13. Rewind
"Why, just why?"
***
Ara
Andai saja tatapan bisa membunuh, aku sudah tergeletak dengan banyak darah berceceram keluar dari tubuhku sekarang. Dia masih menatapku. Saat aku bahkan telah mengalihkan pandanganku kearah lain lalu berbalik kearahnya, ia masih menatapku. Aku menunduk, memeluk lengan Hana dan meyandarkan kepalaku dipundaknya. Menutupi wajahku dengan rambutku, agar aku tidak melihatnya lagi. Telingaku fokus pada suara Soojin yang mengalun indah menyanyikan lagi Leehi - Breath. Aku tahu lagu ini, semenjak ia memberutahuku bahwa ia akan menyanyikan lagu ini aku langsung mencarinya di Youtube dan men-downloadnya.
"Hey, Chim. Ayah mu disini." Suara Taehyung-sunbae terdengar dari belakang. Aku tetap menutup mataku. Tidak peduli siapa yang ia maksud dan tidak berniat mencari tahu. Yang jelas aku tidak ingin menegakkan kepalaku.
"Oh, benarkah? Ah, sedang apa dia disini? Apakah ia tahu aku mengikuti program ini?"
"Aku harus menjawab pertanyaanmu itu? Aku tidak tahu, Chim."
"Menurutmu apa Namjoon hyung masih berhubungan dengan Ayahku?"
"Sial, bayangkan jika Namjoon hyung masih memantaumu dan ayahmu masih menelfonnya untuk menanyakanmu. Tamatlah kau, brengsek." Tawa Taehyung sunbae dan erangan Jimin sunbae terdengar dari belakang bangkuku.
"So annoying i can't even-"
"Jimin hyung, Ayahmu ada disan-"
"Aku tahu Jungkook kau diam saja." Ucap Jimin sunbae kesal dan Jungkook seketika meluruskan kembali duduknya. Aku yang mulai termakan rasa penasaran ini kemudian meluruskan dudukku kembali dan merapatkan tubuhku pada Jungkook yang ada disampingku.
"Bwoanya (Ada apa) Jungkookie?"
"Ah tidak, Ayah Jimin hyung ada disini. Kurasa ia ingin melihat Jimin hyung menari."
"Dimana?" Kemudian ia menujuk kearah yang tidak ingin kulihat.
Astaga
Astaga
It can't be
Oh God please i beg you.
"O-oh, laki-laki yang mengenakan jas warna hitam itu? Yang berdasi hijau?" aku mencoba menunjuk orang lain secara random.
"Bukan, Arayaa. Itu, laki-laki yang tak jauh dari pintu keluar aula. Dekan Departemen Ekobisnis. Tuan itu ayahnya Jimin hyung. Kau masih ingatkan saat pengenalan departemen awal kuliah kemarin? Apaka kau tidak datang?" sejujurnya Jungkook mengatakan sesuatu lagi namun otakku hanya menangkap kata-kata itu saja. Otakku perlahan mencerna kata-kata Jungkook.
Dekan Ekobisnis, Tuan itu Ayahnya Jimin sunbae.
Sontak aku membalikkan badan kearah belakang, dimana Jimin sunbae duduk. Mata kami bertemu secara tak sengaja. Dengan cepat aku kembali meluruskan badanku.
Jantungku berdebar. Ya Tuhan, jika benar Park Wooyoung adalah Ayahku berarti aku mempunyai saudara laki-laki. Selama ini aku mempunyai saudara laki-laki dan sekarang ia duduk persis dibelakangku. Semua ini terasa begitu cepat aku merasa pusing dibuatnya. Bagaimana ini? Apakah ia benar-benar tidak mengenalku?
###
Jimin
Sial. Mengapa ayah ada disini?
"Jimin hyung, Ayahmu ada disan-"
"Aku tahu Jungkook kau diam saja." Pria itu membuatku gugup saja. Mengapa ia tidak mengurus urusannya sendiri saja? Tidak bisakan aku bebas dari pengawasannya? Aku merutuk dalam hati. Gadis Ara yang duduk didepanku tiba-tiba menoleh kearahku. Ia menatap seakan-akan tahu aku sedang gugup. Apakah aku merutuk secara lantang hingga ia berbalik kearahku? Brengsek mengapa aku menjadi seperti Taehyung berbicara sendiri seperti ini.
"Tenanglah, Chim. Kau akan baik-baik saja." Taehyung berbisik kearahku. Mengapa orang-orang seketika bisa membaca pikiranku dan gerakanku?!
"Aku tahu, Taehyungie." Ucapku ringkas. Pandangan kami kembali melihat Soojin yang sedang audisi, menyanyikan lagu . Tak lama setelahnya ia keluar, kearah Jungkook dan kemudian berlanjut seterusnya.
Jujur aku tidak mempedulikannya. Gadis Hana itu juga telah selesai audisi. Aku sempat mendengar bahwa mereka ingin keluar lebih dulu namun Jungkook menahan mereka untuk melihat aku dan Taehyung audisi.
"Hyung namamu di panggil." Suara Jungkook menyadarkanku.
"O-oh, ya. Aku tahu." Tanpa berpikir panjang aku melangkah. Soojin dan Tahyung meneriakkan kata-kata semangat padaku namun aku terlalu gugup untuk membalasnya. Langkahku semakin mendekat kearah ayah. Dan aku berani bersumpah aku mendengar ayah mengatakan sesuatu ketika aku berjalan dihadapannya.
"Park Jimin." Panggil Yoongi hyung ketika aku menutup pintu.
"Perkenalkan, saya Park Jimin. Departemen Ekonomi dan Bisnis tahun kedua." Ucapku seraya membungkuk.
"Baiklah." Ucap nona yang berada disamping Yoongi hyung. Kemudian ia menatapku.
"Mulailah."
###
Ara
"Hey, kau sakit?" Taehyung menepuk pundakku dari belakang. aku bangun dari pundak Hana dan menoleh kearahnya. Tatapannya tajam kearahku.
"Ah tidak sunbae. Hanya sedikit pusing."
Pusing dengan semuanya.
"Benarkah? Apa kau ingin keluar?" tanyanya lagi. Aku menggeleng. Semua 'kebetulan' ini terlalu sayang untuk dilewatkan. Aku harus kuat melihatnya. Lagipula aku ingin melihat Jimin sunbae audisi. Aku juga ingin melihatnya bernyayi.
"Tak apa, sunbae. Aku baik-baik saja. Ada pundak Hanachan untukku kutiduri." Ujarku memeluk lengan Hana. Ia terlalu sibuk berbicara dengan Jungkook yang ada disamping kananku untuk menyadari pembicaraanku dengan Taehyung sunbae. Pada akhirnya Taehyung sunbae mengangguk dan kembali menyandarkan tubuhnya pada bangku.
"Whoah, Soojinne. Jimin sunbae sebagus itu menari. Mengapa ia tidak masuk departemen seni saja." Aku mengangguk setuju. Maksudku, ia menari seakan-akan sudah ahli dan telah menahun berlatih. Gerakannya lincah, tanpa cela, mengisi sesuai alunan musik. Ekspresi wajahnya juga menghayati. Putaran demi putaran tidak pernah keluar dari alurnya. Kami semua terlalu terpana untuk berkomentar.
Dan ketika ia selesai, semua berdiri bertepuk tangan. Bersiul dan bersorak. Jimin sunbae dilayar pun terlihat tersenyum malu dan menunduk, kemudian membungkuk pada juri dan keluar.
"Jiminaaah!" seru Taehyung sunbae sambil memeluk Jimin sunbae saat ia telah tiba. Mereka tertawa sejanak kemudian saling rangkul, seakan dunia milik berdua.
"Yaa Jimin hyung. Tarianmu− waah daebak! Aku kehilangan kata-kata." Ucap Jungkook girang.
"Ya ya ya. Aku keren. Aku tahu."
"Yaa aish, itulah mengapa makanya aku diam saja. Aku tidak perlu memujimu Jim sunbae kau sudah sombong duluan."
"Yaa Soojin. Kau ini pelit pujian sekali. Jungkook saja kau puji, masa aku tidak."
"Chim, Jungkook itu spesial. Jangan dibandingan dengan dirimu yang bau ini."
"Sial! Berhentilah hyung." Rengek Jungkook membuat semua tertawa.
###
Jimin
"Aku bercanda, Jungkook." Aku memeluknya. Menyenangkan jika ada Soojin dan Jungkook. Mereka aku anggap seperti adikku sendiri.
Adikku.
"Ini kah yang membuatmu senang?"
Iya. Ini yang membuatku senang, ayah. Jika kau mengulang pertanyaanmu tadi dilain waktu aku akan menjawanya dengan lantang. Menari dan melepaskan beban dan terbang bebas mengikuti alunan musik. Itu yang sebenarnya aku inginkan.
Bisakah kau mengulangan pertanyaanmu? Jangan hanya berbisik.
Ditengah-tengah Taehyung yang masih bercanda bersama Jungkook dan Soojin, aku mencari sosok yang sedari tadi berdiri didekat pintu aula itu. Dirinya masih disana. Namun tatapannya fokus pada sesuatu.
Aku mengikuti arah tatapannya dan mendapati ia tengah menatap seseorang.
Aku mendapatinya memandang Ara yang tengah menunduk menyadarkan kepalanya pada Hana.
***
Thank you for reading.
Simpan cerita ini di library agar kalian mendapat notifikasi update.
Purple you💜💜💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top