Green Fairy
Bau tanah lembab dan rumput yang terbasahi embun seketika menusuk indra pencium mancung milik si pemuda. Samar-samar ia juga mendengar kicau burung dan suara tonggeret yang ada di tempat ini.
Koga berusaha bangun dari tanah keras tempatnya terbaring. Rasa pegal dan linu menusuk-nusuk di beberapa sisi tubuhnya. Sinar mentari yang berusaha menyusup di sela-sela dedaunan lebat langsung menyerang retina Koga yang belum beradaptasi. Kulit kecoklatannya serta merta merasakan terik yang dipancarkan oleh sang matahari.
Matanya menggeledah sekitar. Jajaran pohon rindang, semak-semak, dan beberapa hewan yang berhasil tertangkap manik hitamnya menjadi satu-satunya pemandangan yang terlihat.
"Di... Dimana aku!? Tempat apa ini!?"
Koga meringis. Kepalanya lagi-lagi terasa sakit. Efek dari minuman tadi ternyata masih belum hilang juga.
Pemuda itu kembali bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang ditenggaknya di Bar Fée Verte tadi?
Dia merutuki dirinya sendiri karena meneguk minuman tersebut tanpa pikir panjang. Dan, kini ia harus terdampar di tempat asing. Terlebih, ia tidak tahu apakah ini nyata atau hanya ilusinya saja.
Jujur, perasaannya tidak enak. Ia takut. Di mana-mana hutan itu berbahaya. Ia bisa saja bertemu dengan binatang buas. Atau yang lebih buruk, berpapasan dengan makhluk yang bukan berasal dari dunianya.
Sekali lagi, Koga memutar mata. Barangkali ia menemukan sesuatu dan menjadikannya sebagai petunjuk. Atau, kalau ia beruntung, ia bisa menemukan seseorang di hutan ini. Tentu saja, seseorang itu adalah seorang manusia.
Baru Koga mau melangkahkan kakinya, suara gemerincing terdengar dari arah belakang. Bersamaan dengan cahaya hijau yang bersinar.
Koga reflek memutar tubuhnya untuk melihat apa yang ada di balik punggungnya. Seketika, retinanya menangkap sosok yang membuat matanya berbinar-binar.
Cahaya hijau bersinar di sekeliling makhluk itu. Rambut merah maroon yang dihiasi tiara dari dedaunan menjuntai sepanjang mata kakinya. Gaun panjang berwarna hijau gelap bergerak-gerak seiring dirinya yang mendekati Koga.
Sungguh cantik makhluk di hadapannya ini. Dan, yang semakin membuat pemuda itu terpana adalah sayap bak kupu-kupu lebar yang mengepak di balik tubuh sang gadis. Memunculkan kerlip-kerlip cahaya yang indah.
"Selamat datang, wahai makhluk pendamba kedamaian," sambut makhluk itu. "Saya L'elfe, peri penjaga Hutan Fantasi."
"Kami menyambutmu, Tuan Koga, dalam keindahan tempat yang tercipta oleh getirnya Sang Kehidupan."
*****
"Apa--Apa maksudmu!?" Koga membentak pada gadis cantik yang kini hanya berjarak dua langkah dari tempatnya. "Hutan Fantasi!? Apa-apaan itu!? Keluarkan aku dari mimpi aneh ini sekarang juga!"
"Bukankah sudah saya jelaskan, Tuan Koga?" L'elfe berkata dengan sabar. "Hutan Fantasi adalah tempat di dunia L'imagine yang tercipta dari semua penderitaan yang Tuan rasakan selama Anda hidup."
"Dan, tempat ini bukanlah sebuah mimpi. Dan, tidak akan pernah menjadi mimpi."
Bulu kuduk Koga meremang. Ia dapat menangkap kilat keseriusan pada manik hijau sang peri. Tatapan tajam dari L'elfe membuat perasaannya tidak enak. Sepertinya ia telah membuat gadis cantik itu marah besar.
"Perlu kau ingat, Tuan Koga." L'elfe terbang mendekati Koga.
Angin mendadak berhembus kencang. Menerbangkan daun-daun berbentuk aneh di atas pohon juga yang telah menguning di bawah kaki Koga.
Surai panjang L'elfe berkibar-kibar tak beraturan. Membawa kesan elok pada dirinya. Namun, juga mebawa kesan mencekam karena alam rasanya turut murka pada Koga yang berbicara sembarangan.
L'elfe melanjutkan. "Dunia L'imagine adalah nyata. Imajinasi tanpa batas membuat realita dunia ini tetap abadi."
Peri hijau itu menyentuh dada Koga dengan jari lentiknya. "Dan, selama kau masih menapakkan kaki di dunia memuakkan itu, tempat ini akan selalu hidup di alam bawah sadarmu."
Koga terkesiap. Sentuhan L'elfe menghantarkan aliran aneh pada dirinya. Seperti kejutan listrik yang telak menghujam hatinya dan mengalir ke seluruh tubuhnya.
Koga merasa kesadarannya terenggut oleh kecantikan wajah berkulit pucat L'elfe. Aroma melati langsung menusuk indra penciumannya kala jarak mereka hanya tinggal satu jengkal.
Dia bisa merasakan tubuhnya bagaikan melayang. Semakin dalam Koga menatap, semakin ia terhipnotis oleh mata indah yang memenjarakan dirinya.
Manik hitam Koga berbinar, lalu berubah warna menjadi hijau bak merefleksikam manik milik L'elfe. Menandakan dirinya telah masuk pada pengaruh yang diberikan oleh L'elfe.
Gadis itu memaksa jiwa Koga untuk menyatu dengan dirinya dan alam. Dalam sepersekian detik, Koga telah dibawa berkeliling melihat apa yang ada di tempat ini. Tempat yang tanpa sadar telah dibangun dari penderitaannya selama ini. Hingga kemudian, sang pemuda sadar dengan napas terengah-engah.
Daun-dauh kering berserakan ke kanan dan ke kiri saat Koga kehilangan keseimbangan. Pikirannya masih setengah sadar. Ia telah melihat apa yang ada di sini. Dan, semua itu benar-benar indah. Koga hampir tidak tahu harus berkata apa.
"Jadi, bagaimana keputusan Anda, Tuan Koga?" L'elfe kembali pada gaya bicaranya yang formal.
Gadis hijau itu mengulurkan lengan dengan telapak tangan yang terbuka. Dengan lembut berkata, "Ikutlah bersamaku. Lupakan semua masalahmu, dan mari nikmati alam hijau ajaib ini."
"Akan kubawa kau berkeliling. Hingga masa yang telah ditentukan menunjukkan waktu di mana kita harus berpisah."
Tanpa mengedipkan mata, Koga meraih tangan L'elfe dengan pandangan yang masih menerawang entah kemana.
*****
Sebuah pohon beringin rindang berdiri kokoh di atas hamparan karpet luas berwarna hijau. Rumput-rumput liar yang berbentuk aneh, jamur-jamur merah, serta kerikil-kerikil kecil berwarna ungu menghiasi area sekitar tempat itu.
Koga berbaring di bawah pohon besar tersebut. Kedua tangannya menumpu kepala dan matanya menatap gerak-gerik akar gantung yang bergoyang oleh hembusan angin.
Rasa lelah namun puas dirasakan oleh pemuda itu. Ia baru saja selesai berkeliling hutan Fantasi ditemani oleh peri hijau cantik. Merasakan kedamaian dari nyanyian alam yang seakan menyambut kedatangannya.
Perkataan L'elfe saat diperjalanan tadi benar. Gadis itu berkata, "Melupakan satu atau dua hal dalam hidupmu itu bukanlah masalah besar, Koga. Karena, tidak baik bagimu jika terlalu keras memikirkan sesuatu."
L'elfe juga bilang, "Terkadang kita harus bersikap tidak peduli agar bisa merasakan hal yang tidak pernah terpandang oleh jiwa yang terperangkap dalam logika dan kenyataan."
Ya. Di L'imagine, logika, fakta, mimpi kenyataan, dan halusinasi tak ada bedanya. Semua yang ada di sini tidak akan pernah bisa terdefinisikan oleh orang-orang yang terlalu terikat oleh hukum dan ilmu pengetahuan yang mutlak.
Karena hanya satu kunci untuk bisa menerima pemandangan yang ada di depannya, yaitu imajinasi.
Dan, melupakan semua masalah menjadi kunci utama menikmati asrinya hutan ini.
"L'elfe." Koga memanggil peri yang duduk di sampingnya. "L'imagine--Hutan Fantasi--tempat ini abadi, 'kan?"
L'elfe menyahut, "Kau benar, Koga. Selama kau hidup, dunia ini akan terus tumbuh dalam imajinasimu."
"Kalau begitu." Koga bangun lalu menatap L'elfe dengan serius. "Aku bisa tinggal di sini untuk selamanya, bukan?"
Wanita bersayap kupu-kupu itu tidak menjawab. Ia masih memperhatikan apa yang akan dikatakan Koga selanjutnya.
"L'elfe. Tolong, biarkan aku tinggal di sini, di dunia ini. Aku tidak ingin kembali ke dunia asalku. Aku tidak ingin kembali memanggul beban dalam hidupku."
Koga mendekatkan tubuhnya. Nada suaranya semakin serius saat tidak mendapat reaksi apapun kecuali senyum tipis dari L'elfe. "Kumohon, ijinkan aku berada di sisimu selamanya. Hanya kau yang bisa membuatku merasa senyaman ini. Aku tidak peduli mau kau jadikan aku budakmu atau peliharaanmu, aku tidak peduli! Asalkan alam ini bisa menerimaku menjadi bagian dari mereka."
L'elfe memejamkan mata. Bibir mungil itu tak kunjung jua melunturkan senyum manisnya. Ia memutar badan dan menghadap pemuda yang wajahnya nampak menyedihkan. Namun, juga membuatnya merasa sedikit iba.
"Aku senang mendengar kau mengatakan itu, Koga," katanya kemudian. "Kau tak perlu jadi budak atau peliharaanku. Alam sudah menerima sang penciptanya dengan baik di sini. Begitu juga denganku."
Mata Koga berkilat bahagia. "Kalau begitu aku--"
"Tapi, sayangnya, aku tak bisa membuatmu tinggal lebih lama di sini."
Kalimat L'elfe membuat alis Koga berkerut dalam. Matanya dengan jelas menyorotkan ketidakpahaman dengan perkataan sang peri.
Bukankah dia penjaga dunia ini? Mengapa L'elfe tidak bisa membuatnya tinggal di sini?
Seakan mengerti apa yang ada di pikiran lelaki di depannya, L'elfe berujar, "Aku bukanlah makhluk yang bisa membuatmu ada di sini. Tapi, dirimu."
Dia menyentuh pipi Koga. "Kau yang bisa membuat dirimu sendiri selamanya berada di sini, Koga. Dengan satu bantuan kecil dari orang lain."
"Apa?" tanya Koga cepat.
"Kau membutuhkan minuman yang diberikan Synth padamu sebelum sampai ke tempat ini. Ramuan dari minuman itulah yang membuat imajinasimu membawamu sampai ke sini."
Koga terkejut. Jadi, nama bartender itu adalah Synth? Selama ini ia tidak pernah menanyai namanya karena ia terlalu tidak peduli. Lagipula, apa untungnya ia tahu nama seseorang yang hanya memberikannya minuman di saat ia membutuhkan?
Sedetik kemudian, Koga menyadari sesuatu. "Jadi, maksudmu, minuman itu adalah jalanku untuk hidup abadi di sini?"
L'elfe mengangguk. "Semakin banyak kau meminumannya, akan semakin indah dunia ini terbentuk, dan semakin lama kau bisa tinggal di L'imagine."
Koga kembali bertanya, "Apa nama minuman itu?"
Cahaya misterius serta kerlip-kerlip kehijauan muncul dari bawah pijakan dan menyelimuti tubuh mereka berdua.
Waktunya telah tiba. Masa telah menetapkan bahwa Koga harus pergi sekarang. L'elfe juga dapat melihat tubuh Koga yang mulai transparan. Koga pun melihat hal yang sama pada tubuh ramping gadis di depannya.
Manik hitam itu semakin kehilangan cahayanya. Kita sudah hampir terlelap. Hilang kesadaran lalu kembali pada dunianya.
Bibir ranum L'elfe bergerak-gerak pelan menjawab pertanyaan Koga. Sang Pemuda yang berada di antara sadar dan tidak berusaha menangkap apa maksud dari pergerakan bibir yang tidak dapat terdengar suaranya itu.
Nihil. Kelima indera Koga telah mati rasa. Ia bahkan tidak dapat merasakan seluruh tubuhnya. Bahkan, otaknya pun tidak mau berpikir barang hal kecil menyangkut perkataan L'elfe.
Ia pasrah. Koga sudah tak mampu menahan tarikan dari energi mistis yang menyelimutinya dan memutuskan untuk menutup mata. Pemuda itu akhirnya menyerah dan membiarkan tubuhnya dan jiwanya dibawa melayang pergi meninggalkan tempat ini.
"Sampai berjumpa lagi, Koga. Kuharap kau benar-benar bisa menemukan apa yang disembunyikan oleh makhluk yang menutupi dirinya dengan kebaikan dan janji yang meyakinkan."
*****
Huaa.... First time update jam 11 malam.
Oh ya, ngomong-ngomong, cerita Absinthe ini dibuat dalam rangka memeriahkan event ramadan WWG Gen 7 yang bertemakan Hijau!
Semoga cerita ini tidak melenceng dari tema dan judulnya.... Aamiin
Oh. Ku juga minta maaf untuk segala typo dan kesalahan. Maklum, fokus kebagi dua ama ujian (T~T)
Colek-colek aah~
Puding05
BelladonnaTossici9
SukiGaHana
biji_wijen
HanuunJan
SAYHALO
Hanchiro
bawelia-
GreenLatte_
Cherrystroberry
pinkchaejin
Diperkenankan mampir ke story mereka~
Arigatou gozaimashita
~
Mata ne!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top