33 :: Bucin Akut ::


Karena mu aku mulai membenci hari yang memisahkan kita meski hanya sejenak saja.

****

Arinda melihat Ed yang langsung berlaei ke arahnya saat dia keluar dari pintu kedatangan. Pria itu memeluknya hingga napas Arinda terasa sesak.

"ABANG BOS !" teriak Arinda lalu menghirup udara untuk mengisi kembali oksigen ke paru-parunya. Tatapan galak Arinda tidak membuat Ed takut, dia malah menarik tubuh Arinda dan menyatukan kening mereka.

Wajah galak yang dia lihat tadi kini merona membuat Ed sangat gemas. Satu kecupan di dapat Arinda tepat di hidung mancung miliknya.

"Menggelikan," ujar Ali yang dapat Ed dengar.

"Kamu berkata apa Ali," kata Ed sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana menatap Ali dengan wajah sombongnya.

Ali berpura-pura memasang wajah tidak tahu "Apa Bos ?"

"Gaji kamu saya potong dan akan saya berikan kepada Arinda." Supir Ed yang mendengar itu menahan tawa, Ed langsung membawa Arinda masuk ke dalam mobil. Dia duduk di bangku belakang sementara Ali di sebelah supirnya.

"Saya antar kamu ke kos ya," kata Ed dengan senyuman yang sangat manis. "Oh ya besok kamu tidak perlu datang ke apartemen saya dulu. Supir saya akan menjemput kamu dan membawa kamu ke rumah aunty Viza."

"Kenapa abang Bos ?"

"Ada acara arisan di rumahnya dan dia baru memberitahukan kepada saya tadi. Dia ingin kamu yang memasaknya, kalau kamu mau terima."

"Tentu mau," jawab Arinda langsung membuat Ed menggelengkan kepala.

"Ya sudah kalau begitu besok kamu kerjakan saja pesanan dari aunty Viza." Arinda tersenyum lebar mendengarnya. Rejekinya sudah ada saat pertama kali dia sampai ke Jakarta dan ini karena Ed, pria ini sudah membantunya banyak.

Di perjalanan Ed menanyakan kabar keluarga Arinda hingga sampai ke kos dia juga mengantarkan Arinda sampai ke dalam, saat melewati kamar Anton mereka sempat berhenti sejenak. Ed kemudian menjelaskan jika dia tadinya ingin memecat Anton, tapi karena dia baik hati maka dia hanya memindahkan Anton ke cabang yang ada di Kalimantan.

"Tidak jadi ke luar Negri ?" tanya Arinda spontan lalu menutup mulutnya.

"Sudah beruntung saya tidak memecatnya."

"Tapi abang bos dia tidak bersalah di pekerjaan, kenapa abang bos menghukumnya." Ed terlihat tidak suka Arinda membela pria itu.

"Kalau kamu masih membahas masalah dia saya pastikan dia tidak akan bekerja lagi." Arinda menggigit bibirnya sambil tertunduk, mereka berdua sudah sampai di depan pintu kamar Arinda "Kamu penting bagi saya, dan dia sudah menyakiti kamu. Kamu paham maksudnya ?" Ed memegang pipi Arinda lembut dengan sebelah tangan. Matanya meneliti wajah Arinda tidak terlewatkan sedikitpun.

Ed seolah tertarik ingin kembali merasakan bibir manis itu dia ragu karena tempat yang tidak memungkinkan, tapi tetap saja dia mengikis jarak diantara mereka berdua dan siap menyapa bibir semerah delima itu. Arinda juga sudah menutup mata bersiap akan apa yang terjadi hingga suara dehaman membuat keduanya terkejut dan salah tingkah.

"Masih di depan pintu loh Tet ! Belum masuk ke dalam kamar." Reina membuat Arinda sangat malu "Siapa nih ? Abang bos itu, kenalin dong."

Arinda akhirnya mengenalkan Ed dengan salah satu sahabatnya. "Ya sudah lanjutkan aja, gue gak akan bilang ke Madam Rose kok." Reina pergi masuk ke dalam kamarnya sambil tertawa puas.

"Saya pulang, kamu istirahat ya." Arinda mengangguk saja, entah kemana jiwa bar-bar dalam dirinya saat ini.

"Balas pesan saya nanti oke."

"Tadi katanya di suruh istirahat," ujar Arinda membuat Ed kembali mendekatkan tubuhnya kepada Arinda dan dengan cepat mencuri ciuman.

"Sambil istirahat sambil balas pesan saya." Ed kemudian pergi meninggalkan Arinda yang menahan malu karena di sana ada Yinela yang baru saja naik ke lantai kamar mereka.

"Jelasin pokoknya !" kata Yinela sementara si Reina keluar dari kamarnya. Arinda sudah yakin wanita itu tidak benar-benar masuk ke dalam kamar melainkan mengintip.

"Arinda udah dewasa nih," ujar Reina masih menggoda Arinda.

"Ngintip kan lo ?"

"Iya lah masa enggak !"

"Lo belum jelasin itu siapa Butet ?" tanya Yinela lagi setelah mereka masuk ke dalam kamar yang Arinda rindukan.

"Eh Gendis gimana sama Pak Raka ?" Yinela melemparkan bantal membuat Arinda tertawa, Yinela memang belum tahu siapa Ed. Hanya Nindy yang tahu karena dia mengenal Ed dari wanita itu dan juga Reina yang pernah menjadi teman curhatnya saat dia galau di Santorini.

"Gak usah mengalihkan pembicaraan ya, itu siapa ? Kenapa udah pake acara cium-cium gitu bukannya mantan lo Anton anak kos bawah ?"

"Ah Anton mah status aja pacar pertama, first kiss Arinda udah sama itu cowok bule tadi." Arinda menyumpal mulut Reina dengan tisu yang ada di dekatnya dengan gemas.

"APA ?! Lo selingkuh." Arinda berdecak dan membuat gerakan aneh di depan dua sahabatnya itu.

"Arinda jelasin !" tegas Yinela hingga Arinda dengan wajah memelas-nya menceritakan semua tentang Ed dan dirinya.

***

Ed tidak pernah membenci hari apapun, tapi rasanya kali ini berbeda. Dia sungguh merasa hari senin adalah hari yang peling menyebalkan. Ali sudah dia minta untuk mempercepat jam pertemuannya dengan semua klien bisnis yang ia miliki tapi tetap saja laporan perusahaan menunggu untuk dia periksa.

Ed sudah ingin pergi mengunjungi rumah aunty Viza dan semua itu tidak lain karena dia ingin bertemu dengan Arinda. Ali masuk dan memberikan satu map yang dia bawa, Ed sudah tahu apa isinya dia hanya menarik napas lalu membaca dengan seksama.

"Bos. Pak Raka menelpon dia mengatakan desain yang anda inginkan untuk lobby di Bali sudah selesai."

"Katakan padanya besok saja untuk bertemu dengan ku."

"Tapi Bos, Pak Raka sudah dalam perjalanan." Ed menutup mata ingin berteriak, tapi sebuah ide muncul dalam benaknya saat dia menatap jam digital yang ada di meja kerja.

"Ali telpon Arinda lalu minta supir kita untuk menjemputnya di rumah aunty Viza. Minta juga dia membawakan ku masakan yang dia masak untuk acara hari ini."

"Bos tapi...,"

"Tapi apa Ali ? ingin separuh gaji mu ku berikan kepada Arinda ?" tanya Ed dengan senyum iblis yang ia miliki membuat Ali menggelengkan kepalanya dengan cepat, lalu dia segera mengerjakan apa yang Ed minta.

Tidak lama pintu ruangannya terbuka melihatkan seorang pria bernama Raka. Pria itu datang seorang diri dengan wajah kaku yang sungguh khas seorang Raka. "Ed bisakah jika ingin dibuatkan desain tidak mendadak seperti ini." Lihat belum lagi duduk pria itu sudah protes hingga Ed menyunggikan senyuman.

"Apa gunanya aku berteman dengan mu jika tidak dapat pelayanan eksklusif," jawab Ed memubat Raka menghembuskan napas lalu duduk di sofa yang ada di ruangan itu. "Ali minta Arinda membawakan lebih makanannya ada Raka yang sepertinya sangat lapar."

"Aku serius," ujar Raka lalu memberikan Ipad yang ia miliki untuk menunjukkan desain yang Ed minta.

"Baiklah aku akan melihatnya." Ed benar-benar melihat desain itu denga teliti dan juga bertanya kepada Raka mengenai material yang sebaiknya di pakai. "Kau hanya seorang diri, kemana Nindy ?"

"Kau mengenalnya dekat sepertinya ?"

"Kenapa kalau aku kenal dekat dengannya ? apa kau cemburu ?" tanya Ed balik dan Raka mengalihkan pembicaraan mereka. Tidak lama Ali masuk bersama Arinda, wanita itu masuk dengan dres hitam selutut dan di memakai jaket denim sebagai outer-nya.

Arinda membulatkan mata saat ada Raka di sana hingga panggilan Ed membuat Arinda mengalihkan pandangannya. "Arinda kenalkan ini Raka, dia teman sekaligus rekan bisnis saya." Arinda hanya mengangguk sementara Raka menyunggingkan senyuman tipis seolah mengejek Arinda.

"Lo pacar baru ?" tanya Raka membalas pertanyaan Ed ketika pria itu datang dan ada Nindy di kantornya.

"Bukan Pak Raka, saya hanya bekerja dengan Bos Ed." Ed melihat Arinda yang langsung menjawab padahal Raka bertanya kepadanya. Ed mulai curiga dengan dua orang ini.

Apa mungkin mereka sudah saling kenal ?

Apa Raka adalah saingan baru Ed setelah Anton ?

"Arinda duduk di sebelah saya dan suapi saya makan."

"HAh !?

Bersambung....

*Hadehh... Ed... Ed.... 🤭 dia gak tau tragedi Raka karna Arinda 🤣🤣

Guys... Merapat ke cerita ini juga ya...
Cerita si Aidan (soon aku publish) 😘 kalau mau tau cerita Ibra ada di Innovel judulnya Love Behaviour

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top