15 :: Tanda-tanda ::

Arinda bangun kesiangan karena memang semalam dia terlalu lelah, setelah pulang dari berbelanja bersama Ed dia tidak langsung tidur karena cucian menumpuk. Alhasil meski lelah dia harus mencuci pakaiannya, dan pagi ini bangun kesiangan.

Anton menelpon Arinda beberapa kali juga tidak dia hiraukan, alasannya hanya karena sepuluh menit lagi Ed akan menjemputnya. Dia tidak ingin terlambat lalu membuat kesan buruk, urusan Anton bisa dia kirimkan pesan saja nanti. Benar saja, saat Arinda sedang menyisir rambutnya Ed menelpon. "Ya Bos," jawab Arinda sambil memakai jam tangannya.

"Saya sudah didepan kos kamu. Perlu saya naik ke kamar kamu ?"

"Ck, tidak bos ! ini saya turun."

Anton kebetulan juga baru ingin melihat Arinda ke kamarnya, dan ketika bertemu wanita itu sama sekali tidak menyapanya sedikit pun malah langsung berlari menuju depan pintu utama kos mereka membuat Anton terdiam begitu saja.

Saat dia melihat lagi kedepan ternyata Arinda masuk kedalam sebuah mobil dan pergi. Anton menghembuskan napasnya, tentu dia kecewa. Baru awal pacaran tetapi Arinda sepertiya sangat sibuk, ini hari Sabtu dan dia tidak masuk kerja. Maksudnya adalah dia ingin mengajak Arinda lari pagi bersama hari ini tapi kekasihnya itu sepertinya sangat cuek.

***

Sementara di dalam mobil Arinda bingung dengan penampilan Ed juga kemana arah mereka akan pergi. Ada beberapa pertanyaan didalam kepalanya namun Arinda tidak ingin bertanya, dia memilih diam. Didalam mobil dia sebenarnya juga ingin membuka ponsel dan mengirimkan pesan kepada Anton, tapi dia tahu pasti tidak sopan karena saat ini dia sedang berada di sebelah abang bos.

"Ayo turun," ajak Ed dan Arinda hanya mengikuti permintaan Ed. Ternyata sudah ada Ali yang menunggu mereka disana. Ali memberikannya sebuah tas kecil yang saat dia buka isinya adalah pakaian. "Arinda kamu ganti pakaian dengan itu, lalu temui saya di dalam ya."

"Abang bos kita mau apa disini ?" tanya Arinda masih bingung. Mereka saat ini sedang berada di sebuah ruang tunggu yang desainnya sangat mewah.

"Berkuda.," jawab Ed lalu pergi meninggalkan Arinda yang hanya bisa menarik napas pasrah.

"Sepertinya dia akan diminta memasak untuk makanan kuda." Gerutu Arinda di dalam hatinya, sejak bertemu dengan Ed, Arinda selalu suka menggerutu di dalam hati.

Arinda sudah berganti pakaian layaknya seorang penunggang kuda yang handal, bahkan sepatu serta topinya juga sudah disiapkan oleh Ed. Melihat penampilan sempurna Arinda Ed tersenyum puas, wanitanya itu benar-benar sangat cantik menggunakan pakaian yang dia pilihkan. Ed lalu mengajak Arinda untuk ke sebuah ruangan dimana banyak kuda-kuda yang ada disana.

Ini bukan pertama kalinya Arinda melihat kuda, jika berlibur dengan keluarganya ke Berastagi atau Parapat ada banyak kuda yang kesana kemari dia lihat. Arinda masih terus mengikuti Ed dari belakang hingga Ed berhenti dan berbicara dengan seorang pria yang saat ini sedang memberi makan kuda. Ed memanggil Arinda untuk mendekat dengan lambaian tangannya.

"Sini kamu saya kenalkan dengan kuda ini. Namanya Hero," ujar Ed dan Arinda hanya mengikuti perintah Ed saja.

"Abang bos bawa saya kesini untuk apa ? memberi makan kuda ini ?" pertanyaan Arinda itu tidak hanya mengundang tawa Ed melainkan juga Ali dan orang-orang di sekitar mereka.

"Tugas kamu hanya harus selalu berada di samping saya," kata Ed mulai dengan kalimat-kalimat absurd-nya. Wajah Arinda terlihat masih datar saja, sepertinya memang apapun yang akan Ed katakan kepada Arinda untuk menggombal tidak akan bisa di cerna dengan baik oleh wanita itu, Arinda hanya mengerti kalimat pujian seperti mengatakan dia cantik,manis,pintar, dia sepertinya tidak akan mengerti dengan rangkaian kata manis yang Ed berikan untuknya.

"Kamu cantik," ujar Ed dan benar saja Arinda membuka mulutnya ingin berterima kasih namun dia tahan karena Ed sudah menahan tawa membuat Arinda memicingkan mata. Wajahnya yang galak kembali terlihat, Ed benar-benar sudah gila karena menyukai setiap perubahan ekspresi yang diberikan Arinda. Tubuh Arinda tiba-tiba tertarik kedepan ketika Ed menarik tangannya lalu menggenggam jemarinya.

Tautan jemari mereka masih terus di lihat Arinda kemudian dia beralih menatap wajah Ed yang saat ini masih saja menampilkan senyuman. "Ayo naik. Kita akan berkuda," kata Ed lalu dia membantu Arinda yang masih saja menuruti keinginannya.

"Abang bos saya tidak bisa berkuda." Baru mengatakan kalimat itu tapi Ed sudah ikut naik ke atas kuda itu dan duduk tepat di belakang Arinda.

"Akan saya ajarkan sampai kamu bisa."

Benar saja, Ed mengajarkan setiap hal dasar yang harus Arinda lakukan untuk menunggangi kuda. Geralan apa yang harus dia lakukan, posisi tubuh dan juga kaki, disaat itulah sentuhan demi setuhan yang tidak pernah mereka lakukan selama ini terjadi. Ed tahu dia tersengat percikan gairah saat menyentuh dan berdekatan dengan Arinda, jantungnya juga tidak berdetak dengan normal karena pertama kali sedekat ini dengan wanita yang dia inginkan ini.

Saat pacuan kuda mulai lebih kuat Arinda tertawa bahagia, Ed sangat menyukai hal itu. Dia merasa sudah bisa membuat Arinda bahagia saat itu. Di tempat lain ada beberapa orang yang memiliki janji temu dengan Ed mengambil foto Ed dengan Arinda tentunya saat ini. Posisi mereka yang begitu romantis akan menjadi hal yang luar biasa karena Ed selama ini tidak pernah diketahui dekat dengan seorang wanita selain teman kencan satu malamnya.

Laju kuda mulai melambat hingga akhirnya benar-benar berhenti. "Kau suka ?" tanya Ed dan Arinda mengangguk bahagia. "Baiklah untuk hari ini cukup, setelah kita kembali dari Santorini aku akan mengajarkan mu lagi." Arinda bagaikan anak kecil yang sangat bahagia dan menuruti semua perkataan Ed. Setelah mereka selesai berkuda Arinda duduk seorang diri menunggu Ed dan Ali yang sedang berbicara dengan tiga orang pria dan satu wanita, setelah selesai dengan orang-orang itu barulah Ed berjalan kearahnya dan duduk di sebelahnya.

"Abang Bos suka berkuda ?" tanya Arinda akhirnya.

"Ya ! aku sangat suka. Hero adalah kado dari ibu dan ayah ku saat aku berusia lima belas tahun." Setelah mendengar hal itu Arinda kembali terdiam.

"Jika kau apa yang kau suka ?"

"Tidak ada ! semua hal sama saja sepertinya."

"Bagaimana bisa ?" tanya Ed menggelengkan kepalanya.

"Seseorang harus memiliki hal yang dia sukai, agar jika kau sedang memiliki waktu luang atau sedang bosan kau bisa melakukan hal yang kau sukai itu sebagai hiburan." Melihat Ed berbicara seperti ini Arinda tersenyum simpul, pria itu sangat terlihat dewasa dan tampan disaat bersamaan.

"Abang Bos memiliki Adik ?" tanya Arinda lagi dan kali ini dia benar-benar tertarik untuk mengobrol bersama Ed.

"Punya. Dia wanita yang sangat bawel dan sialnya kami kembar," ujar Ed dan Arinda tidak percaya dengan hal itu. "Dia tinggal di London bersama keluarga ku, jika waktunya sudah tepat aku akan mengenalkan mu kepada mereka." Arinda hanya mengangguk saja tanpa berpikir apa yang akan Ed lakukan sebenarnya. Lama Ed menatap wajah Arinda yang sedang tersenyum untuknya itu, sangat manis dan juga membuatnya terhipnotis begitu saja.

Satu tangan Ed terulur untuk meraih wajah Arinda, meski sempat terdiam dan menikmati wajah tampan Ed untungnya Arinda sadar dengan keadaan wajah mereka yang sudah sangat dekat.

"A-bang bos mau ap-a ?" tanya Arinda pelan dan gugup.

"Saya pikir ini semut, ternyata tahi lalat." Ed mengusap kening Arinda membuat wajah Arinda sudah semerah tomat karena masalah tahi lalat yang dikatakan Ed.

Bersambung...

Wkwkwkwkwk....

Kutunggu komentar dan vote kalian biar besok aku kembali lagi...bye..bye...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top