Part. 5

Ini pendek, maafkan hehehe

................

Amar menyeringai. "Cintamu justru membuat mereka menderita." Lalu pria itu bangkit dari kursinya, memasukkan kedua tangannya di saku. Menampilkan raut wajah yang angkuh. "Aku hanya ingin kau menghentikan semua ini, Kang. Jangan menyalahgunakan kemampuanmu."

Sakala ingin sekali menutup cagar yang dia buat karena muak dengan adik iparnya. Dia pikir mereka akan berdamai. Tapi, ternyata selalu hal ini yang dibahas. "Sudah aku bilang, ini hidupku. Tak perlu lagi kau ikut campur. Semua hancur karena kau memilih seorang gadis indische. Terlebih dia adalah manusia biasa."

Sikap tenang dan angkuh itu berubah kejam diliputi amarah. "Kami saling mencintai. Aku tidak pernah memilih untuk lahir dari kaum Sastradinara yang aneh! Aku tak peduli tentang kesialan atau hal apapun!" teriak Amar yang sudah diliputi emosi sehingga menunjukkan wajah yang semakin pucat. Urat-urat biru mulai menonjol di sekitar wajah dan leher.

..................................

Jantira ternyata merasakan hal yang sama. Walau dia berani. Namun, Jantita tetap tak suka dengan apa yang dia lihat. Tubuhnya menegang, keringat dingin mengalir di dahi, dan nafas yang memburu.

Kamar dengan cahaya temaram itu menjadi mencekam oleh teriakan parau para warga yang berwajah seram berkumpul di jendela kamarnya. Jantira sudah puas berteriak untuk menuntaskan rasa takutnya. Lalu dengan sigap memutar daun pintu dan berlari keluar meminta tolong pada keluarganya atau pelayan di rumah.

"Teteh, ayah, Bibi!" Jantira yang terlihat panik berlari di koridor rumahnya.

Sedangkan di kamar Naima. Setelah mendapatkan keberanian. Gadis itu juga keluar dari kamar sambil membawa buku hariannya. Naima dan Jantira berlari di koridor yang sama karena jarak kamar mereka yang tidak terlalu jauh. Hingga di ujung tikungan mereka bertemu dengan terkejut. Berpandangan lirih "Kenapa ini terjadi?" tanya Naima sambil memeluk bukunya erat.

Naima tahu dari ekspresi wajah adiknya pasti dia juga mengalami hal yang sama. Jantira hanya menggeleng lalu mereka saling berpelukan. "Kita temui ayah." Jantira merangkul lengan kakaknya.

Tak berapa lama mereka kembali terkejut dengan kehadiran Bi Sasmi dan Mbok Sari. "Bi, Mbok, apakah kalian juga mengalami hal yang sama? Tanya Naima dengan lirih sambil memeluk adiknya.

Lampu-lampu dinding koridor kamar memperlihatkan warna wajah dua pelayan wanita itu yang pucat. Entah kenapa dua pelayan itu bersikap diam. Rasa takut itu semakin aneh menjalar hanya karena melihat mereka.

Di dalam sinar lampu dinding yang redup. Dua pelayan berkebaya sederhana itu menyeringai. Segera Bi Sasmi dan mbok Sari melebarkan senyum yang panjang sampai kedua sisi mulut mereka sampai telinga.

"Kami ini pelayan yang setia. Sampai mati saja roh ini ikut terkurung dalam perangkap waktu ini!" teriak mereka bersama dengan suara lirih dan jahat.
Mata keduanya memerah. Perlahan kedua pelayan itu berjalan seperti ingin merampas dan memakan Naima dan Jantira. "Tapi karena budi baik keluarga Suryadinara yang, kami harus menjadi kacung yang baik."

Naima dan Jantira semakin takut sampai menangis karena melihat semua ini. Mereka sambil memeluk berjalan mundur mencoba tenang. Tak jarang mereka berdoa. Saat ini rasanya mereka ingin bersama sang ayah.

Di tengah keadaan mencekam itu. Naima mencoba mengingat hal apapun. Yang pasti tentang kenangan indah. Refleks dia mengingat ucapan mendiang ibunya

Pejamkan matamu, tarik nafas dan bersiul lagu kesukaanmu. Ucapan dari ibunya yang bersuara lembut terngiang.

Naima mengikuti instruksinya. Sampai membawanya pada sebuah kisah.

🌸🌸🌸🌸

Keluarga Suryadinara dari nenek moyangnya diberi anugerah kelebihan istimewa. Mereka berumur panjang, tidak bisa menua dan mati. Bahkan di silsilah mereka umur terpanjang sampai dua ratus tahun. Tapi, tetap saja akan ada kekurangan.

Mereka bisa mati jika dibunuh atau bunuh diri. Tak jarang pernah ada beberapa orang jahat yang ingin memanfaatkan mereka. Bukan hanya keluarga Suryadinara yang memiliki kelebihan itu. Masih ada beberapa keluarga yang lain, contohnya sang ibu. Tidak hanya itu, mereka juga bisa memiliki kemampuan yang lain. Jenius, ilmu hitam atau putih, indera keenam, dan apapun itu.

Dan jika mereka berhubungan atau menikah dengan manusia biasa. Maka, hanya ada kesengsaraan bahkan mereka bisa mati perlahan. Dari semua itu, keluarga ayah dan ibunya mengalami.

Tepat peristiwa ibunya terkena tembakan dari Van scoth yang bertengkar dengan Amar dan Sakala. Sang ayah yang ternyata membuat perangkap waktu agar dia bisa bersama keluarganya dan percaya istrinya akan kembali. Paman Amar yang menjalin kasih bersama Violet yang ternyata adik kandung Deran Van Scoth. Tak peduli ada roh-roh yang terperangkap dalam cagar waktunya.

Naima mengerutkan dahi. Pandangan alam bawah sadarnya beralih pada seorang pria tua yang terbaring dalam ruangan seperti rumah sakit. Tapi buram, tak tahan Naima menjerit sambil tetap memejamkan mata bersama Sakala yang meneriaki Amar dan kerumunan warga yang seperti menangis.

Akhirnya Sakala tetap menggunakan kekuatannya untuk memasang cagar lagi untuk mengusir mereka. Siapa yang berani melintasi kawasan kediamannya, menyentuh dirinya dan keturunannya akan terbakar.

Naima membuka matanya. Keringat dingin menjalar. Mata kelincinya melirik keadaan sekitar. Dia masih berada di tempatnya. Jantira ternyata juga ikut membuka mata dan keadaan mereka masih saling berpelukan.

Tak ada siapapun. Dua pelayannya juga tidak muncul. Tak ada lagi kerumunan warga mengerikan.

______________________





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top