9| kejutan

Play song: Jadi yang Kuinginkan-Vierra🎶

Berlari untuk mengejar dirimu, dalam menggapai semua impiku. Semoga kau kan tetap jadi apa yang ku inginkan-1:05.

Bagian sembilan.

Aletta lagi dan lagi hanya bisa terdiam saat namanya kembali ramai di base sekolah. Keempat temannya ikut acuh dan tidak ada yang membalas komentar jahat seperti sebelumnya. Mereka seolah telah dibohongi Aletta dan lebih percaya bahwa Aletta benar kekasih Bara.

Akan tetapi para seniornya tidak seheboh awal. Mereka menanggapinya dengan biasa saat nama Aletta dan Bara kembali memenuhi base sekolah. Hanya saja, justru junior mereka yang menggila.

Siswa kelas sepuluh yang Aletta dan teman-temannya yakini bahwa kebanyakan dari mereka memilih masuk ke SMA Lentera adalah karena Gamala. Bagaimanapun, popularitas Gamala sudah diakui di penjuru kota.

Jika Gamala akan dibubarkan saat para anggotanya lulus pasti akan sangat disayangkan. Karena Gamala sudah banyak berkontribusi pada sekolah. Bahkan, face of the school yang menyandang orang terpenting di sekolah harus terkalahkan karena popularitas Gamala.

Beberapa bulan yang lalu, saat pendaftaran SMA Lentera dibuka. Hanya dengan memasang poster pendaftaran yang menampilkan wajah Nolan, Galen, dan Orion, di hari itu juga jumlah pendaftar langsung meledak. Sehingga di awal tahun ajaran baru, setiap sudut sekolah dipasang poster wajah member Gamala.

Entah itu untuk mempromosikan nama sekolah, visi-misi, ataupun motto. Bahkan, wajah Bara dan Elang terpampang pada sebuah banner yang berisi keunggulan antara IPA dan IPS. (fotonya bisa liat di instagramku ya, @ei.hyu)

Kepopuleran Gamala sudah tidak bisa ditampung lagi, Aletta juga meyakini mungkin suatu saat nanti jika Gamala tidak bubar, band itu akan menjadi salah satu band yang terkenal di masa depan.

"Detik ini gue beneran yakin, kalo Aletta itu pacar Bara," kata Layla yang membaca salah satu tweet dari base sekolahnya.

"Gila banget lo, Al." Pevita menggelengkan kepalanya. "Jadi semenjak kejadian lo diklaim sepihak sama Kak Bara, lo jadi beneran deket sama dia dan berujung sekarang pacaran?"

"Lo yang gila!" bantah Aletta. "Gak masuk akal omongan lo," lanjutnya.

"Lo yang gak masuk akal, tolol," tukas Cecil sembari memukul lengan Aletta. "Eh, orang yang bisa ngobrol sama Kak Bara itu orang-orang limited, lo bisa-bisanya sambil bisik-bisik, minta traktir lagi ke dia."

"Fix, apapun yang Aletta omongin, JANGAN ADA YANG PERCAYA!" teriak Inara.

Di dalam ruang kelas, Inara naik ke atas kursi untuk meminta perhatian seluruh teman kelasnya. "Ni bocah tukang bohong, jangan percaya sama omongan dia!" serunya sembari menunjuk Aletta.

Melihat apa yang dilakukan Inara, refleks Aletta menarik rok gadis itu dan hampir saja melorot sebelum Inara menjerit dan menarik roknya.

"ANJING!" umpat Inara. "Lo mau bikin gue naked di kelas?!"

Mendengar umpatan itu, Aletta hendak ikut menaiki kursi tetapi ditahan oleh Pevita. "Turun bego, mulut lo sini gue jait!" maki Aletta.

"Lo ngaku aja kalo demen sama cowok, normal kok," balas Inara. "Apalagi cowok sekelas Kak Bara, normal banget! Kenapa masih aja ngelak sih?"

"Ya gue beneran gak demen sama dia, bebal banget dah lo, duel ayo sini, gue jait mulut lo!" tantang Aletta.

Inara turun dari kursi dan ingin menerima tantangan yang Aletta beri, hanya saja Cecil dan Layla dengan cepat menahan gadis itu. "Udah Nar, astaga, lo OSIS bego, malu!" ujar Layla.

"Engga ni bocah emang bohong mulu, gue cepuin lo ikut turnamen pake nama sekolah!" balas Inara.

"Lo kok ngelunjak, udah sini ayo berantem!" Aletta mengulun lengan kemejanya menampilkan lengan atasnya yang berotot. Ia mulai melemaskan sendi-sendi di lehernya siap bertarung.

Tetapi aksi mereka harus terhenti karena seorang guru masuk ke dalam kelas. Bu Lidya, guru mata pelajaran geografi yang terkenal sensian. Juga, Bu Lidya sangat sensi terhadap Aletta si biang masalah.

"Aletta, ngapain kamu? Mau berantem?!"

Aletta langsung menurunkan lengan kemejanya dan segera duduk di tempatnya bersama Inara. Faktanya, mereka tidak akan bertarung sungguhan. Hanya modal saling nyolot saja.

Inara berbisik dengan ketus ke arah Aletta. "Udah lo ngaku aja, pacarnya Kak Bara kan lo?"

"Bukan anjing, berapa kali gue harus jawab?" sungut Aletta sembari ikut berbisik.

"Tinggal bilang iya aja apa susahnya sih? Kan kalo semisal lo jawab 'iya' gue bisa pamer ke mana-mana," kata Inara. "Temen gue pacarnya Bara, temen gue yang jadi sasaran amukan guru walaupun ga salah, itu pacarnya pangeran es, atau nanti gue bakal bikin a day in baraletta life. Gitu jing!"

"Marketing lo basi, tai!"

Inara hampir saja memukul Aletta sebelum Bu Lidya memulai pembelajaran kelas. "Nah, tadi guru-guru rapat buat study tour kelas sebelas akhir semester nanti."

Tentu saja kalimat itu berhasil membuat seisi kelas bersorak gembira.

"Ke mana Bu destinasinya?"

"Kita bakal ke Jawa Timur dan Jawa Tengah," kata Bu Lidya.

Reaksi siswa seolah tidak terlalu gembira seperti reaksi awal.

"Gak ke Bali Bu?"

"Kita study juga guys, bukan tour nya aja. Jadi kita bakal ke Bromo buat pembahasan materi tanah pas kelas sepuluh itu ya, sama nanti guru sejarah bakal bahas tuntas peninggalan sejarah di Jawa Tengah," jelas Bu Lidya. "Menurut Ibu sih ya, ke manapun destinasinya, kalo sama temen rasa asyiknya itu luar biasa. Jadi Ibu Mohon, banyakin kenangan sama teman kalian di sana nanti ya!"

Pevita, Cecil, Layla, dan Inara sangat bersemangat dengan kabar itu. Mereka berempat seketika langsung menetapkan bahwa mereka berlima harus satu kamar hotel bersama.

"Kapan Bu tanggal spesifiknya?"

"Tanggal dua puluh Desember mendatang."

AB+

Aletta memicingkan matanya saat melihat Bara sedang berdiri di depan gerbang sekolah seolah sedang menunggu seseorang. Dasar manusia itu, apa Bara tidak tahu saat ini para siswi sedang histeris hanya karena ia berdiri sembari sesekali menyibak rambut dengan jemari?

Aletta berusaha terlihat biasa saat hendak melewati pintu gerbang. Walaupun sudah kebal dengan rumor, tetap saja Aletta mencoba meminimalisir terjadinya gemparan fakta buruk mengenai dirinya lagi.

"Aletta!"

Tetapi suara panggilan itu sudah dipastikan tidak akan mengabulkan keinginan Aletta.

Gadis itu menoleh dan mendapati Bara yang berjalan mendekati dirinya. Aletta memasang wajah masam, enggan berkaitan dengan cowok itu setelah kejadian di kelas tadi yang hampir saja ia dimanfaatkan oleh Inara. Cukup kemarin saja Aletta berlaku normal kepada Bara.

"Gue mau latihan," kata Aletta mencoba untuk menghindari Bara. Tetapi cowok itu justru mengulurkan tangan, memberikan sebuah komik yang masih tersegel plastik, dan sangat baru.

Aletta membelak. "Sugoi!(keren!)" serunya. Ia langsung merebut komik itu dari tangan Bara kemudian mengangkatnya tepat sejajar dengan wajahnya. "Komik Naruto Vol.72 yang sudah ditranslate bahasa Indonesia, yabai-yabai!(gila-gila!)"

Senyum Aletta begitu lebar, wajahnya yang semula masam seketika berubah menjadi cerah yang penuh rasa semangat. Gadis itu memeluk komik di tangannya kemudian menatap Bara yang kini berdiri tepat di depan tubuhnya.

"Senpai!(Senior!)" serunya kemudian membungkukkan tubuh secara lurus sampai 90° layaknya orang Jepang yang menyapa. "Hontouni arigatou gozaimasu!(terima kasih banyak!)"

Perilaku Aletta berhasil menarik perhatian. Seluruh siswa yang berlalu-lalang di depan gerbang sekolah terheran, beberapa juga tertawa dan menatap Aletta sinis.

Gila orang ini-pikir mereka.

Bara saja sampai terkejut dengan reaksi Aletta yang berlebihan. Malu rasanya sampai dilihat seluruh siswa seperti ini. Tingkah Aletta benar-benar di luar dugaan.

Rasa senang itu terus berlanjut bahkan saat Aletta latihan hari ini. Gadis itu sedang latihan memukul seribu shuttle cock dengan senyuman yang masih terus mengembang.

"Aletta dipanggil Pak Ilham," kata Gia.

Aletta yang sedang memukul bola berbulu unggas itu menoleh, tepat di pukulan ke seribu, Aletta menepi dari lapangan dan berjalan ke ruangan Pak Ilham.

Gadis itu dikejutkan dengan adanya Kak Alan dan beberapa orang yang tidak dikenali olehnya. Tetapi Aletta yakin, mereka pasti petinggi dari PB.

"Aletta duduk sini," titah Pak Ilham setelah memberikan kursi untuk duduk di sebelah pria itu.

Aletta menurut dan duduk di kursi itu, menatap keempat pria seusia Pak Ilham di hadapannya saat ini.

"Nah, kan bener, Aletta yang ini!" kata pria yang duduk di tepi paling kanan dengan tanda nama bertuliskan- Fajar.

Aletta mengernyitkan dahinya, terheran dengan kata sambutan dari pria yang tidak dikenalinya itu.

"Kamu sekolah di SMA Lentera kan?" tanya pria bernama Fajar itu.

Aletta mengangguk. "Iya Pak, kok tau?"

"Tau dong!" balas pria itu. "Masa peringkat tujuh belas nasional U-17 saya gak tau?"

Kedua alis Aletta terangkat. Pria ini kenapa tahu juga mengenai peringkatnya.

"Aletta, saya udah lama kejar kamu," kata pria itu. "Dari yang dapet emas event Tepis Unggas di Bogor, event ulang tahun pemilik PT pencetak shuttle cock dan kamu berhasil bikin atlet saya panik dan berujung atlet saya yang dapet perak, dan sekarang peringkat kamu yang semakin naik karena konsistennya kamu ikut turnamen dan kemampuan kamu yang semakin hebat," jelasnya.

Mata pria itu kini menatap Aletta yang masih terdiam, seolah sedang mencerna kalimat panjang yang diucapkan pria paruh baya itu.

"Seharusnya, yang ikut seleknas tahun ini cuma sampai peringkat enam belas. Tapi peringkat ke tiga belas harus mengundurkan diri karena cidera lutut dan tidak bisa dipaksakan untuk ikut." Pria itu kemudian memberikan sebuah kertas bertuliskan pengumuman seleknas yang akan digelar akhir tahun ini. "Jadi, peringkat kamu naik ke posisi enam belas dan diikut sertakan ke seleknas akhir tahun ini," lanjutnya.

Aletta mematung. Apa yang baru saja ia dengar? Ia akan mengikuti seleknas? Pada akhir tahun ini? Apa ini mimpi? Astaga, semua pertanyaan kini memenuhi kepalanya.

Aletta sebelumnya tidak pernah memiliki ekspektasi setinggi ini.

To be continued...
Bagaimana perasaan kalian setelah membaca bagian ini?

Maaf atas keterlambatan update ya!😔🙏
Kita ketemu lagi minggu depan, see yaa 🥰❣️❤️💮🌼

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top