12. The Most Beautiful Voice

"I die for your delicate voice. I want you"

***

Ara

"There's so many Park Wooyoung in South Korea, Park Ara." Suara Yuni mengalun dengan nada menenangkan. "Kau yakin, yang kau temui itu adalah benar Ayahmu?" tanyanya lagi. Aku mengangguk dengan mantap, walaupun aku yakin Yuni pun tidak akan melihatku.

"Aku yakin. Aku juga tidak tahu mengapa aku begitu yakin, tapi aku sangat yakin." Ucapku. "Dari profesinya, studi yang dia ambil, umurnya dan yang paling penting," Aku kembali melihat layar laptopku. Menampilkan profile Dekan Ekonomi dan Bisnis. "Riwayat pendidikannya." Ujarku lagi.

Aku tidak bodoh langsung mendatangi departemen Ekobisnis dan mencari dekan kemudian mengaku sebagai anaknya. Aku tidak sebodoh itu. Aku tentu akan menyelidiki latar belakangnya terlebih dahulu. Apakah cocok seperti yang ibu ceritakan padaku. apakah cocok seperti yang telah ku selidiki dari foto-foto lama yang diam diam kulihat dari lemari ibuku. Aku tidak langsung melompat pada fakta bahwa aku yakin dia Ayahku tanpa mencari kebenarannya terlebih dahulu.

"Lalu apa? Kau akan mendatanginya kemudian muncul tiba-tiba dihadapannya?"

"I did."

"You what?!"

"I did find him." Ulangku. "Aku memperkenalkan diriku padanya. Indeed, dia tahu Indonesia dan pernah belajar disana. Tapi dia tidak mengenaliku. Atau berpura-pura tidak mengenaliku." Aku mencoba tertawa diakhir penjelasanku. Namun aku tahu hal itu tidak akan mempan jika berbicara dengan Yuni. Ia sudah terlalu mengenalku.

"Ara..."

"Aku hanya ingin ia tahu bahwa aku ada, Yun. Hanya itu." Ucapku menyerah. Bagaimanapun aku tidak mungkin sebenarnya muncul tiba-tiba. Aku yakin ia telah memiliki keluarganya disini. Dan ya, aku bodoh. Aku menyadari sekarang bahwa itu hal terbodoh yang telah kulakukan.

Aku hanya ingin ia tahu bahwa aku bukan kesalahan yang harus ia tinggalkan.

Aku ingin ia tahu bahwa, meskipun ia kini tak mengenaliku, aku akan mengikutinya kemanapun, seperti anak kecil yang mengekor pada Ayahnya.

***
Aku menunduk,  memejamkan mataku. Bernyanyi dengan hanya mengingat niatku untuk dekat dengannya sebagai anak yg tidak ia kenal.

I think someone

Is paraying for someone

I think i can softly hear

A love poem that was silently written

It clearly flies over to you

I hope it reaches you before it's too late

I'll be there, behind you when you walk alone

Singing till the end, this song that won't end

Open your ears for just a moment

I'll sing for you, who is walking through an especially long tonight.

###

Taehyung

"Is she sing Love Poem?!" Jungkook berdiri tegak dari kursinya dan menyipitkan matanya melihat layar yang berada jauh didepan. "Soojinie dia menyanyikan lagu idolaku, astaga sauranya" Kedua tangannya berada di kepalanya sambil menggeleng tak percaya.

"Oh God yes, you go girl." Soojin bergumam.

Indeed,

Suaranya mengalun dengan indahnya, mengisi relung aula dan menggema hingga keluar. Semuanya hening mendengarkannya. Dilayar itu juga aku dapat meilhat Yoongi Hyung juga berdecak kagum melihat Ara bernyanyi dengan merdunya, menyentuh nada dengan tepat dan sempurna tanpa cela.

"Tebakanmu benar. Sure she can sing-"

"She can. In a beautiful, delicate, amazing voice." Sambungku tanpa melepaskan tataanku pada layar. Masih dengan menatapnya. Tentu ia bernyanyi dengan hatinya. Pasti ada sesuatu yang berkaitan dengan lagu ini hingga ia dapat menanyinyakannya dengan indah. Apa kira-kira? Ia telah memiliki kekasihkah? Apakah ia memutar makna lagunya sehingga ini tentang keluarganya seperti yang ia katakan padaku? Apa kira-kira?

Setelahnya ia menunduk memberi hormat lalu keluar dari ruangan. Pandanganku beralih dari layar kepada pintu yang terbuka, memunculkan ia yang berjalan kearahku. Kearah kami. Rok coklat yang menggantung diatas betisnya yang tertutup kaos kaki berwarna merah dengan sepatu adidas putih mengiring langkah kakinya. Sungguh sangat cocok dengan sweater kuning yang ia tutupi dengan plaid shirt berwarna merah maroon yang ia kenakan. Rambutnya terayun ringan membingkai wajahnya.

Aku tahu Jimin masih melihatku dan aku tidak mempedulikannya. Kemudian ia menggelengkan kepalannya. Aku dapat melihatnya tersenyum dari ekor mataku.

"Berhati-hatilah, Taehyung."



























"Kau mungkin akan menyukainya."

###

Ara

"YOU CAN SING!" Hana langsung menyambutku dengan pukulan dibahu, aku seketika mengaduh.

"Hanachaan sakiit astaga. Kau ini ikut club judo saat sekolah dulu yah?" ucapku tidak mengindahkan pertanyaannya.

"Dan selama ini kau bungkam? sebagai orang pertama yang kau kenal di negara yang indah ini aku merasa gagal mengenalmu." Soojin menggelengkan kepalanya seolah-olah ia memerankan drama.

"Soojinnieee jangan berlebihan."

"Tapi sungguh, suaramu bagus. Kau tidak lihat Yoongi hyung tidak berkedip melihatmu?"

"Suaramu lumayan juga." Suara berat itu muncul dari belakang. Siapa lagi jika bukan Taehyung sunbae, aku mengalihkan pandanganku padanya dan tersenyum padanya. Kini ia tidak mengenakan topinya, wajahnya semakin terlihat tampan.

"Tentu saja, bakatku tidak bermain dengan hati perempuan." Jungkook dan Soojin terkagum dan tepuk tangan secara serentak seperti anak tk.

"Yah jinjja-" kemudian aku tertawa. "Soojin kau mengajarkan Ara yang tidak-tidak oh? Aku bersumpah jika kau cerita yang tidak-tidak-"

"Ya Tuhan sunbae, aku hanya bercanda. Terima kasih pujianmu membuat hatiku hangat." Ucapku memotong kekesalannya. Ia hanya menggelengkan kepalanya tersenyum sinis sambil memutar bola matanya tak senang dengan keberanianku namun aku tahu ia menikmati rundungan semacam ini.

"Hyung, kau lihat? Aku perlahan mengumpulkan pasukan untuk melawanmu dan Jimin hyung. Akhirnya aku tidak sendirian lagi." Ucap Jungkook merangkulku kemudian merapatkan Hana dan Soojin seperti barisan didepan Taehyung sunbae dan Jimin Sunbae yang sekarang menggelengkan kepalanya.

"Yaaishh kalian tidak akan bisa mengalahkan kami." ucap Tahyung Sunbae mengikuti alur bercanda Jungkook.

"Coba saja jika kalian ingin mati." Jimin sunbae menambahkan dengan angkuhnya. Sejenak kupikir ia serius.

Permainan macam apa ini? Mereka sungguh selalu seperti ini?

"Kau duluan yang menghadapi mereka, Hanachan." Dengan tenang Soojin mendorong Hana ke arah Taehyung dan Jimin sunbae.

"Akamjagiya- yaahh." Semua tertawa. Aku bahkan tidak tahu mengapa tertawa disutuasi yang tidak jelas seperti ini. Tapi aku dapat melihat betapa dekat dan akrabnya Jungkook dan Soojin pada dua sunbae ini. Mungkin karna mereka berdua yang jarak umurnya tidak jauh? Entahlah.

"Oh? Yaa dengar itu namamu dipanggil Soojinnie." Kata kata hana membuat kami seketika bubar dan duduk ditempat duduk masing-masing. Masih dengan tertawa. Setelah memberikan kata-kata penyemangat kepada Soojin kemudian ia melangkah menjauh menuju ruangan dimana aku dan 5 orang setelahku masuk.

Mataku mengikuti langkah Soojin, dan tak sengaja membawaku kepada sosok dilewati oleh Soojin. Sosok yang telah kuniatkan untuk tidak melihat wajahnya lagi.

Mata kami bertemu saling tatap.












Tuhan telan aku hidup-hidup.

























Apa yang ia lakukan disini?


***

Simpan cerita ini di library agar kalian mendapat notifikasi update.

Thank you for reading💜

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top