Bab 10

Angin ribut seakan-akan memasuki lewat celah langit-langit. Suasana Ruang Iblis seketika dipenuhi kecemasan. Semua orang di dalam sana tampak gelisah. Ada remaja yang berputar-putar di tempat, ada yang berjalan melingkar, mengentak-entakkan kaki.

Datang seorang pemuda berpakaian beskap dan kemeja putih, kain batik melilit dari kaki sampai mata kaki. Orang-orang terdiam saat itu juga. Mas Seng menghadirkan aura berwibawa yang membuat seluruh pasang mata tertuju kepadanya.

"Semuanya, harap tenang!" titah Mas Seng. "Pengumuman! Saat ini adalah waktu yang genting, misi darurat untuk kita semua."

Lantas orang-orang memasang wajah serius dan diliputi ketegangan, mendengarkan dengan saksama.

"Ketua bawahan," panggil Mas Seng. Perempuan yang dimintai tolong langsung menyahut. "Siapkan semua perlengkapan yang dibutuhkan. Kita akan memakainya untuk misi ini."

"Baik, Mas Seng!"

Maka, semua orang bersiap-siap.

Pagi harinya, keadaan masih diselimuti keresahan. Atmosfer sekolah seakan ikut tertular dari orang-orang bawahan Ruang Iblis yang tidak diketahui.

Ren berjalan mencangklong tas menuju gerbang. Dia bisa merasakan siswa yang dikenalinya, menunjukkan raut masam. Laki-laki itu memperhatikan keganjilan di antara mereka.

Dia membatin, 'Apa benar yang dikatakan Will semalam? Kalau benar, itu sangat gawat. Apa tidak apa-apa kubiarkan adikku di sekolahnya?'

Sebelumnya, Ren sudah meminta adiknya untuk tinggal di rumah, tetapi anak yang disuruh bersikeras ingin sekolah, karena tidak mau absen sehari dari bertatap muka dengan kawan-kawan dan gurunya. Ren akhirnya mengalah dari sang adik.

Ren mengingat percakapan semalam di jembatan taman bersama Will. Saat temannya itu menjelaskan bahwa misi darurat dari titah Mas Seng memerlukan kerja sama dari semua bawahan Ruang Iblis, yakni misi penyelamatan murid taman kanak-kanak.

Kasus diawali dari petugas kebersihan yang menemukan keanehan saat hendak mengepel lantai kelas. Walau kegiatan belajar berjalan lancar, ketika dia balik untuk merapikan ruangan di waktu pulang, petugas itu tak menemukan siapa pun di dalam. Setelah itu, diketahui semua murid dan guru di sana menghilang begitu saja tanpa jejak.

Barulah Mas Seng mendeteksi keberadaan Ala di balik kejadian ini. Sebab nyawa manusia telah terlibat, kasus yang berlangsung tergolong darurat dan sangat penting, membutuhkan tindakan secepatnya. Kali ini, polisi setuju untuk Ruang Iblis bekerja sama secara diam-diam di balik layar, mengetahui keberadaan Ruang Iblis masihlah penuh misteri. Begitulah cerita Will kepada Ren.

Selepas belajar-mengajar, di belakang gedung terbengkalai, Ren seperti biasa sehabis pulang sekolah, rutin memberi pakan burung-burung yang jinak.

Will datang untuk menyapa, tetapi seketika dia termenung manakala menyaksikan laki-laki dengan rambut cepak dan poni kecil itu berdiri dengan syahdu di bawah naungan. Kedua tangan terentang, angin mengibar seragamnya dengan lembut, rambut menjadi berantakan akibat belaian aliran udara, pepohonan menari-nari menyertainya. Ren menghirup udara lalu membuang napas perlahan-lahan.

Ren terkesiap, menyadari kedatangan Will. Dua orang itu masing-masing berjalan menuju kandang burung. Mereka termenung di depan, sempat hening beberapa saat.

"Aku tidak suka berada di Ruang Iblis." Pengakuan Ren memecah kesenyapan.

Will membelalakkan mata, lalu menarik sudut bibir. "Tumben mau cerita. Ada apa?"

"Aku ...," Ren masih sangsi untuk melanjutkan, tetapi kemudian menyambung, "Punya fobia ruang sempit. Gara-gara kejadian waktu masa kecilku. Sudah lama sekali, sebenarnya. Tapi, trauma itu masih membekas sampai sekarang."

Laki-laki berambut pendek mendengarkan dengan baik-baik, walau Ren tidak melanjutkan ceritanya, dia tahu kawan satu ini telah melalui berbagai hal untuk menghadapi permasalahan tersebut.

"Oh, iya! Besok 'kan libur. Sebaiknya kita mengisi waktu luang dengan berpakansi! Kau mau jalan-jalan ke mana?" tanya Will, antusias.

Ren mendongakkan kepala, seakan menebak dari arah angin menerpa letak tempat yang dia akan jawab.

Dia tidak suka berada di tempat yang terlalu ramai, maupun yang terlalu sepi. Ren suka titik yang bisa dijadikan menongkrong sambil menikmati keindahan alam.

Akhirnya Ren menentukan lokasinya.

"Taman Barat," jawab laki-laki tersebut.

Setelah itu, Ren berpisah di ambang pintu gedung. Will memintanya untuk bergabung, tetapi Ren masih bergeming. Daun terhubung dengan Ruang Iblis, dari sudut pandang Ren yang berjejak di luar terlihat bagian interior ruangan yang dipenuhi para remaja dengan air muka serius. Will sempat mengajaknya lagi, tetapi Ren menolak dan beralasan ingin melihat-lihat situasi bersama sisa anak lain. Will melambai tangan, lalu pintu geser tertutup.

Laki-laki yang ditinggal membuang napas, lalu menengok keadaan sekitar. Rasanya sedikit berbeda, angin bertiup lembut, tetapi dari arah yang berlawanan dan seakan bertabrakan. Langit biru cerah, tetapi tanpa awan serta matahari bersinar redup. Siang itu, tak ada yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Ren berdiri di depan gerbang sekolah yang sudah sepi, hanya terlihat murid SMA yang mengikuti ekstrakulikuler berlalu-lalang.

Laki-laki itu kemudian melihat rombongan pemotor dari arah kanan jalan raya, kemudian mereka mengehentikan kendaraan di depannya.

Dia ditawari untuk ikut. Ren mengangguk setuju, berboncengan dengan remaja berseragam SMA, dan diketahui bawahan Ruang Iblis. Setelah mengenakan helm, Ren dan pengemudi melajukan motor melalui jalanan.

Pencarian dimulai.

Di sisi lain, Will dengan kelompoknya yang berjumlah sepuluh orang berada di Ruang Iblis. Tak ada Mas Seng di antara mereka maupun Ketua bawahan, Erika. Meskipun demikian, mengingat Will memiliki pin bintang di saku baju yang merupakan pangkat ternama di sekolah. Mereka membahas lokasi yang akan mereka tuju.

Will menyadari kemampuan Ren yang peka, dia menyarankan kelompoknya untuk ke tempat yang searah dengan Taman Barat. Setelah dicek di peta, ternyata ada satu taman kanak-kanak yang sejalur. Mereka akhirnya setuju untuk pergi ke sana melalui perantara Ruang Iblis.

Tanpa menyadari momen itu adalah saat terakhir mereka bisa menikmati waktu bersama-sama.

###

Kudus, 18 Juli 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top