketua, atau perempuan yang akrab dipanggil Erin (aku bercanda.) ini dibawa ke Council untuk diadili, keadaan di dalam Akademi Hunter menjadi kacau balau. Sebagian pengajar yang kecewa dengan kelakuan kepala akademi memutuskan untuk mengundurkan diri secara terhormat. Tentu saja jika menurutmu arti terhormat adalah menyelundup kabur dengan menaiki pegasus dari asrama pengajar.
Lalu sebagian orangtua memutuskan untuk memulangkan anak-anaknya. Sisanya yang tidak? Well, kami tetap mengikuti kelas seperti biasa. Bedanya dalam sehari hanya ada satu atau dua pengajar saja yang datang untung menerangkan materi dengan terburu-buru.
Satu-satunya kelas yang berjalan seperti biasanya hanyalah kelasku bersama kelompok must yang diajar oleh lnstruktur Cheng. Aku tidak tahu harus merasa senang atau kecewa mengenai hal ini.
"Yak, Joe! Naikkan tanganmu sedikit lagi! Nah, ya seperti itu,"
Joe mengucapkan mantra sekali lagi sambil bersungut-sungut.
"Domestos Nomos!" Serunya sambil menegangkan tangannya diatas kepala. Jemarinya ia arahkan ke demon berupa anjing hitam di kerangkeng yang sekarang sedang menggonggong padanya.
"Ckckck kau kira obat nyamuk? Kau salah mengucapkan mantranya bodoh!" kritik Sam dari samping kirinya. Kelelawar bertaring 2 meter di depannya sudah ia serang dengan mantra itu dan dalam tahap membatu. Dalam beberapa detik saja setelah kelelawar itu membatu, Sam merapalkan mantra mematikan yang diajarkan Instruktur Cheng dengan mudahnya dan selanjutnya kelelawar demon itu sudah lenyap menjadi tumpukan debu di dasar kerangkeng.
Kaki Sam yang ramping menyenggol pundak buntet Joe. Ia mengambil ancang-ancang dengan tongkatnya dan merapalkan mantra dengan lugas dan jelas kepada kerangkeng berisi anjing demon tersebut.
"Dementos Numor!"
Dalam beberapa detik, demon dengan wujud anjing itu menemui nasib yang sama dengan kelelawar tadi.
"That's how you do it shorty," cengirnya.
"Apa kaubilang?! Coba kau ulang lagi vampir gigi tonggos!"
Joe yang bertemperamen rendah dengan mudahnya masuk ke dalam perangkap. Ia mengentakkan sepatu boot mininya ke lantai. Mukanya merah merona. Rasanya aku melihat sebentar lagi topi mungilnya akan terbuka seperti tutup ceret dan asap akan segera keluar dari situ.
"Heh! Sudah-sudah! Kalian ini! Dunia kita sedang dalam ambang kehancuran saja kalian masih sempat seperti ini!" Tegur Instruktur Cheng. Ia merentangkan kedua tangannya untuk menghalangi Joe menerkam Sam dengan tubuh mungilnya.
Pelajaran di hari itu selesai tanpa makna. Kami semua tahu apa yang seharusnya kami lakukan sekarang.
Jujur saja aku tidak tahu apa yang kutunggu. Begitu mendengar kabar mengenai ayahku, seharusnya aku langsung berangkat ke dimensi demon di saat itu juga. Aku tahu itu.
Sudah menjadi kewajibanku untuk menyelamatkannya.
He's my dad afterall.
Kutatap kunci perak yang tergantung di leherku. Guru besar akademi ini sendiri yang memberikannya padaku.
Mrs.Eri. Seorang wanita tua pengajar ilmu transportasi di akademi ini. Ia selalu memperlakukanku dengan sangat baik selama aku berada di akademi ini. Beliau bilang, wajahku begitu serupa dengan kakakku hingga pancaran kebaikan kakakku sudah terlihat hanya dengan melihatku berjalan.
Aku tahu, mungkin kau kira beliau menitipkan benda ini kepadaku karena ia percaya aku sudah ditakdirkan untuk menyelamatkan dunia dan yada yada yada.
Tapi percayalah, alasannya hanyalah karena wanita itu menyukai kakakku dan ia terlalu malu untuk memberikan kunci ini sendiri kepada kakakku.
Yap. Sesimpel itu.
Dan yap, gelar memang tidak mempengaruhi emosi seseorang. Maksudku, lihat saja Erin.
Sebelum kalian bertanya lagi, aku akan menjawabnya sekarang. Kunci perak ini adalah kunci untuk menuju dimensi demon.
Dan tahukah kau? Aku berniat menggunakannya hari ini.
****
Cara mengusap-usap kedua tangannya sambil meniupkan udara dari mulutnya agar jemarinya tidak lagi menggigil.
James dan Dean sedang berdiskusi di depanku. Tangan mereka memegang sebuah peta yang sudah robek-robek dan lecek karena termakan waktu.
Sam, R, dan Dust sedang berkumpul di sudut terjauh dariku. Masing-masing asik menyalurkan kegugupan mereka dalam diam.
Kualihkan pandanganku ke bulan keemasan yang melingkar dengan sempurna di langit malam yang cerah ini. Aku sendiri merasakan telapak tanganku berkeringat akibat gugup.
Rencana yang telah kami susun sejak siang tadi bersama mrs Eri terus kuputar di kepalaku walaupun aku sudah menghapal setiap huruf dan kalimat yang akan kami lakukan.
"Masuk dimensi demon, gunakan mantra glamour, masuk ke sarang pesuruh, selamatkan dad, dan tumpas pesuruh untuk selamanya!!"
"Kait, bisakah kau berhenti menyeringai seperti itu? Kau membuatku semakin tidak mood untuk bertemu para demon,"
Tersadar dari pikiranku, aku menatap Joe dan Gru yang sedang berdiri di depan sebuah pintu merah sederhana dari kayu yang tertanam di sebuah tebing curam.
Apa?
Kalian pikir pintu menuju dimensi demon tersembunyi di pegunungan tertinggi yang berada di kawasan hutan terlarang dan dijaga oleh naga bersisik baja yang begitu menyeramkan?
Sorry to burst your bubble. Tapi ini bukan perjalanan si hobbit.
Well, mungkin lebih menyerupai insidious? Bedanya pintu ini ada di belakang akademi bukan di basement. Tapi lupakan saja. Kita dilarang menyebut merek.
Gru menepuk kepala Joe yang tadinya ia anggap sebagai pundak Joe, namun karena Joe terlalu mungil—telapak Gru yang panjang pun hanya dapat mencapai bagian kepalanya.
Joe tersungkur di tanah dengan heboh. Saat ia bangun dengan sabar—well, setidaknya dia berusaha untuk sabar, ia hanya merutuk pelan.
"I hate my life."
Dehaman cempreng mrs Erin memutus semua percakapan dan aktivitas kami. Mrs Eri mengambil kunci perak dari tanganku dan memasukkannya ke lubang kunci pintu tersebut.
"Omgomgomg jantungku berdebar sangat cepat. Ak—" celetuk James dari sebelahku. Ia memang cenderung kampungan bila menghadapi hal-hal yang terlalu seperti di film.
"Sssst!!"
Kunci berbunyi sekali ketika tangan buntal mrs Eri memutarnya. Kemudian berbunyi sekali lagi diikuti dengan derakan pintu.
Aura di sekitar kami mendadak berubah. Menjadi lebih mencekam. Kegelapan tanpa dasar balik menatapku dari balik pintu merah. Jika kau perhatikan baik-baik, kegelapan dimensi setan yang terlihat dari balik pintu ini tidak sehitam itu. Kau bisa melihat sedikit percikan warna di segala sisi. Seperti bercak-bercak yang menghiasi penglihatan saat kau menutup kelopak matamu.
Seseorang menggenggam tanganku. Memberiku dukungan.
Dean mengangguk padaku sambil tersenyum.
"We can do this kait." Kata James yang ikut berdiri di samping kananku.
Mrs Eri menatap kami semua. Raut wajahnya suram. Tetapi matanya memancarkan harapan yang besar kepada kami (terutama pada James)
"Selamat berjuang anakku. Semoga tuhan selalu menyertai jalanmu."
Joe menyeret R dan ikut berdiri di samping pintu bersebelahan dengan mrs Eri.
"Good luck guys! Aku dan R akan menjaga pintu untuk menjaganya. Jika kalian butuh apa-apa kami akan langsung siap membantu!" Joe mengucapkan kalimat ini dengan cukup ceria. Karena well, dia cukup bahagia tidak harus ikut kami masuk ke dimensi sial ini. Walaupun begitu, R nampaknya kurang puas karena dipisahkan dengan Sam.
Namun kami sudah melakukan pembagian tugas dengan tepat. Tidak dapat diganggu gugat lagi. Tanpa berbasa basi lagi, aku mengeratkan pegangan tanganku pada Dean dan menggenggam tangan berkeringat James.
"Satu...."
Semua menatapku dari belakang dan mengangguk.
"Dua..."
Kupejamkan mataku sambil melangkah sedikit. Satu langkah lagi menuju kegelapan.
"Tiga!"
Perjalan kami memasuki dimensi ini melalui pintu ternyata sangat berbeda dengan yang aku alami saat sampai di dimensi ini dari dimensi manusia dengan portal.
Begitu kubuka mataku, pemandangan gelap yang kami saksikan tadi sudah berubah dalam sekejap. Kami sudah berada di dimensi demon dalam hitungan kurang dari 1 detik.
Aku memandang pemandangan baru di sekelilingku.
Amazing as hell.
****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top