⏺️ 38 ⏺️
Prunos gempar.
Haes-sal terluka dan Hee Young diculik adalah berita yang menyambut kedatangan sang putra sulung saat pulang ke Dunia Atas.
“Racun pelemah saraf?” Yoseong nyaris terbahak melihat kondisi adiknya yang terkapar tak berdaya.
Haes-sal memelototinya gusar. “Cepat cari penawarnya! Aku harus menyelamatkan Hee Young.”
“Mau jadi pangeran berkuda putih, Adikku?” Yoseong bangkit dari ranjang Haes-sal. Sedikit menyayangkan strategi adiknya yang justru jadi blunder.
Memperketat penjagaan dengan mengalihkan penjaga utama ke pintu gerbang depan adalah kesalahan fatal. Haes-sal terlalu angkuh menganggap diri mampu melindungi paviliun utama tempat Hee Young tinggal.
Song-he bukan lawan sembarangan. Dia punya pendukung kuat di belakang yang membuatnya mampu menembus penjagaan super ketat Haes-sal. Saat malaikat itu tergeletak tak berdaya, butuh waktu cukup lama untuk ditemukan. Jelas itu mendatangkan kerugian karena waktu yang terbuang sia-sia.
“Baru kali ini strategimu gagal total.” Yoseong mengernyit. “Kau lengah, Haes-sal.”
“Sialan! Bisa berhenti bicara? Bawa saja penawarnya!”
Yoseong berdecak mendengar nada kasar di suara adiknya. Dia segera pergi meninggalkan paviliun Haes-sal dan meminta kereta terbang. Lajunya cepat menuju Kyongsaen, tempat di mana sahabatnya tinggal.
Ibu kota sangat ramai saat Yoseong datang. Dia tak menyapa siapapun dan bergegas ke laboratorium Hwanung. Malaikat itu sudah menduga sang sahabat mengetahui kedatangannya.
“Kenapa kau melakukan ini pada adikku, Yang Mulia?” Yoseong mengeluh pada pasangan yang berada di laboratorium.
Hwanung dan Hea duduk tenang mengamati sang malaikat yang sedang memeriksa deretan botol. Bahkan di saat genting pun Yoseong tak kehilangan ketenangannya.
“Kalian kakak beradik sama-sama menakutkan. Apa kalian pernah sekali saja berekspresi?” komentar Hwanung. “Dan jangan panggil aku Yang Mulia. Kita di ruang pribadiku.” Hwanung mengangkat telunjuk memperingatkan.
Yoseong menghela napas panjang. “Bisa-bisanya kau ceroboh seperti ini, Hwanung. Bagaimana bisa kau membiarkan pencuri kecil lolos?"
"Pengamananku melonggar sejak Haes-sal dimabuk asmara." Hwanung mengulum senyum.
Yoseong memutar bola mata. "Ayolah, komandan Imoogi tak hanya dia saja. Banyak yang bisa menggantikan Haes-sal saat dia tak di tempat."
"Tak ada yang bisa menyamai adikmu," kata Hwanung tulus. "Haes-sal memiliki kemampuan yang belum bisa ditandingi oleh komandan lainnya. Dia setara denganmu, Yoseong. Namun, dalam sisi yang berbeda. Ah, aku jadi sedih harus kehilangan dua jenderal terbaikku karena ulah para wanita."
Yoseong mendecih sebal. "Dewi Hea, kau harus tingkatkan kemampuanmu. Suamimu belum terlena oleh pesonamu."
Hea terkikik geli. Percakapan terhenti sejenak. Laboratorium dengan peralatan ultra modern itu terisi keheningan. Yoseong masih sibuk mencari-cari di antara ribuan botol obat dan penawar yang tertata rapi dan sistematis dalam kotak-kota berlabel. Diatur berdasar deret warna dan kegunaan tiap-tiap ramuan.
Telunjuk Yoseong bergerak cepat membuka kotak yang diinginkan. Botol mungil melayang pelan di udara dan diamati seksama oleh malaikat itu. Tanpa menggeser posisi duduknya, Yoseong sudah memindai hampir separuh ramuan koleksi Hwanung.
"Daripada diam saja di situ, bisakah kau memberitahuku di mana letak anti racunnyanya, Hwanung?" Yoseong mulai jengkel.
Racun pelemah saraf tidak berbahaya bagi Haes-sal. Namun, mereka berpacu dengan waktu karena Hee Young diculik. Tak ada yang bisa memprediksi tindakan gila apa yang sanggup dilakukan Sora pada iparnya itu.
"Itu tak seru, Yoseong." Hwanung menguap lebar. "Usaha pencarian akan lebih bermakna."
"Kuyakinkan kau, jangan sampai membuat Haes-sal mengamuk. Dia lebih kejam dariku jika sampai diusik."
"Itu betul, Yang Mulia. Jenderal Yoseong hanya menyegel Gaemu, tapi Jenderal Haes-sal membunuh para agma tak bersisa." Hea turut mengomentari.
"Haes-sal punya musuh lebih banyak dariku," imbuh Yoseong. "Banyak agma yang menaruh dendam padanya. Termasuk Nakai."
"Ini karma untuk Haes-sal," kata Hwanung tiba-tiba. Meski diucapkan dengan nada santai dan berkesan main-main, tapi keseriusan di wajah dewa agung itu menunjukkan kesungguhan ucapannya.
"Haes-sal mengusik tatanan dua alam. Seharusnya dia tidak menikahi Hee Young. Istrinya itu adalah manusia tulen. Berbeda dengan istrimu yang merupakan spirit Prunos."
"Hee Young bukan lagi manusia sekarang. Dia sudah menjadi spirit Prunos." Yoseong membela adik iparnya.
"Memang betul, tapi Haes-sal melakukannya dengan paksaan. Seharusnya istrinya diberi kesempatan untuk memilih. Namun, adikmu memanfaatkan cinta sebagai dalih pembenaran."
Yoseong menyerah pada usahanya mencari penawar. Dia berbalik menghadap Hwanung, lalu bertanya dingin.
"Lalu apa hukuman yang harus diterima para dewa saat melanggar peraturan?" desisnya pelan.
Hwanung memainkan ujung jari di pegangan kursi. Yoseong menatapnya tajam. Dua makhluk itu sama-sama beradu pandangan.
"Kau, Hwanung, tahu persis tindakan yang dilakukan Dewi Cheong-he. Dia memang terpicu oleh keputusan salah Haes-sal. Namun, dia tak punya hak untuk merusak kehidupan Hee Young."
Yoseong mendekati Hwanung. "Kau punya kuasa menghentikan semua kekacauan ini, Yang Mulia. Apa kau akan tetap berdiam diri?"
Hwanung menjilat bibir. Senyumnya lebar. "Apa aku harus ikut campur urusan remeh-temeh ini, Jenderal?"
"Ya, Yang Mulia. Anda harus." Kali ini Yoseong bicara sangat formal. "Bukankah racun pelemah saraf yang hilang juga merupakan ulahmu?"
"Wah, kau menuduhku jadi sekutu Cheong-he?" tawa kecil terdengar dari Hwanung.
"Tidak, aku tidak menuduhmu. Tapi kau sengaja melakukannya untuk menguji sesuatu yang sangat abstrak."
"Dan apakah itu, Yoseong?"
"Cinta, Yang Mulia," jawab Yoseong mantap. "Akui saja Anda tertarik dengan romansa itu, kan? Dari dulu Anda memang melankolis hingga rela membuat berbagai macam racun aneh untuk jadi mak comblang."
Hwanung tertawa terbahak-bahak. Dia bangkit dan merangkul sahabatnya.
"Kau benar-benar tak mau kembali ke Dunia Atas? Di sini kemampuanmu lebih berguna dibanding di Bumi,” bujuk dewa itu.
"Dunia Atas membosankan," tolak Yoseong. "Jadi bagaimana, Yang Mulia?"
"Penawarnya ada di sini." Hwanung mengeluarkan botol bening dari saku. "Jika kau ingin mempersingkat waktu, adik iparmu ada di Bumi."
"Bumi, ya?” Yoseong menimang penawar yang diberikan Hwanung.
"Tapi kau harus cepat. Karena nyawanya sedang dipermainkan."
~~oOo~~
Seperti sudah diduga Yoseong, adiknya mengamuk luar biasa begitu tubuhnya pulih. Paviliun tempatnya tinggal hancur berantakan. Tak cukup gaenari, Haes-sal bahkan menghunus tiga pedang sekaligus ke arah Hwanung yang datang menjenguk.
"Berani-beraninya Anda membiarkan Song-he mencuri dari tempat Anda?"
"Dewi Song-he," tegur Hwanung. Dia meliuk-liuk lincah menghindari sabetan gaenari serta tusukan hokiri dan hopulso, dua pedang kembar Haes-sal lainnya.
"Dia tak layak dipanggil dewi!" Haes-sal mengayunkan hokiri. Pedang serupa golok raksasa itu menghantam lantai sekeras titanium dan menghancurkannya jadi berkeping-keping. Retakan panjang dan dalam tercipta segera setelah Haes-sal menarik lagi pedangnya.
"Jenderal, jangan menghancurkan rumahmu lagi. Biaya perbaikannya bisa sangat mahal."
Haes-sal mendelik marah. "Anda masih memikirkan biaya perbaikan rumahku?"
"Begitulah. Ibumu yang menakutkan itu pasti akan memberikan tagihannya padaku."
"Anda baru saja mengomentari istri hamba, Yang Mulia Hwanung?"
Hwanung terbelalak. Sesosok bayangan melesat cepat ke arahnya. Hampir saja dia terbanting ke kolam jika tak sigap menghindar. Matanya terbeliak ngeri melihat tembok paviliun luluh lantak terkena hantaman tinju Yeon-u, ayah dari dua jenderal kesayangannya.
"Astaga, kalian keluarga menakutkan!" Hwanung bergidik.
"Aku masih belum membalas ucapan Anda tentang istriku." Yeon-u melayang tinggi.
Hwanung spontan angkat tangan. "Gencatan senjata dulu!" pintanya cepat-cepat. "Aku tak akan pernah lagi mengusik para pria keluarga Prunos. Aku berjanji!"
Haes-sal dan ayahnya hendak menyerbu sang dewa lagi, tapi ditahan pedang berbilah sembilan Yoseong. Sulung keluarga Prunos itu menggelengkan kepala.
"Simpan tenaga kalian untuk musuh yang lain. Keselamatan Hee Young prioritas kita sekarang."
Mendengar nama wanita itu disebut, emosi Haes-sal dan Yeon-u melandai. Mereka hinggap di antara reruntuhan bangunan yang semula adalah kamar pribadi Haes-sal. Malaikat itu menatap pilu ranjang raksasanya yang hancur. Benda itu kembali mengingatkannya pada Hee Young.
"Apa aku aman untuk bergabung?" Hwanung berjingkat-jingkat mendekat.
"Anda aman, Yang Mulia." Yoseong memberi janji.
Dewa itu bergabung dengan anggota keluarga Prunos. Klan legendaris yang menempati salah satu wilayah besar di Dunia Atas dan menyumbangkan prajurit-prajurit terbaik untuk melawan agma. Secara pribadi, Hwanung menaruh hormat sangat tinggi pada klan keluarga kuno ini.
"Aku minta maaf telah membuat kalian repot."
"Sudah seharusnya," gerutu Haes-sal.
Hwanung tersenyum lembut. "Ada banyak hal yang bahkan dewa pun tak mengetahui rahasianya, Haes-sal."
Tak ada yang menyela pembicaraan Hwanung. Dewa itu menghela napas panjang.
"Termasuk urusan denganmu. Aku tak tahu siapa dalang di balik kejadian ini. Karena itu, Song-he harus dimanfaatkan sebagai umpan. Sengaja kubiarkan dia masuk ke laboratoriumku untuk mencuri racun. Kuharap dia akan kembali pada siapapun yang menyuruhnya, sehingga aku bisa tahu siapa otak di balik kejahatan ini."
Hwanung merasakan keanehan pada tiga malaikat di sekelilingnya. Keningnya sedikit berkerut.
"Kenapa kalian tak mengomentari soal Cheong-he?"
"Karena bukan dia pelakunya," jawab Haes-sal acuh tak acuh.
Hwanung melebarkan mata. Dia menoleh pada Yoseong dan Yeon-u. "Kalian sudah menduganya?"
"Tentu saja, Yang Mulia." Yoseong dan ayahnya tampak terheran-heran.
Hwanung terperangah. "Kalian tahu, tapi diam saja? Tak berusaha memberitahuku?"
"Tak mau!" tolak Haes-sal keras. "Aku perlu menangkap tangan pelaku dan otaknya. Anda sering membocorkan informasi, Yang Mulia."
Hwanung meringis. "Aku hanya keceplosan saja, Jenderal. Nah, jadi siapa dalangnya?"
"Masa Anda tidak tahu?" Tiga pria Prunos itu serempak bertanya dalam nada identik.
Ringisan Hwanung makin lebar. "Jika aku tahu, kenapa aku mau mempertaruhkan nyawa menjenguk Haes-sal yang pasti akan mengamuk padaku?"
~~oOo~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top