23 :: Rindu & Cemburu ::
'Pantaskah marah, ketika sudah mencoba segalanya dan tetap diabaikan?'
****
Dua hari setelah kembali dari Santorini, selama dua hari itu pula dia tidak melihat kehadiran Arinda di dekatnya dan hal itu membuatnya tidak bisa fokus melakukan apapun. Semalam Arinda datang ke apartment-nya dan hari ini Ali mengatakan jika Arinda sakit dan ijin tidak masuk bekerja, dia tidak masalah dengan Arinda tidak masuk kerja yang menjadi permasalahan adalah dirinya tidak bisa tenang.
Ingin rasanya Ed meminta Ali membawa Arinda untuk beristirahat di apartment-nya setelah membawa Arinda berobat tapi dia tahu itu tidak mungkin, terlebih Adella dan kedua orang tuanya ada di Jakarta saat ini, dia benar-benar sangat kesulitan untuk bertemu dengan Arinda. Sepertinya hanya satu cara yang bisa membuat dia bisa bertemu dengan Arinda yaitu, mengunjungi wanita itu di kos-nya.
Wajah Ed yang kusut di tengah rapat keluarga para pemegang saham itu membuat Alfa sang ayah tahu ada yang membuat perhatian anak sulungnya itu menjadi terbagi. "Ada apa dengan mu Ed ?" tanya Alfa dan yang lainnya kini menatap Ed.
Aidan hanya memperhatika Ed dari tempatnya sudah tahu apa yang melanda sepupunya itu, tapi rapat keluarga mereka saat ini sangat penting sehingga dia meminta Ed untuk sebentar saja fokus pada apa yang tengah mereka bahas.
***
Arinda masih bergulung dengan selimutnya, dia belum mengisi sedikit saja perutnya sehingga wajar saja jika saat ini dia merasakan perih. Tiba-tiba pintu kamar Arinda di ketuk dan orang itu adalah Anton, Arinda memang memberitahukan kepada Anton jika dia sedang sakit semalam saat kekasihnya itu menelpon.
"Masuk aja bang tidak di kunci." Arinda meminta Anton masuk itu semua tidak lepas karena dia sedang sangat sulit untuk bergerak, tapi Arinda tetap mengupayakan duduk. Anton masuk dan Arinda meminta untuk tetap membuka pintu kos-nya agar tidak ada hal aneh-aneh yang beredar nantinya.
Anton menatap wajah Arinda yang pucat dan dia merasa menyesal sudah membiarkan Arinda bekerja terlalu keras. "Kamu pasti kelelahan, kamu ingin mencari pekerjaan baru aku bisa membantu."
"Arinda yang mendengar itu hanya mengucapkan terima kasih, lalu dia menerima suapan dari Anton dengan canggung. Anton ternyata membawakannya bubur ayam dan juga beberapa buah-buahan, Arinda merasa terharu karena ada yang memperhatikan seperti ini terlebih saat ini Anton adalah kekasihnya sendiri.
Di tempat lain, Ed baru selesai rapat dengan keluarga besarnya dia lalu buru-buru ke halaman dan memasuki mobilnya. Ponselnya bergetar membuat Ed menghubungkan sambungan itu ke speaker mobilnya.
"Bagaimana Ali ?" tanya Ed yang memang menunggu kabar dari asistennya itu.
["Arinda memang memiliki kekasih Bos, dan mereka baru menjalani hubungan beberapa waktu ini."]
"Kau sudah dapat info siapa kekasih Arinda ?"
["Sudah bos, pria itu bekerja di perusahaan anda. Namanya Anton Nugraha."]
"Baguslah, kita akan urus dia dengan baik."
Setelah itu sambungan telpon pun terputus, Ed tersenyum bahagia dan dia bersiul sambil terus melajukan mobilnya, Ed berhenti di toko bunga dan juga membeli beberapa kue untuk dia bawa menemui Arinda. Hingga tiba di depan kos dia turun, pakaian Ed saat ini masih sangat rapi dan dia menggunakan kaca mata hitamnya. Ed terlihat begitu bahagia saat memasuki bangunan yang menjadi tempat berlindung Arinda itu.
Dia mengingat saat pertama datang kesana lalu menaiki anak tangga satu persatu, sambil mengingat pintu mana dia harus berhenti Ed akhrinya melihat pintu kamar yang terbuka dan dia tersenyum karena dia ingat itu adalah kamar Arinda.
Senyum Ed luntur begitu saja saat mendapati jika Arinda kini bersama seorang pria di dalam kamar dan dia melihat dengan jelas wajah bahagia serta merona dari Arinda dan itu tentu karena pria yang saat ini tengah bersama wanita itu.
"Kau mengatakan sakit dan ijin tidak masuk, tapi nyatanya malah bisa bermesraan." Kalimat Ed jelas sangat menyindir Arinda dan wajah sinis yang dia perlihatkan tidak lebih karena dia sangat-sangat cemburu. Ed yang memang memiliki emosi yang mudah naik perkara urusan Arinda begitu marah saat ini bagaikan dia tengah melihat kekasihnya sedang berselingkuh.
Tanpa di duga Ed melemparkan bunga dan juga paper bag berisikan kue yang dia beli ke dalam kamar Arinda begitu saja sambil mengatakan hal yang entah mengapa membuat Arinda sakit mendengarnya "Semoga lekas sembuh Arinda," ujar Ed lalu pria itu segera pergi.
Arinda terdiam, kalimat Ed itu tidak ada yang salah tapi kenapa hatinya merasa tidak enak. Ingin dia memanggil Ed dengan panggilan istimewa yang ia berikan tapi dia juga berpikir untuk apa melakukannya. Ed yang aneh, dia benar-benar sakit dan apa salahnya kekasihnya mengunjunginya. Jika benar Ed mulai menyukainya maka itu berarti dia dalam masalah besar, benar kata Anton dia harus segera berhenti dari Ed dan mencari pekerjaan lain.
****
Membanting pintu mobil sekuatnya Ed tidak perduli dengan pijakan gas yang dia lakukan. Tujuannya saat ini hanya satu yaitu club, percuma memikirkan Arinda jika nyatanya wanita itu sama sekali tidak bisa melihat dirinya dengan baik.
Apakah Ed harus memaksanya ?
Ed langsung menenggak habis satu gelas yang diberikan oleh bartender, kemudian dia membuka room untuknya sendiri. Tidak butuh waktu lama akhirnya beberapa wanita ikut masuk ke dalam ruangan itu, diikuti dengan satu persatu teman lamanya yang ikut bergabung bersama.
Malam itu kebetulan Samantha juga tengah berda di club tersebut, melihat Ed yang masuk ke dalam sebuah ruangan awalnya membuat Samantha enggan mendatangi Ed, dia cukup tahu diri jika pria itu tidak tertarik kepadanya selain mereka berteman dan juga dia bekerja di perusahaan Ed dengan posisi yang cukup tinggi. Tapi melihat Ed yang tidak juga keluar dan semakin banyak wanita yang masuk kedalam ruangan itu Samantha merasa perlu turun tangan, dia juga menelpon Ali untuk segera datang kesana.
Samantha masuk kedalam ruangan itu melihat Ed yang sudah benar-benar mabuk tapi dia malah memaki semua wanita yang mencoba mendekatinya. Hingga Ed melihat wajah Samantha barulah dia tersenyum lebar. "Hai Sam, kau kesini untukku."
"Aku tidak mengira kau bisa juga mabuk ? setahu ku kau tidak pernah seperti ini Ed."
"Oh..ayolah Sam lebih baik kita bersenang-senang. Ayo sini," ajak Ed menarik tangan Samantha begitu saja sehingga membuat tubuh Samantha terjatuh dan membentur tubuh Ed yang sedang duduk di sofa.
Ed tersenyum cukup lama sambil mengamati wajah Samantah yang membuat Samantha merona, dia berpikir Ed akan menciumnya karena jarak mereka yang semakin terkikis saat ini "Andai sekarang aku bisa melihat wajah Arinda sedekat ini Sam," ucapan Ed itu melukai Samantha cukup jelas. Samantha adalah saksi bagaimana tergila-gilanya Ed kepada wanita yang bernama Arinda itu. Wanita biasa dan jauh di bawah level Ed jika berkencan dengan wanita selama ini.
****
Ponsel Arinda bergetar pagi itu, dia melihat pesan masuk dari Ali yang menanyakan kabarnya dan juga pesan dari Yinela yang juga menayakan kesehatannya. Setelah dia membalas kedua pesan itu kemudian Ali membalas dengan mengirimkan sebuah foto, Arinda membukanya dan melihat tanda jika Ali sudah mengirimkan gaji Arinda.
Arinda tersenyum, jika gajinya sudah masuk dia bisa mengundurkan diri saja pikirnya. Meski belum sepenuhnya pulih, namun Arinda memaksakan untuk datang ke apartment Ed. Demam yang dia derita tidak menyurutkan semangat Arinda untuk kesana dan melakukan pekerjaan terakhirnya.
Karena sakit Arinda diantarkan Anton ke arah apartement Ed, pria itu juga berjanji untuk menjemput Arinda sore harinya. Arinda memakai setelan sweater dan juga celana denim. Rambutnya dia ikat tinggi dan tidak lupa memakai masker karena sedang flu, dia masuk kedalam unit Ed dengan mudah karena memiliki akses.
Dia mengira Ed masih sibuk di rumah keluarganya tapi ternyata pagi itu dia menyadari adanya kehadiran wujud abang bos-nya itu karena jaket wanita yang dia lihat di lantai.
"Menyukaiku huh ! suka kepalamu, lihat saja yang Pria ini lakukan."
Arinda membiarkan saja benda kain yang berserakan di lantai itu, dia hanya perlu mengurus pekerjaannya saja namun tak lupa Arinda meletakkan map yang sudah dia persiapkan tadi. Selang dua puluh menit di dapur sebuah suara membuat Arinda sadar jika Ed sudah bangun dan tepat sekali, masakan Arinda untuk sarapan juga sudah selesai.
Dia tersenyum dan menata sarapan itu di meja makan yang saat ini sedang Ed duduki, anehnya Ed tidak menampilkan mimik wajah seperti biasanya.
"Abang bos ini sarapannya sudah siap," ujar Arinda sebagai jawaban dari Ed dia mendengar hanya sebuah dehaman saja. Arinda lalu teringat perihal surat pengunduran dirinya, dia mengambil map yang ada di meja ruang tamu lalu memberikannya kepada Ed.
"Apa ini ?" tanya Ed sambil menatap Arinda dingin, seharusnya Arinda sadar dengan perubahan sikapnya ini dan harusnya Arinda merasa bersalah pikir Ed.
"Itu surat pengunduran diri saya."
Bersambung....
*Mamam lah Ed...Ed...✌
Siapa yang masih menunggu cerita ini? yuk balas di komentar, nanti aku balas ya...
salam sayang Nadra Mahya
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top