16
Pagi ini, Driana berangkat kesekolah dengan semangat yang berlipat ganda. Mengapa tidak? Kemarin ia berhasil terbang kelangit seiring nampaknya senyuman Bian. Ya lelaki itu lagi. Dialah alasan mengapa Driana selalu terlihat bahagia.
Driana duduk di kursi nomor dua dari belakang. Tempat yang paling pas untuk memandangi Bian. Bian duduk di kursi kedua dari depan sebelah kiri Driana. Pas bukan?
Kegiatan belajar mengajar pun dimulai, jam pertama diisi dengan pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial, dan pelajaran berikutnya adalah Bahasa Indonesia. Sedang asik memandangi pemandangan indah, tiba-tiba ada dua orang perempuan masuk kekelas Driana, menghampiri Pak Vindo yang sedang mengajar.
Seketika kelas Driana ramai. Meneriaki sebuah nama-Eveline. Senyum diwajah Driana memudar saat ia sadar bahwa salah satu dari dua orang perempuan tersebut adalah Eveline-mantan kekasih Bian. Perubahan raut wajah pun terlihat di wajah Bian. Ia kelihatan antara salah tingkah, dan pura-pura biasa saja.
"Veline, minta pinnya dong. Udah nggak lagi kan sama Bian?"
"Yang bener Veline Bian putus? Lah gue baru tau."
"Couple cie cie Vean gua putus masa."
"Serius lu udah putus Yan sama Veline?"
"Besok Veline taken ama gua sob, sante.."
"Bukannya lu masih sayang Yan sama Eveline?"
Suara riuhnya kurang lebih seperti itu. Suara terakhir yang didengar Driana, itulah yang membuat hati Driana sedikit panas. Matanya bahkan sudah berselimutkan air. Sebentar lagi pertahanannya akan runtuh. Driana menunduk. Disisi lain, Bian yang sedari tadi hanya pura-pura masa bodo, mengalihkan pandangannya pada Driana. Bian sangat mengerti situasi Driana saat ini. Bian kelewat peka soal hati wanita.
Tanpa menunggu Eveline meninggalkan kelasnya, Driana izin ke toilet pada Pak Vindo. Pak Vindo mengiyakan. Driana berlari pelan. Tanpa Driana sadari, Bian tengah memperhatikan kepergiannya.
-----------------
Driana memesan semangkuk bubur ayam. Istirahat kali ini, Driana hanya berharap Bian tak duduk diasampingnya ataupun didepannya, api cemburu nya masih membara. Terkadang Driana berpikir mengapa ia mencemburui laki-laki yang bukan miliknya? Berstatus 'pacaran'pun tidak. Hubungannya dengan Bian masih abu-abu, tidak jelas. Untuk cemburupun ia tak punya hak sama sekali. Sebelum Driana memiliki Bian seutuhnya, Bian bukan siapa-siapa Driana.
Yang Driana takutkan pun terjadi. Bian dan sepiring nasi goreng dan dua gelas es jeruk ditangannya datang menghampiri Driana, lebih parahnya lagi Bian duduk disamping Driana.
"Nih buat lu satu Dri." Bian memberikan segelas es jeruknya kepada Driana yang kebetulan sekali Driana belum membeli air minum. Ingin menolak tak bisa, karena Bian sudah terlebih dulu pergi ke meja dibelakang Driana, tanpa menunggu ucapan terima kasih dari Driana.
Syukur Bian tak jadi duduk disamping Driana, tapi aneh mengapa ia malah pindah tempat duduk, sedangkan biasanya ia duduk didekat Driana?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top