27 :: I'm Done ::

Hai... Selamat menikmati waktu libur kalian 💕

Yang mau membaca cerita Ibra silahkan ke lapak Innovel atau Dreame ya 'Timbangan Cinta' itu judulnya. Up date setiap hari dan gratisss....


💕💕💕💕

"Abang Bos," gumam Arinda pelan namun mampu membuat Anton ikut melihat arah pandang saat ini namun Ed sudah pergi jadi dia tidak bisa melihat siapa yang Arinda lihat.

"Siapa ?" tanya Anton membuat Arinda menggelengkan kepalanya pelan dan tersenyum kecil. Anehnya hati Arinda ikut nyeri ketika mengetahui Ed melihat apa yang sedang dia lakukan, seolah dia tengah ketahuan selingkuh dan perasaan lebih bersalah daripada saat Ed menciumnya di Santorini.

Arinda mendadak pusing, dia menyandarkan punggung tubuhnya. Saat makanan datang dia juga tidak berselera untuk menyantap hidangan lezat itu, Anton berpikir Arinda lelah karena perjalanan mereka. Saat dalam perjalanan ke hotel, Arinda juga berpura-pura tidur agar Anton tidak curiga jika dia sedang memikirkan seseorang.

****

Ed meminta Ali untuk membawanya ke sebuah Bar yang ada di Bandung, Ali sebenarnya sudah mengatakan kepada Ed jika sebaiknya mereka kembali saja langsung ke Jakarta namun Ed tetap tidak ingin di bantah. Dia butuh hal yang bisa membuat kemarahannya keluar dan sedikit minum rasanya cocok untuknya.

Ali meminta supir mereka untuk mengikuti keinginan Ed itu, Bar yang mereka datangi saat ini terlihat masih belum ramai pengunjung. Terkesan sangat elit, mungkin yang datang juga adalah kalangan kelas atas pikir Ed. Dia tersenyum simpul, baru kali ini dia datang ke club yang menurutnya sangat private. Supir menunggu mereka di mobil, dan sebelum masuk  Ed sudah menugaskan Ali untuk mencari hotel terbaik di sekitar tempat itu.

Ed bukan masih ingin mengikuti Arinda di kemudian hari bukan, dia sudah lelah dan sudah memutuskan untuk tidak mengurusi wanita yang jelas-jelas tidak memiliki sedikit saja rasa untuknya. Ed sungguh patah hati, rasanya dia ingin menghajar habis-habisan Anton dan mengurung Arinda di ranjangnya tanpa ampun.

Begitu Ed masuk ke dalam Bar itu dia duduk di meja bartender, tidak memesan tempat VIP seperti yang biasa dia lakukan. Memesan satu minuman beralkohol pastinya dan dia menatap layar ponsel yang menampilkan wajah Arinda, Ed menyusuri layar ponsel itu seolah itu adalah wajah asli Arinda.

Menutup mata dia mengingat bagaimana manisnya bibir Arinda yang tadi sudah dirasakan oleh pria lain, dia marah sangat marah. Ed menenggak sekali habis minumannya, lalu tertawa seperti orang yang sudah mabuk. Ed tidak mabuk, dia hanya sedang patah hati. Satu tangan Ed terangkat membuat sang bartender mengira Ed akan memesan minuman lagi, namun setelahnya dia mengangkat kursi dia duduk lalu melemparkannya ke depan nyaris mengenai sang bartender.

"Brengsek !" ujarnya lalu kembali mengambil kursi lainnya dan melemparkan ke sembarang arah. Keadaan disana menjadi kacau, Ali berlari menyusul Ed ketika mendengar suara keributan. Ed menghajar habis-habisan orang yang mencoba menghentikannya sehingga salah satu pegawai disana menelpon polisi.

Ali menghentikan orang-orang di sana dan dia merelai Ed dengan orang lainnya namun sayangnya wajahnya juga terkena hantaman dari bos-nya itu hingga darah segar mengalir dari hidungnya.

"Jangan halangi aku," ucap Ed dan kembali mengambil apa saja yang ada di sana untuk dia hancurkan. Ali sudah menemui manager Bar yang sangat terkejut dengan apa yang terjadi saat ini, dia mengatakan akan mengganti semua kerusakan dan memberikan kartu namanya. Sialnya saat Ed sudah lelah dan mulai bisa tenang ada tiga orang polisi yang datang, mereka menangkap Ed setelah tahu jika Ed adalah pembuat onar di tempat itu.

Ali hanya bisa menunduk pasrah sambil dia mengikuti mobil polisi dari belakang lalu di dalam mobil dia menghubungi sepupu Ed yang saat ini sedang berada di Indonesia yaitu Ibra.

...

Arinda sedang membalas pesan-pesan dari sahabatnya di group chat di dalam kamar hotel. Hotel sederhana yang sangat nyaman untuk tempat beristirahat, dan Anton berada di kamar sebelahnya. Tentu saja mereka tidak akan satu kamar, Arinda memegang bibirnya setelah meletakkan ponsel ke atas nakas.

Baru dia berbaring dan ingin memejamkan mata, pikirannya kembali tertuju pada Ed. Ciuman mereka saat di Santorini adalah yang paling mendominasi isi dalam pikiran Arinda membuat Arinda menutup wajahnya dengan bantal agar bisa segera tidur dan melupakan apa yang  ada dalam otaknya saat ini.

"Siapa yang telpon kamu ?"

"Kenapa abang bos mau tau ?"

"Apapun tentang kamu saya harus tau !"

Arinda kembali teringat akan semua hal itu, dia membuka matanya lagi benar-benar tidak bisa tidur karena mantan bos-nya. Orang lain tidak bisa tidur karena memikirkan mantan pacar, lah Arinda karena mantan bos.

...

Menaiki helikopter ke Bandung di lakukan khusus oleh Ibra karena sepupunya tercinta sedang berada di balik jeruji besi, dan hal yang membuatnya ada didalam sana karena patah hati. Ibra menandatangani beberapa berkas di dampingi oleh kuasa hukumnya dan juga Ali.

Setelah semuanya beres Ibra menggelengkan kepala melihat penampilan berantakan dari seorang Eadric Derson Edward. "Aku malu menyebutmu sepupu ku," ujar Ibra tapi Ed tidak menanggapinya. Ibra membuang napas tidak percaya dengan sambutan dari Ed, dia sudah tengah malam datang ke Bandung hanya untuk Ed tapi lihat yang dia dapatkan dari sepupunya itu.

"Ali kau yakin dia menghancurkan Bar itu karena Arinda ?" Ibra masih tidak yakin dengan fakta yang dia dengar dari Ali tentang pokok permasalahan sehingga Ed menghancurkan Bar itu.

"Benar Sir, saya pikir memang Bos Ed menyukai Arinda lebih dari kata suka."

"Maksud mu dia benar-benar jatuh cinta ?" tanya Ibra kepada Ali sambil mereka keluar dari kantor polisi itu. Ed sudah menunggu di dalam mobil "Maaf Ali, aku bertanya ini hanya karena aku takut jika saja misalnya Ed mengalami gangguan jiwa," ujar Ibra sengaja lebih keras agar Ed bisa mendengarnya dan marah atau apapun itu, tapi Ed tidak marah. Ed terlihat tenang menatap lurus ke depan menunggu Ali dan juga Ibra untuk naik ke mobil.

Sesampainya di hotel yang sudah Ali pesankan Ibra memilih satu kamar dengan Ed, dia tidak tahu apa yang membuat Ed sampai seperti ini. Meski tahu karena Arinda, tapi apa faktor utamanya dia belum tahu. Ibra menepuk pundak Ed dan memberikan satu gelas wine namun Ed menolaknya.

"Aku yakin kau ingin mencari celah mengetahui semuanya," ujar Ed dan Ibra tertawa.

"Tell me Ed, what's wrong ?" Ibra dengan santai duduk di sofa yang berada di dekat tempat tidur sementara Ed duduk sambil menyandar di kasur empuk hotel itu. Ed sudah membersihkan tubuhnya, dan mengganti pakaian yang sudah Ibra berikan untuknya.

"Aku jatuh cinta, kau benar." Ed bertepuk tangan agar Ibra bangga dengan tebakannya waktu itu "Dan aku kalah Ibra, aku kalah dengan yang tidak ada apa-apanya di bandingkan diriku. Apa kau bisa percaya ?"

"Wow ..... Ed kau sudah keterlaluan, tidak ada dalam kamus keluarga kita merendahkan orang lain hanya karena statusnya."

"Sorry tapi inilah yang aku rasakan, aku tidak habis pikir Arinda menerima ciumannya dan wanita itu juga membalasnya." Ah... ternyata Ed menjadi gila dan menghancurkan Bar karena dia melihat Arinda berciuman, pikir Ibra. Dia tersenyum dan memberi nasehat kepada Ed.

"Cinta adalah soal yang ada disini Ed," tunjuk Ibra kearah hati lalu pikirannya.

"Kau belum memahami Arinda sepenuhnya, aku yakin jika kau sudah paham dengan isi pikirannya kau akan mengerti kenapa Arinda memilih pria lain."

Ed diam tidak ingin melanjutkan perbincangan ini, dia sekarang mengaku kalah dan dia benar-benar akan menyerah. Sudah cukup Arinda mempermainkan pikiran serta waktunya. Bahkan demi wanita itu dia membatalkan rapat penting di kantor hari ini.

"Aku sudah menyuruh Ali untuk mengatur jadwal temu kau dengan keluarga Jayker di sini besok siang, kebetulan anaknya uncle Bian sedang ada di Bandung jadi kau bisa memiliki waktu untuk beristirahat. Aidan dan Adella tidak tahu masalah  kau di tahan malam ini, begitu juga daddy mu."

"Thanks Ibra," ujar Ed pada akhirnya.

"Oh sudah nyaris dua jam aku menunggu kau mengatakannya." Ed hanya melemparkan bantal ke arah Ibra dan dia mengambil ponselnya. Dia mengirimkan pesan kepada orang suruhannya untuk berhenti mengikuti Arinda, dia cukup dengan semua urusan tentang wanita itu.

Bersambung....

Hai....yang tidak sabar baca lanjutan cerita ini di wattpad, kalian bisa ke aplikasi KaryaKarsa dengan nama penulis Nadra El Mahya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top