18
"Driana.. Ada temen kamu jemput tuh didepan.." Suara Kelyn–ibunda Driana– kembali terdengar dari kamar Driana, setelah yang pertama menyuruh gadis itu menghabiskan sarapannya, kini Kelyn menyuruh Driana turun karena ada teman Driana yang menjemput. Ah iya, kemarin Bian sempat berjanji akan menjemput Driana. Dan secepat kilat, Driana turun menuju ruang tamu sambil mengikat rambutnya saat mengingat janji Bian kala itu.
Fabian : besok lu gua jemput ya dri..
Driana Natasha : eh-eh gausah, ngapain jemput?
Fabian : mau jemput calon pacar
Fabian : janji deh..
Kala itu, Driana amat senang, ia merasa perasaannya pada Bian terjawab. Tak ada yang bertepuk sebelah tangan. Ini kisah yang indah walaupun, tiada status diantara mereka.
Driana tersadar, ia menghampiri Bian yang sedang berdiri didepan pintu rumahnya.
"Kepala batu banget sih. Gue bilang gue bisa berangkat sendiri Bi." ucap Driana pada Bian setelah membukakan pintu rumahnya. Bian tersenyum, senyum sumringah.
"Yaudah gue kan udah sampe sini, masa lo mau tetep sendiri?"
Akhirnya, Driana pergi kesekolah bersama Bian. Bersama siputih milik Bian. Meskipun Bian mengenakan helm full wajah putihnya dan memakai sweater bergaris abu dan merahnya, Bian tetap memancarkan aura kerennya, dan mungkin malah bertambah. Entah mau sampai kapan hubungan mereka hanya sebatas teman.
Sampai di sekolah, Bian memarkirkan motor putihnya, lalu membuka helmnya. Driana pun turun dari motor Bian, dengan teramat bahagia.
"Thanks ya Bi.." Driana memulai percakapan.
"Untuk?" jawab Bian tak mengerti.
"Udah mau jemput gue kesekolah.." Ucap Driana menganggat sebuah senyum simpul. Bianpun tersenyum, betapa manis gadis yang ada dihadapannya ini.
"Gausah sungkan, kalo ada apa-apa minta tolong sama gue aja, jangan sama yang lain.." Bian mengusap kepala Driana perlahan. Bian amat menyayangi perempuan didepannya ini, ia benar-benar tak mau kehilangan Driana. Gadis itu menunduk malu, Bian yakin pipi Driana sudah memerah sekarang.
Bian dan Driana pun masuk kekelas mereka bersama-sama. Suara riuh anak sekelaspun terdengar, ada yang bergosip ria. Memainkan gadged masing-masing dan ada pula yang meledek kedatangan Driana Bian yang bersamaan itu.
"Lo jemput Driana, Yan? Mantaplah cepet banget dapet pengganti Velin lo." Ucap Adit yang dihadiahi toyoran oleh Bian.
"Dri.. Lo sama Bian? Aduhh cerita cinta lo happy ending njirrr.." Ucap Adeline pada Driana, dan hanya dihadiahi senyum terpaksa Driana.
---
Istirahatpun tiba. Bian tak biasanya berjalan dibelakang Driana. Memesan makanan yang sama seperti Driana, dan memesan segelas es jeruk untuk Driana (yang ia beli memakai uangnya sendiri).
Bian duduk disaamping Driana. Tatapan-tatapan sinis untuk Driana dari teman-teman mantan pacar Bian–Velin–pun berdatangan, Driana hanya menganggapnya tak penting. Yang terpenting baginya sekarang adalah. Bian miliknya sekarang, meskipun masih dibatasi status TEMAN.
"Kerupuk gue dikit banget ish.. Bi, bagi kerupuk lo dong." Driana merengek pada Bian. Jelas saja, ia hanya mendapat lima buah kerupuk sedangkan Bian ada lebih banyak dari Driana.
"Nih.." Bian mengambil semua kerupuk yang ada di piringnya, lalu meletakkannya diatas piring Driana. Sisa satu diatas piring Bian, Bian mengambilnya lalu menyuapi kerupuk tersebut kemulut Driana, gadis itu terpaku lantas membuka mulutnya untuk menerima suapan tersebut. Dan tatapan sinis orang-orang pun bertambah. Tak terkecuali Velin sendiri.
BRAKK!!
Tiba-tiba Velin yang berada jauh dibelakang Driana, menggebrak mejanya. Ia berjalan sedikit berlari. Menghampiri Bian, lebih tepatnya Driana.
"Bangun lo cewek gatel!" Dan terjadilah drama. Velin menjambak rambut Driana. Bian bangun dari duduk nya. Menarik paksa Velin dari hadapan Driana.
"Kamu apaan sih Yan narik-narik aku. Aku mau hajar nih cewek pengrusak hubungan orang. Dia yang ngerusak hubungan kita kan Yan? Jawab Yan!!" Evelin meledakan amarahnya pada Bian. Mengeluarkan cairan bening dari matanya.
"Driana gak ada hubungannya sedikitpun sama hubungan kita Lin. Lo gapernah mau ngertiin gue, gue gapernah nyaman dideket lo. Tapi sebaliknya, kenyamanan itu gue dapetin dari Driana, bukan sama lo!"
Bian panas, berani-beraninya Velin menjambak wanitanya, Driananya. Driana terisak jauh dibelakang Bian. Ia mencari perlindungan dibelakang Bian. Ia tak pernah tau masalah Bian dengan Velin, mengapa tiba-tiba Velin datang dan menjambaknya?
"Eh Dri! Jangan diem aja lo jalang! Lo seneng jadi PHO dihubungan gue sama Bian? Bahagia lo sekarang kita udah putus?! Ha!! Jalang gatau dir--" Bian mendekap mulut Velin erat, membawanya pergi menjauh dari wanitanya.
Sekarang tinggal Driana yang masih gemetar, kalut. Rambutnya yang tergerai sekarang, berantakan. Usaha Adeline maupun teman-temannya yang lain untuk menenangkannya tak berhasil. Driana berlari, mencari tempat tersepi yang ada di sekolah ini.
---
Isak tangis seorang wanita terdengar sedari tadi di dalam aula. Pria dengan dada bidang dan sweater abu-abu merahnya itu hanya berani menatap punggung wanita tersebut. Itu Driana.
Bian tak bergerak dari tempatnya berdiri, sampai akhirnya Driana memutar duduknya matanya menemukan sosok Bian.
Bian menghampiri Driana. Mendekap wanitanya. Menenggelamkan kepalanya ke dada bidang Bian, Driana malah makin terisak. Ia butuh pelukan ini.
"Lo gapapa Dri?" tanya Bian setelah tangis Driana mereda. Driana menggeleng tanda–tak–baik–baik–saja.
"Lo sama gue sekarang," Sunyi. Driana memang memilih aula yang kelewat sepinya untuk menangis. "Jangan hiraukan Evelin. Dia udah bukan siapa-siapa gue lagi,
Lo boleh pukul gue sepuas lo Dri. Gue tau lo marah sama gue. Gue minta maaf. Gue punya lo sekarang. Gue punya Driana. Bian punya Driana."
Driana masih terisak didada Bian. Ia mendongakan kepalanya. "Tell me that everything's gonna be alright, Bi.. Tell me that nothing's like that again." sambil terisak Driana berbicara, nadanya pun masih tak karuan.
Masih dalam dekapan Bian. Driana kembali menenggelamkan kepalanya. Bian berbisik ditelinga Driana. "Everything's will be fine, babe"
"Bi.. Stay with me.."
"Stt.. I will always with you.. Gue sayang lo Dri. Yuk bangun, ke toilet, cuci muka lo. Jangan keliatan abis nangis ya.. Lo kan cewek kuat.." Bian menghapus air mata yang tersisa dipipi Driana. Supaya terbayarlah janjinya pada diri sendiri. Untuk selalu menghapus air mata wanitanya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top