Azure.
「Sigma.」
Tidak memiliki tujuan aku meninggalkan jejak pada sekumpulan partikel putih yang turun lebat sejak dua malam lalu. Angin dingin berembus, membekukan kehangatan darah yang mengalir dalam nadi. Pakaian hangat melindungiku dari serbuan angin. Manakala iseng, aku sengaja membuka mulutku untuk bernapas, uap keluar dari bibir layaknya seseorang yang mengisap rokok.
Pendar putih menguasai sekeliling. Jika tidak ada keperluan, mana mungkin aku meninggalkan apartemen yang sudah kuhangatkan temperatur ruangannya itu. Namun, keluar saat orang-orang lebih memilih mengurung diri dan menggolek di permukaan ranjang tak terlihat buruk.
Kelabu menghias lengkung cakrawala; menyembunyikan kuasa sang surya kala aku menyadari benda putih turun di depan mataku barusan. Aku mempercepat langkah, tak ingin terjebak dalam badai salju yang diperkirakan akan turun lagi hari ini. Namun, sesuatu membekukan segalanya. Degup jantung berkerja dua kali lebih cepat, aku mencari sumber suara yang menuntunku tanpa aku ingin mencarinya. Hati nuraniku menguasai logika dan akal kali ini. Indraku menangkap suara lemah yang mengeong, dari mana asalnya? Aku sedang mencari.
Manikku terpaku mendapati pemandangan yang cukup menggugah atma.
Seekor anak kucing; aku menemukan seekor anak kucing dengan bulu abu-abu putih yang terkapar. Kucing itu terus mengeong. Agaknya, meminta pertolongan saat jalanan tidak banyak dilalui orang-orang seperti saat ini.
Menurunkan syal yang melapisi leher, aku menggendongnya pelan. Sudah kuduga, kucing ini tidak baik-baik saja. Suaranya semakin keras saat aku dekap lembut. Aku berusaha menenangkannya sebelum melanjutkan perjalanan. Tak kusangka akan memakan waktu tak kurang dari sepuluh menit hanya untuk menghentikan meongan lirihnya.
Dari sini, aku mulai berlari.
Melangkah secepat mungkin menuju apartemen, lalu menguncinya.
Menekan nomor seseorang yang kukenal saat kusendiri baru menyadari gunanya internet saat suara di seberang sana sudah menjawab panggilanku.
「Gogol!」
「Yo, Sigma-kun!」
「Aku membawa anak kucing!」
Seseroang di seberang sana mendadak mengambil sikap diam.
「Gogol!」
「Lalu, mau kamu apakan?」
「Bagaimana cara merawatnya?」
「Kamu membawa anak kucing saat kamu sendiri tidak tahu cara merawatnya?」
「Gogol!」
「Aku bercanda. Aku juga memiliki kucing. Kamu ambil anak kucing yang berusia?」
「... Usia?」
「Kamu mengambil kucing atau memungutnya?」
「Memungut!! Aku memungutnya!」
「Kucing kecil?」
「Sangat lemah.」
「Dugaanku, kucing itu mungkin berusia dua bulan. Tak apa. Jika keadaannya lemah seperti itu, baiknya kamu mandikan dengan air panas suam kuku.」
「Suam kuku itu apa?」
Aku mencatat segala arahan yang datang dari Nikolai di sebuah halaman dalam buku catatan yang selalu tak jauh dariku.
Kucing ini—senantiasa mengeong saat kuusap dengan air hangat yang kupastikan tidak membakar kulitnya. Gogol bilang, selagi dimandikan, kucing juga bisa dipotong kukunya. Namun, aku masih belum berani melakukan hal itu; dan ia memutuskan akan mengunjungiku esok; karena aku melarangnya untuk bertandang hari ini sebab badai salju yang telah diperkirakan.
Aku memberikannya susu hangat yang dicampur dengan air—kata Gogol, berikan itu dahulu sebelum makanan yang bertekstur lunak. Gogol bilang juga kalau kucing ini kucing betina saat kusebutkan ciri-ciri yang ia minta.
「Gogol! Kucingnya tidak mau minum!」
「Sigma-kun, kamu bisa tidak panik, tidak? Punya sendok? Berikan sedikit-sedikit pada kucingmu. Pelan-pelan, ia masih lemah.」
「Oh, oke. Terima kasih banyak.」
「Kamu mau beri nama siapa?」
「Nama?」
「... Namaku juga tidak apa-apa.」
Aku langsung menutup panggilannya dan menduga bahwa Gogol sedang menertawaiku di seberang sana.
Sesuai instruksi, aku memberikan anak kucing ini susu yang kesendok perlahan ke dalam mulutnya. Matanya masih tertutup, tak dapat kulihat kelereng dengan pupil lurus di sana, tetapi, ia mulai mengecap rasa hambar dari susu yang kuberikan.
Beberapa waktu, kulihat kelopak bundarnya terbuka. Menunjukkan esensi bening berkilat berwarna biru bagai langit musim semi. Begitu cantik. Kelerengnya teramat terang. Aku tak mengalihkan atensiku darinya sampai aku menyadari bahwa salah satu kaki depannya berusaha meraih hidungku. Tak berpikir dua kali aku membawa wajahku mendekati kucing kecil ini. Aku mendegar dengkuran pelan saat aku mendusalkan wajahku ke tubuh mungilnya. Membilang sebuah janji kala kepala kecil itu bergerak mengenaliku dalam pandangannya.
"Kita tinggal sama-sama mulai saat ini, Azure."
May 19, 2023.
aoiLilac.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top