Part. 6 (end1)

Mulmed : Peterpan-jauh mimpiku

Ekstra part dan tambahan kisah ada di KaryaKarsa @Aprilthemoon
...............................

Naima dan Jantira mengernyitkan dahi melihat di jendela matahari bersinar terang. Dan mereka merasa suasana berubah di luar sana. "Teteh, tidak apa-apa?"

Yang mereka lihat di jendela kaca adalah matahari yang bersinar terang. Pantulan dari kaca bening jendela juga pandangan aktivitas orang-orang di luar sana membuat mereka tercengang. Cara berpakaian mereka terlihat sedikit lebih modern. Bahkan sudah ada beberapa mobil sedan seperti tahun 1980-an.

"Ira... Ini," lirih Naima menatap wajah tua mereka dalam cermin kaca. Seperti dua nenek dalam usia senja. Namun, wujud asli mereka tetap muda.

Jantira juga menatap lirih, aneh dan tak percaya apa yang dia lihat. Tanpa melihat kakaknya dan masih memandang kaca jendela. Gadis cantik itu mengusap bayangan wajah tuanya di kaca jendela. "Dulu aku tak pernah percaya kisah silsilah keluarga kita. Sekarang aku yakin benar."

Sedangkan di ruangan yang berbeda Sakala menatap sedih kepergian roh isterinya bersama Violet dan Amar yang tersenyum. Bahkan wajah mereka lebih bersinar. Tak ada raut mengerikan lagi.

"Selamat tinggal dan maafkan aku selama ini." Sakala tersenyum lirih menatap tiga orang yang dia sayang itu sampai perlahan menghilang di balik jendela.

Sakala segera keluar ruangan untuk menemui anak-anak mereka. Dengan langkah tertatih sambil memegang foto istrinya dia berjalan melewati koridor pendek. Lalu melihat sekeliling ruang lantai atas yang mewah. Namun, nuansanya lebih berubah seperti rumah tua yang lama tak ditinggali. Lampu gantung dengan kristal besar itu bagai cahaya di tengahnya.

Sakala dengan rambut berantakan dan mungkin tubuh yang sedikit lemah karena mengeluarkan energi. Tetap berjalan, pada akhirnya dia memilih membuka cagar waktu.

Saat sampai di hadapan anak-anaknya. Sakala langsung memeluk mereka berdua. Naima dan Jantira tersentak. Mendengar suara ayahnya mereka berbalik dan memeluk ayahnya.

"Ayo kita menyambut dunia yang sesungguhnya," ucap Sakala berat setelah melepas pelukannya. Pria tampan itu melepas pelukannya lalu mencium kening tiap putrinya.

Naima melirik sekilas di jendela yang terlihat bayangan sang ayah dalam wujud lelaki tua rentah. "Kalau begitu kita harus belajar mandiri. Tidak ada pelayan lagi." Naima tersenyum manis pada adik dan ayahnya.

"Atau kita harus membeli pakaian yang sesuai zaman ini," ucap Jantira dengan raut berbinar.

Mereka bertiga asik berbincang. Sakala terlihat kembali hangat seperti dulu.

Di bawah rumah mereka, sosok Marvin tersenyum dan perlahan menghilang.

Dari kejauhan rumah mewah itu terdengar teriakan lagi. "Buku harianku hilang!"

.....................................

Seorang wanita modis dengan rok panjang juga rambut pendek mengembang. Tampak berkaca-kaca membaca buku harian berwarna maroon yang terlihat sampulnya mulai lapuk. Mata cantik itu kembali menatap pada pria tua yang terbaring koma.

Marvin sedari tadi memperhatikan gadis muda yang duduk di sofa kulit itu dengan maklum. "Dasar, cucuku yang nakal berani sekali menyelinap ke dalam rumah itu malam-malam."

Marvin dengan wajah pucat, tampan dan penampilan klasik tersenyum pada pria tua itu. Tangan keriput itu tetap setia menggenggam bross ungu model bunga. Pandangannya melirik papan nama bertulis. "Marvin Van Scoth"

Lalu kalender yang menunjukkan bulan Juli 1985. Dan memori itu kembali membawanya pada Naima, cinta pertamanya dan bross yang diberikan olehnya saat akan berpisah.
_________________

End (sesion 1)

Ini mank pndek... Klo da waktu lanjut sesion 2. Ya gue tahu pasti msh bnyk misteri dan plot hole ya.
Anggap lah klian yg bca cerita ini kyk nton film pendek. Dalammmm.... Bikin gantung. Hahahaha

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top