💋 4 One More Kiss
Sejak hari itu perasaan Hokuto mulai tidak karuan. Perasaan macam apa itu? "Lebih baik aku jatuh cinta dengan Riku-san daripada pria menyebalkan ini." Batinnya. Hokuto menatap ke arah Kazuma.
Kazuma juga mulai bertingkah aneh dan menjadi canggung setelah kejadian itu. "Memangnya siapa yang mau jatuh cinta denganmu?" Balas Kazuma dalam hati. Ternyata punya kemampuan ini cukup bagus. Kazuma bisa tahu apa saja yang ada di pikiran bocah ini.
__________________
Kazuma mengajak Hokuto ke kantornya. "Hari ini aku akan menyelesaikan pekerjaan. Jangan membuat masalah." Kazuma berkata lembut. Ini tidak seperti Kazuma biasanya. Hokuto mengangguk.
"Apakah itu artinya kamu akan berhenti dari pekerjaanmu?"
"Mau bagaimana lagi? Ini akan jadi yang terakhir."
"Sini kamu." Kazuma tiba-tiba mengatakan kata-kata itu. "Apakah ia ingin menciumku lagi? Di dalam mobil seperti ini?" Batin Hokuto. "Cepat sini." Kazuma memegang leher belakang Hokuto.
"Chotto!!! Aku ingin nilai kontrak lebih bany..."
"Cup..." Kali ini sedikit lebih lama. Kazuma membuka sedikit bibirnya agar bisa menggigit bibir bawah Hokuto. Tidak ada perlawanan dari pria itu. Hokuto memejamkan mata seperti sedang menikmati ciuman ini.
Kazuma melepaskan bibir Hokuto. "Ayo kita pergi." Hokuto mengangguk. Kazuma dapat melihat kekecewaan di wajahnya.
"Kau kecewa? Ingin berciuman denganku lagi?" Goda Kazuma.
__________________
Kazuma sedang berbicara dengan atasannya. Hokuto menunggu di luar.
"Apa dia yang menggantikan Makoto?"
"Sepertinya begitu."
Empat orang karyawan sedang mengobrol di sana. Iwasho, Yamasho, Shohei dan Kenta.
"Bukankah aneh jika Kawamura-san tiba-tiba membatalkan kontrak?"
"Benar. Mungkin ada sesuatu yang ia sembunyikan."
"Misalnya kemampuannya sudah hilang."
"Jangan bicara sembarangan. Kawamura-san tidak mungkin kehilangan kemampuannya."
"Berhenti bergosip. Sepertinya pria itu memperhatikan kita sejak tadi." Kenta menunjuk Hokuto.
Hokuto bisa mendengar pembicaraan mereka dengan jelas. Apa yang terjadi pada Kazuma sekarang adalah kesalahannya.
__________________
Rui, karyawan yang bertanggungjawab atas kontrak Kazuma menyuruh Hokuto menunggu di ruangannya.
"Kau asistennya bukan?" Rui menuangkan teh dan duduk di depan Hokuto. Hokuto mengangguk. "Apa terjadi sesuatu? Mengapa belakangan ini Kazuma bersikap aneh? Dia bahkan mengganti Makoto denganmu?" Hokuto memejamkan mata. Ia tidak tahu harus menjawab apa sekarang.
"Oiii, di sini kamu rupanya." Kazuma menghampiri Hokuto.
"Kazuma, apakah sesuatu terjadi? Semua media sedang membicarakanmu sekarang. Kau tidak bisa menunda semua pekerjaanmu lagi." Rui berjalan menghampiri Kazuma.
"Aku hanya ingin beristirahat." Kazuma memandang Hokuto dengan tatapan kosong.
"Aku akan mengurus masalah ini." Hokuto menarik tangan Kazuma dan pergi meninggalkan kantor.
__________________
Hokuto membawa Kazuma ke sebuah warung makan. "Aku akan mentraktirmu. Kau boleh pesan apapun." Hokuto memberinya menu.
"Aku tidak ingin makan."
"Ayolah, kau harus makan seperti ini. Ketika kita makan perasaan sedih akan hilang." Hokuto menyantap makanan dengan lahap.
"Apa itu enak?" Tanya Kazuma polos.
"Tentu saja. Ini super enak." Hokuto memberi Kazuma beberapa potong daging.
"Baka! Kau bahkan tidak punya indera perasa untuk sombong seperti itu saat ini."
"Sou desu ne? Tapi malam itu, aku makan di sini dengan indera perasamu. Aku bersyukur dapat meminjamnya darimu." Kata-kata Hokuto membuat hatinya menjadi lebih baik sekarang. "Ternyata pria ini sebenarnya baik." Batinnya.
"Apa kau sedang membicarakanku?" Hokuto menggodanya. Kazuma lupa bahwa Hokuto bisa mendengar suaranya.
"Maaf karena menyebabkanmu dalam masalah." Kazuma tersenyum kecil. "Apa kau kerasukan?"
"Kau benar-benar menyebalkan!"
Tamu tak diundang Likiya, Zin dan Kaisei datang menagih hutang. Hokuto terlihat ketakutan. Kazuma memberikan cek bernilai $10.000.000 pada Likiya dengan satu syarat mereka tidak akan kembali untuk mengganggu Hokuto.
__________________
Hokuto menggendong Kazuma yang sudah mabuk berat. "Nee, arigatou."
"Untuk apa?" Tanya Kazuma setengah sadar.
"Yang tadi."
"Karena aku melunasi hutangmu? Atau karena sudah dicium?" Kazuma masih bisa menggodanya dalam keadaan seperti ini.
"BAKA! Memangnya ada orang yang berterima kasih setelah dicium?" Hokuto membawanya ke kamar. "Dia sangat berat." Hokuto melepaskan sepatu Kazuma kemudian ia melonggarkan dasi Kazuma.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Kazuma sedikit tersadar.
"Iie. Ini tidak seperti yang kau bayangkan. Aku hanya ingin..."
Kazuma menarik tubuh Hokuto ke dalam dekapannya. Hokuto memejamkan mata. Ia yakin Kazuma dapat mendengar detak jantungnya sekarang.
"Merasa deg-degan?" Goda Kazuma membuat pipi Hokuto memerah.
"Bisakah kita melanjutkan yang tadi?" Kali ini Kazuma bertanya serius.
"Heh?" Hokuto menelan ludah dan menghela nafas.
Kazuma meraih bibir Hokuto. Melumatnya dan sesekali menggigit membuat Hokuto merasakan sensasi yang luar biasa. Ia ingin menolak tapi tubuhnya benar-benar lemas. Kazuma sudah berada di atas tubuh Hokuto. Ia melepaskan seluruh kancing kemejanya dan melempar kemejanya. Kazuma mengunci kedua tangan Hokuto.
"Aaahhh..." Desah Hokuto.
~To Be Continue~
➡️ NEXT
"Apa kau siap? I can't control myself." Bisik Kazuma mencium lembut bibir Hokuto.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top