2. Pertemuan Macam Apa?
'Seaneh apapun pertemuannya, kita tetaplah takdir yang baik menurut Allah.'
Abi untuk Angel
~Thierogiara
***
Fatih bersalaman dengan beberapa bapak-bapak yang pagi ini salat subuh di masjid yang sama dengannya.
"Anak pak Arifin ya?" tanya pak ustadz yang tadi menjadi imam.
Fatih mengangguk.
"Wah sekarang kerja di mana?" tanya ustadz Utsman lagi.
"Saya ngajar di pesantrennya Abi pak," jawab Fatih, dia memang jarang salat di masjid kompleks karena kadang Fatih harus menginap di pesantren.
"Sudah menikah?" Beginilah kalau bertemu orang tua di Indonesia, pertanyaan tak akan jauh dari pertanyaan ini.
"Alhamdulillah belum Pak." Selanjutnya Fatih memberikan senyuman termanisnya.
"Abi kamu kan banyak relasi, kok lama-lama?"
Fatih menunduk, kan yang banyak relasi abinya, kenapa dia yang ditanya perihal menikah? Sejauh ini abinya sendiri bahkan tak pernah memperkenalkan Fatih langsung dengan anak temannya. Yang selalu mempermasalahkan kesendirian Fatih adalah uminya, kalau abinya santai, abinya telah selesai mengurus Zahra dan menurutnya Fatih dan Al bisa mengurus diri mereka sendiri.
"Mungkin memang belum saatnya Pak." Dan Fatih masih berusaha memberikan senyuman terbaiknya, dia tidak ngebet, kenapa orang-orang pada ingin melihatnya menikah?
Ustadz Utsman mengangguk-angguk, bukan urusannya juga jika memang masih ada yang harus faith kejar dalam hidupnya.
"Ya sudah saya permisi dulu, assalamualaikum." Pak Utsman berpamitan.
Fatih mengangguk. "Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh, hati-hati Pak."
Setelah itu Fatih langsung keluar dari masjid, dia melihat ke jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah pagi, Fatih memutuskan sarapan dulu di bubur ayam depan kompleks.
Setelah hampir jam delapan pagi dia baru beranjak kemudian melanjutkan perjalanan menuju rumah, jadi Fatih hanya jalan kaki karena memang rumah dan masjid jaraknya tidak begitu jauh.
Berjalan layaknya orang biasa, Fatih dikejutkan dengan seorang gadis itu tiba-tiba muncul dari balik sebuah gerbang kemudian menunduk di sebelah selokan lalu memuntahkan semua isi perutnya.
Fatih langsung terdiam di tempat, apa-apaan ini? kenapa muntahan itu sangat mirip dengan bubur ayamnya tadi?
Fatih memutuskan untuk membuang pandangannya, wanita itu memakai baju yang bisa dibilang sangat kurang bahan dan Fatih mungkin akan ikut berdosa jika menikmati tubuh tersebut. Suara muntahannya benar-benar nyaring di telinga Fatih. Perut Fatih sampai ikut bergejolak mendengarnya, bisa-bisanya sepagi ini dia disuguhkan dengan hal seperti ini, mana baru selesai sarapan.
Fatih kembali berjalan berniat mengabaikan itu namun sepertinya memang semesta tak ingin dia pulang dengan damai, baru saja ingin melewati wanita yang sedang muntah-muntah tersebut, wanita itu malah pingsang. Refleks Fatih berbalik dan ya wanita itu sudah terkapar di samping got.
Fatih menatap ke sekitar, masih sangat sepi, hanya ada seorang bapak yang membawa anaknya jalan-jalan.
"Mas tolongin Mas," suruh bapak tersebut.
"Aduh gimana ya Pak."
"Nggak apa-apa itu Mas, namanya juga orang pingsan." Fatih memejamkan matanya sejenak, beristigfar beberapa kali kemudian menghampiri wanita itu untuk memastikan keadaannya.
Bapak-bapak tadi hanya menonton karena memang dia sedang menggendong anaknya jadi tak bisa membantu Fatih. Fatih menggigit bibir bawahnya, gendong? Atau tidak? Masalahnya Fatih tak pernah berhadapan dengan situasi seperti ini jadi tidak tahu harus bersikap bagaimana.
Fatih bangkit kemudian melongok ke dalam rumah.
"Assalamualaikum!!"
Taka da jawaban, sampai setelah beberapa menit berlalu datang bergerombol gadis mungkin sekitar empat orang.
"Aduuh Veee," celetuk salah seorang.
Fatih semakin bingung karena kini dia harus menjaga pandangan bukan hanya ke satu wanita yang pingsan itu, namun ada empat lagi dengan pakaian nyaris serupa.
"Mas bantuin Mas, bawa masuk," pinta salah seorang.
"Gimana ya." Fatih masih menimbang-nimbang karena jujur dia takut menyentuh wanita apalagi yang bukan mahram, lebih-lebih lagi yang tak kenal begini.
Empat wanita yang masih sadar menatap Fatih dari ujung kepala sampai kaki.
"Tolongin ya Mas, Allah pasti paham kok." Salah seorang menyeletuk.
Fatih menimbang sebentar sebelum akhirnya memutuskan berjongkok kemudian membopong tubuh wanita yang pingsan itu, empat wanita lainnya menggiring Fatih ke sebuah kamar kemudian menyuruhnya meletakkan wanita itu di kasur.
Fatih seteketika lega saat wanita itu terlepas dari jangkauannya.
"Duh maafin ya Mas, temen saya emang gitu kalau lagi mabuk," jelas salah seorang.
Fatih membelalakkan matanya.
"Mabuk? Cewek?"
"Ups." Kemudian yang lain langsung diam.
"Ya elah Mas udah biasa lagi, belum pernah ya? Kelihatan sih, wajah-wajah imam idaman kayak Mas mana tau dunia kita."
Fatih seketika merinding mendengarnya, bukan karena mabuk atau pandangannya soal para wanita di depannya menjadi berubah, ini adalah masalah dengan hidupnya sendiri. Bisa-bisanya sepagi ini Fatih sudah melalui banyak hal.
"Oke deh saya pamit ya." Fatih yang mulai linglung memutuskan untuk pulang.
"Mas nggak mau minum dulu?" Dan dengan kurang ajarnya salah seorang wanita di sana masih ingin menganggunya.
"Nggak!"
Mereka semua tertawa. "Bukan amer kok."
"Amer apa?"
"Lupakan."
***
Fatih bak orang linglung masuk melalui pintu garasi yang langsung terhubung ke ruang makan.
"Sarapan Bang, Umi baru selesai masak," ujar Yumna.
Fatih hanya mendudukkan dirinya tanpa mendengar apa yang uminya katakan, bagaimana ini? dia telah menyentuh seorang wanita yang sama sekali tidak halal baginya.
"Bang?" tanya Yumna memastikan kalau anak laki-lakinya itu baik-baik saja.
"Iya Mi?" tanya Fatih, namun masih sangat kentara kalau Fatih sedang tidak fokus.
"Sarapan?"
"Udah tadi di tukang bubur depan kompleks," jawab Fatih.
Yumna mengangguk.
Mengingat bubur malah membuat Fatih mengingat muntah, mentalnya langsung kena, mungkin setelah ini dia akan trauma dengan bubur.
"Terus kenapa? Ada masalah?" tanya Yumna lagi.
Fatih menggeleng kemudian langsung berjalan menaiki tangga menuju lantai dua. Dia butuh menenangkan diri agar tetap waras.
***
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Yang lebih bar bar dari Zahra?
Istrinya Fatih wkwkwkw!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top