About our Friendship : O4

Jika kalian bertanya bagaimana pertemanan anak-anak Gamma, maka jawabannya ada pada Reyhan.

Ya, karena Reyhan lah mereka semua bisa menjadi teman sekarang. Reyhan bisa dibilang sebagai penghubung diantara mereka semua.

Saat kelas satu SMA, mereka belum berteman baik karena pada saat itu mereka sibuk dengan urusan masing-masing.

Reyhan bisa dikatakan sebagai siswa populer dengan tingkat keramahan 99%. Reyhan pandai bergaul dan berteman dengan banyak orang. Dalam tiga angkatan, semuanya hampir mengenal Reyhan yang kebetulan juga saat itu aktif di banyak kegiatan seperti OSIS.

Awalnya Reyhan berteman baik dengan Hardin karena mereka berteman sejak kecil, kedua orang tua mereka adalah sahabat baik.

Selanjutnya Hardin dikenalkan oleh Reyhan dengan Allen, Revan dan Nathan. Ketiganya merupakan teman bermain Reyhan di klub futsal yang ia ikuti. Sementara Allen sudah mengenal Revan dan Nathan lama karena mereka berada dalam satu kawasan tempat tinggal yang sama. Bisa dikatakan bahwa Allen dan si kembar adalah teman sepermainan sejak kecil.

Lalu Reyhan juga sering bermain basket dengan Kenzo yang ternyata berteman dengan Serena selaku manager klub basket di sekolah mereka.

Untuk Darin dan Hana, Reyhan bertemu mereka saat menjadi perwakilan kelas untuk kegiatan sosial di sekolah mereka. Dan tentu saja disisi Darin selalu ada Ares. Kedua orang itu bahkan sampai digosipkan pacaran karena terlihat sangat dekat. Tak lupa Erina yang ikut bergabung dengan mereka karena dikenalkan oleh Hana. Kedua gadis itu memang sudah berteman baik sejak SMP. Reyhan menjadi akrab dengan gadis-gadis itu di kegiatan sosial mereka, oh jangan lupakan Allen yang juga ikut sebagai perwakilan kelas.

Sementara itu Kenzo dan Ares sudah saling mengenal karena sama-sama berada di klub basket.

Selanjutnya Hardin mengenalkan Reyhan kepada Chandra dan Alea yang saat itu merupakan teman yang ia kenal dari perwakilan olimpiade, mereka bertiga sering bertemu karena mewakili sekolah.

Alea sendiri berteman baik dengan Darin dan Chandra karena mereka satu SMP.

Lalu seolah semuanya sudah terikat oleh benang merah. Mereka yang awalnya hanya saling mengenal kini menjadi teman dan kembali dipertemukan saat kelas dua di satu kelas yang sama.

Dan setelah menjadi satu kelas, mereka pun menjadi semakin dekat hingga berteman sampai saat ini.

5 tahun bukan waktu yang sebentar. Tentu saja dalam 5 tahun ini mereka menjadi saling memahami satu sama lain. Saling mengetahui masalah masing-masing. Dan bisa saling menerima setiap kekurangan yang ada meskipun tentu saja ada sedikit perdebatan yang tak luput dalam kurun waktu 5 tahun ini. Untungnya mereka bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik dan kembali seperti biasa.

Entah apa yang akan terjadi di masa depan, tidak ada yang mengharapkan sebuah perpisahan dalam pertemanan mereka.

Karena itulah mereka mencoba untuk semakin dewasa dalam bersikap dan berusaha untuk tidak melewati batasan-batasan yang ada.



...............................

"Ngelamunin apaan sih?" tanya Reyhan pada Alea.

Lelaki itu mengejutkan Alea yang sedari tadi tengah termenung di kantin Fakultas kedokteran.

"Ngagetin anjing! Bisa gak sih muncul dengan cara yang normal-normal aja," ucap Alea.

Reyhan tertawa puas dengan reaksi calon ibu dokter itu.

"Ya lagian lo udah gue panggil berkali-kali gak ada respon," ujar Reyhan. Lelaki itu mengambil tempat duduk di samping Alea.

"Mikirin apa sih emang?" tanya Reyhan penasaran.

Alea mendengus pelan sebelum mengedarkan pandangannya. "Lo sendirian aja?" tanya Alea.

"Gue nanya malah balik nanya, emang anjing!" keluh Reyhan.

"Gak sama Erina?" tanya Alea lagi, gadis itu tak menghiraukan protes dari Reyhan sama sekali.

"Tuh anak pergi dulu ama Serena, katanya sih mau beli keperluan yang kurang, paling entar sore udah kelar," ucap Reyhan.

Alea hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

Kali ini Reyhan yang mengedarkan pandangannya. "Chandra kemana dah?"

"Lagi nemenin prof Suho seminar," sahut Alea.

Reyhan berdecak kagum. "Sahabat gue yang satu itu emang membanggakan banget sih."

"Siapa? Gue ya," potong Revan yang entah sejak kapan sudah ada di hadapan mereka. Lelaki itu duduk dengan santai sembari mencomot makan siang Alea.

"Lo tuh yang ada bikin naik darah!" sahut Reyhan sembari menggelengkan kepalanya melihat tingkah Revan.

"Untung cuma satu yang kayak gini," sahut Hardin yang ikut bergabung dengan mereka.

"Hana mana?" tanya Revan pada Hardin yang baru saja datang.

Hardin mendengus, lelaki itu mengembalikan makan siang Alea kepada gadis itu. Kemudian menjawab. "Hana masih ngerjain tugas akhirnya di semester ini."

"Loh belum kelar juga?" tanya Reyhan.

"Kan beberapa hari yang lalu dia sakit," ucap Hardin.

"Hana sama siapa ngerjainnya?" tanya Revan.

"Sendirian."

Revan otomatis berdiri tegak, seperti biasa heboh karena mengetahui pujaan hatinya tengah sendirian.

"Kenapa gak lo temenin?! Entar kalo Hana digangguin kating mesum gimana?!" ujar Revan.

Alea menarik kerah Revan begitu melihat sahabatnya ingin pergi menyusul Hana. "Gak usah lebay, entar juga anaknya bakalan kesini," ucap Alea.

Revan mendengus sebal. Sementara Hardin dan Reyhan puas menertawakannya.

"Annyeong uri chingu!" suara gadis itu begitu nyaring hingga mereka sontak mengalihkan pandangannya.

Reyhan tersenyum lebar kemudian melambaikan tangan dengan semangat kepada gadis itu.

Disana Darin tengah berjalan dengan langkah yang riang sembari balas melambaikan tangannya pada Reyhan. Tak jauh dari Darin, ada Ares yang seperti biasa tidak terlalu banyak menunjukkan ekspresi, berbanding terbalik dengan Darin.

"Kalian pasti udah nungguin lama ya,"  ucap Darin.

"Gak juga, orang janjiannya jam 4. Lagian lo pasti nyuruh Ares buat bantuin bikin tugas akhir lo dulu kan," sahut Alea sembari memicingkan matanya.

Darin hanya tertawa garing kemudian mengambil tempat duduk dihadapan teman-temannya. Sembari tanpa dosa mulai melihat-lihat menu makan siang.

"Lagian lo kok mau-mau aja sih di manfaatin nih anak," ucap Reyhan pada Ares yang ikut duduk di samping Darin.

Ares baru akan menjawab namun sudah disela terlebih dahulu oleh Darin. "Ares mau bantuin gue ya, gue gak maksa kok."

"Iyalah orang dianya bucin," gumam Revan sedikit mendengus. Pasalnya Ares merupakan saingan utama kembarannya saat ini.

Hardin tertawa pelan. "Lain kali lo harus pasang label harga sih buat bantuin bikin tugas," ucap Hardin pada Ares.

Reyhan tersenyum lebar sebelum beringsut mendekat pada Ares. Tanpa malu merangkul lengan lelaki itu.

"Gue mau juga dong di bantuin bikin tugas, kebetulan tugas akhir gue ada yang belum kelar," ucap Reyhan yang sontak mendapatkan pukulan di kepalanya.

"Najis tau gak! Minggir sana!" ucap Ares.

Reyhan merengut sebal sembari mengusap kepalanya. "Ares jahat banget bjir, gimana kalo nanti gue jadi bego!"

"Kan emang udah bego," sahut Alea yang di setujui oleh semua orang.

"PARAHHH-UMPPTTT!"

"Berisik banget buset, itu mulut apa toa hah, kedengeran sampe luar," ucap Kenzo, pelaku yang menutup mulut Reyhan tadi.

"Gak sama Nathan Ken?" tanya Darin saat mendapati lelaki jangkung itu sendirian. Padahal Kenzo dan Nathan sama-sama anak teknik mesin.

"Oh tuh anak nyusul entar, soalnya masih rapat BEM, Allen juga disana," ucap Kenzo.

"LAHH IYA RAPAT!" teriak Reyhan baru ingat jika ia juga bagian dari BEM di kampusnya.

"Duduk aja disini, udah telat juga," tahan Kenzo pada Reyhan yang mau pergi.

"Pantesan dari tadi gue ngerasa kek ada yang kurang, ternyata rapat BEM," ucap Reyhan.

"Mampus entar kena marah kak Deon lu," ucap Darin menakut-nakuti Reyhan dengan sosok ketua BEM yang terkenal tegas itu.

"Lo bantuin gue lahh!" ucap Reyhan.

Darin mengerutkan keningnya. "Lah kok gue?"

"Kan lo mantannya," sahut Reyhan tanpa dosa.

"Semua orang di kampus ini juga tau kak Deon bisa berubah jadi kucing kalo sama lo," lanjut Reyhan.

"Apaan gak ya!" bantah Darin.

"Udah terima aja faktanya, lagian kak Deon oke banget, sayang tau kalo di sia-siain," ucap Alea sembari menaik turunkan alisnya menggoda Darin.

"Gue pulang aja ya kalo lo pada bahas kak Deon lagi," ancam Darin.

"Lah lo duluan tuh yang nyebut nama kak Deon," ucap Reyhan gak mau kalah.

Darin mendengus pelan, memang ia tidak akan pernah bisa menang jija berdebat dengan Reyhan.

"Udah lah mending lo pada pesen deh, udah jam berapa ini," ujar Ares.

"Iya nih, nungguin yang lain sambil makan aja, entar kalo udah kumpul semua tinggal pergi deh," timpal Darin. Sedikit bersyukur karena Ares mengalihkan pembicaraan mereka.

Anak Gamma emang rencananya mau liburan singkat sebelum memasuki semester baru. Tentunya ini sudah di rencanakan dari jauh-jauh hari dan juga menyesuaikan dengan jadwal dan kegiatan mereka di kampus. Dan hari ini adalah waktunya. Meskipun ada beberapa dari mereka yang masih memiliki sedikit urusan.

"Udah jam 4 nih," ucap Alea sembari menatap jam tangannya.

Mereka sudah menyelesaikan makan siang sembari bercerita berbagai macam hal hingga tak terasa sudah jam 4 sore, dimana mereka harus bergegas pergi agar tidak kemalaman sampai di penginapan.

"Yang udah siap pergi duluan aja, gue nungguin anak-anak yang masih di kampus," ucap Hardin.

"Gak mauuuuu! Gue mau pergi sama Hana!" tolak Revan.

Kenzo merangkul sahabatnya itu kemudian menyeret paksa Revan yang terlalu berisik itu. "Gak ada kesempatan buat ngebucin, lo pergi bareng kita," ucap Kenzo.

"TIDAKKKKKKK!" teriak Revan penuh drama ketika di bawa pergi oleh Kenzo. Di belakang mereka ada Alea dan Reyhan yang mengikuti.

"Lo gimana rin? Jadi mau ambil barang di rumah?" tanya Hardin pada Darin.

"Iya deh kayaknya, aduh kenapa juga sih gue baru inget tadi," keluh Darin.

"Apanya yang ketinggalan?" tanya Nathan yang baru saja datang bersama Allen.

"Barangnya Darin, tuh anak baru inget kalo ada yang ketinggalan," jelas Hardin.

"Yaelahh kebiasaan banget sih lo," ejek Nathan sembari mengusak rambutnya Darin gemas.

"Apaan sih! Namanya juga lupa!" keluh Darin sembari menyingkirkan tangan Nathan yang jahil itu darinya.

"Yudah mau ambil bareng gak?" tanya Allen.

"Ribet entar bolak-balik-"

"YOOOOOO! JANGAN TINGGALIN KITA!"

Ketiganya menoleh ke arah Erina yang berlari cepat menghampiri mereka.

"Kita tepat waktu kan," ucap Erina sembari mengatur nafasnya.

Tak lama kemudian Serena pun ikut bergabung setelah di tinggal oleh Erina berlari tadi.

"Nih anak powernya gak abis-abis anjir!" keluh Serena.

Darin dan Hardin tertawa pelan. "Lagian siapa suruh lari," ucap Hardin.

"Ya kan gue takut ketinggalan," ucap Erina.

"Yang lain udah pada pergi?" tanya Serena.

"Kenzo, Revan, Reyhan ama Alea udah kita suruh duluan, biar sekalian ngurusin penginapan," ucap Hardin.

"Terus Chandra, Ares ama Hana mana?" tanya Erina.

"Chandra ama Hana katanya lagi jalan ke sini, si Ares tadi udah disini sih tapi satu jam yang lalu dia di panggil ke ruang dosen," ujar Darin.

"Tuh Chandra sama Hana." Hardin menunjuk Chandra dan Hana yang berjalan dengan santai menghampiri mereka.

"Berarti tinggal Ares ya," ucap Serena.

"Emang Ares kemana?" tanya Chandra.

"Masih di ruang dosen sih," ucap Darin.

"Lo jadi pulang dulu?" tanya Nathan pada Darin.

Darin mengangguk pelan.

"Kenapa pulang?" tanya Hana.

"Barang gue ada yang ketinggalan, baru inget tadi," ucap Darin.

"Terus ini gimana?" tanya Serena.

"Kalian duluan aja, entar gue perginya bareng Ares," ucap Darin.

"Terus yang nganterin lo pulang ambil barang siapa?" tanya Erina.

"Udah itu mah gampang, kalian duluan aja," ucap Darin yang tidak mau merepotkan.

Darin tahu teman-temannya sudah lelah dengan kegiatan mereka hari ini. Jika mereka harus menemani Darin terlebih dahulu, sudah bisa di pastikan mereka akan kemalaman sampai di penginapan, apalagi penginapan dan rumahnya tidak sejalan.

"Gak papa sendirian?" tanya Hana khawatir.

"Gue gak sendirian woy, santai aja," ucap Darin.

Mereka tidak berkomentar lebih karena percaya saja pada Darin. Lagi pula ada Ares yang pergi bersama gadis itu.

"Yaudah entar nyusul bareng Ares ya," ucap Hardin.

"Gue nemenin Darin ambil barangnya, Kalian duluan aja," ujar Nathan tiba-tiba.

"Lah gue sendirian juga gak papa kok, gue bisa naik taksi," ucap Darin.

"Ngapain sendirian kalo bisa sama gue," ucap Nathan.

Darin mendengus pelan. "Lagian gue udah bilang ke Ares, entar dia jemput di rumah," ucap Darin.

"Yaudah bareng gue aja," ucap Nathan masih kekeh ingin menemani Darin.

Darin melirik sekilas pada Erina, bohong jika Darin tidak tahu apa yang dirasakan oleh sahabatnya itu.

"Kalo gitu lo sama Nathan aja, lagian udah sore gini, entar pergi bertiga bareng Ares," ucap Chandra memutuskan.

Dan ketika Chandra sudah berucap, mereka pun gak bisa menolak. Karena memang solusi dari Chandra adalah yang paling masuk akal.

"Okay," ucap Darin akhirnya.

Mereka pun mulai pergi terlebih dahulu, meninggalkan Nathan dan Darin disana.

"Lo bawa mobil?" tanya Darin.

"Revan yang pake, gue nitip motor di rumah lo entar," ujar Nathan.

Lelaki itu sudah berjalan lebih dahulu, Darin pun mengikuti di belakangnya. Gadis itu merutuki ketidak pekaan Nathan.

Pada akhirnya lagi-lagi Darin membuat Sahabatnya harus melihat hal yang tidak ingin dia lihat.

Lagi pula kenapa Nathan tidak menyadari perasaan Erina yang sudah sejelas itu.



.
.
.

- To be continued -

Alhamdulillah bisa update guys. Ternyata emang harus di perbaharui dulu app nya huhuhu

Semoga suka ya

Btw

Ini kak Deon wkwk


Klik

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top