A familiar name; yet, he can't remember it.
「Dazai Osamu.」
Dazai Osamu masih enggan beranjak dari tepi pelabuhan, menumbuk pandang jauh persis ke arah karpet biru besar dengan ombak yang sesekali membentur bukit karang. Fana senja menjadi kawan, semilir anila berembus mengirim bisikan samar yang terperangkap indra. Helai coklat nan ikal mengalun sendu, selaras dengan coat yang berkelibat saat kaki jenjang menarik langkah menuju tempat bernaung.
Jalan raya selalu padat merayap kala klakson kendaraan mau pun manusia lalu lalang di permukaan aspal sudah menjadi makanannya hari-hari. Persis di bawah rambu lalu lintas tepi jalan, agaknya menunggu sesuatu atau mencari sesuatu, Dazai menangkap basah seorang pria yang berdiri diam. Tak menunjukkan satu pergerakan pun dengan menggunakan pakaian tradisional. Haorinya perak, laksana pendar di angkasa yang masih tertembus awan tipis; surainya putih kecoklatan. Ingin Dazai abai, tetapi batin, dan pikirannya mengatakan hal lain yang membuatnya harus mengalah pada perasaan lemah. "Butuh bantuan, tuan?" Dazai memberanikan diri bertanya, toh, tidak ada salahnya juga ia memiliki niat untuk menolong dengan membubuhkan senyum tipis meyakinkan pada orang ini.
Degup jantungnya mendadak berpacu cepat, mengirim rasa gigil saat kepala dari pria itu menoleh. Manik yang selaras dengan warna daun momiji memandangnya teduh; tanpa emosi; tanpa dendam. Garis wajahnya menunjukkan raut datar, meski demikian, Dazai dusta jika ia mengatakan pria ini tidak sejuk pembawaannya. Senyum di bibir orang asing lantas terbentuk kecil, anggukan tipis dilayangkan sebagai respon atas pertanyaan yang baru saja terdengar. "Saya rasa begitu."
"Ah," Dazai tersenyum. Demi Dewa, suara orang ini begitu tenang layaknya air di telaga yang dijatuhi tetesan air lain dari daun, beriak, menimbulkan ombak riuh sederhana di permukaannya. "Ingin ke mana, tuan? Biar saya dampingi."
"Anak muda, kamu begitu baik." Dazai tertawa singkat. "Saya ingin ke perpustakaan kota." Ia bilang dengan jelas. "Kamu bisa mendampingi saya? Saya akan menghargai usahamu untuk membantu orang tua ini."
Orang tua, katanya.
"Tentu." Dazai tanpa ragu menarik lengan pria itu dari kerumunan manusia sibuk. Menggiringnya ke tepi jalan di mana suara-suara memenuhi pikiran. Suara alas kaki masing-masing membentur pijakan, teriring merdu sebagai musik dalam setiap jejaknya. "Tuan baru di kota, ya? Saya belum pernah lihat tuan di hari-hari lain."
Yang ditanya sebenarnya tidak pandai dengan kata-kata, tetapi apabila mendapatkannya, ia selalu memberikan yang terbaik agar pendengar tak kecewa. "Saya hanya mengunjungi kota ini untuk sesaat." Balasnya mengalun ringan. "Tidak berniat untuk menetap."
"Ahhh..." Dazai mengangguk paham. "Hanya sekedar bertandang untuk jalan-jalan, benar?"
"Persis."
Senyum tipis terbubuh dari pihak Yokohama. "Apa tujuan Anda ke perpustakaan kota?"
"Katakan saja, untuk menemukan sesuatu." Intonasi bicaranya masih tidak berubah. Gelombang suara yang diberikan masihlah dengan tempo lambat, tidak mengalun, tegas, tetapi berbisik layaknya dedaunan yang bertemu daun lain saat tersapu oleh angin. "Apa kamu memiliki sebuah kesibukan, anak muda?"
"Hm?" Dazai menoleh sesaat, lalu tertawa setengah malu. "Jika dibilang tidak, tetapi saya bekerja. Namun, saya enggan untuk melakukannya." Ia berterus terang. "Pekerjaanku sederhana, hanya membantu pihak kesulitan yang terdesak dan membutuhkan tenagaku."
"Itu bagus." Dazai mendapat pujian. "Setidaknya, hal yang kamu lakukan sudah benar. Menolong orang banyak, pada akhirnya akan membuatmu merasa tenang karena satu dua hal."
Sorot mata si pemuda mendadak teduh; sendu, dan berkaca. Namun, demikian ia segera berkedip untuk menghindari hal-hal yang bisa saja timbul tanpa keinginan. "Temanku juga berkata begitu." Ia bilang. "Bisa dibilang, alasanku untuk bekerja dalam bidang ini adalah temanku, tepatnya mendiang."
"Oh," Sedikit fakta yang pria ini tahu adalah, Dazai di tempat ini memang telah kehilangan secarik harapan dari orang yang disinggung barusan. "jika seperti itu, saya yakin mendiang temanmu bangga atas pilihanmu sekarang."
"Harapan saya persis seperti apa yang tuan katakan." Dazai membalas tipis, suaranya menggumam dengan desibel rendah dengan lafal yang jelas sebelum ia teringat sesuatu. "Omong-omong, nama saya adalah Dazai. Dazai Osamu."
Pria di sana tersenyum, raut wajahnya melunak tanpa pemuda itu sadari. "Dazai, ya?"
Langkah mereka masih beriringan, sampai akhirnya, Dazai memekik, "Ah, itu dia tempat tujuanmu, tuan." Ia menunjuk persis ke puncak kubah bangunan. "Biar saya dampingi sampai pintu depan."
Dazai menepati janjinya, mengatar pria yang tidak pernah ia ketahui namanya sampai di depan pintu masuk kaca perpustakaan kota. "Saya rasa, kita akan berpisah." Ungkap sang pemuda. "Setidaknya, hanya ini yang bisa saya lakukan untuk anda."
"Ini sudah lebih dari cukup." Senyumnya mengembang sedikit. Hanya sedikit. "Saya bisa pulang dari sini."
Dazai mengernyitkan dahi bingung. "Pulang?"
Pria asing perak di hadapannya hanya tersenyum tipis. Mengirim sengatan tak biasa kala angin menerbangkan haori dan yukatanya dalam riuh. "Saya harus pulang. Jika terlambat, pustakawan gadis kami tidak akan memberikan saya kesempatan untuk kali kedua."
"Apa?" Dazai clueless. "... Pustakawan?"
Pria di sana masih membubuhkan senyum. Saat senja berubah menjadi malam kala sang surya tak lagi mengintip dari ufuk barat, Dazai membaca gerakan bibir dari pria asing itu, sebelum angin dingin musim gugur berembus dan membutakan Dazai selama beberapa saat sebelum akhirnya, pria dengan satu nama yang tak asing baginya, tetapi ia tidak bisa mengingatnya itu persis hilang tanpa jejak.
"Saya adalah Kawabata Yasunari. Sungguh, sebuah kehormatan bagi saya bertemu denganmu di kota ini, Dazai-kun."
aoililac.
June 24, 2024.
ini ft. bungo alchemist, ya. kalo kalian engeh kenapa aku masukin dazai dengan kawabata-sensei, yah... taulah rlnya gimana karena gak menang akutagawa prize. hehe.
AKUN BUNALKU HILANG BTW. AAAAAAAAAAAAA--SEDIH-
dan ini untuk ngerayain happy (late) bday kawabata, dan dazai-sensei di bulan yang sama, cuma beda beberapa hari, so, yeah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top