14| tumpahan kuah soto

Play song: Jalanmu Bukan Jalanku-Andra And The Backbone 🎶

Kini ku tak mampu lagi, tuk ikuti caramu, hanya membuatku sakit hati-1:38.

Bagian empat belas.

Bara tidak menghiraukan tatapan aneh penonton lain saat dirinya terus berteriak ketika Aletta mendapatkan poin.

Kali ini, babak final.

Poin Aletta lebih unggul.

Debaran jantung Bara sangat tidak keruan. Suara dari pantulan shuttle cock dari jaring raket, ditambah decitan sol sepatu dan lantai lapangan yang beradu terus membuat tatapan Bara menjadi sangat waspada.

Ini poin terakhir.

Jika Aletta mendapatkan last point, itu artinya Aletta memenangkan pertandingan dan menjadi juara pertama dalam sektor tunggal putri. Sedangkan jika Aletta tidak berhasil mendapatkan poin, itu berarti deuce dan harus kembali bertanding beberapa kali sampai poinnya memiliki jarak dua poin.

Bara menahan napasnya saat Aletta mulai memundurkan langkah, mencari titik di mana gadis itu akan memukul bola berbulu unggas yang datang ke area lapangannya.

Akan tetapi, napas Bara justru tercekat karena Aletta tidak menghalau shuttle cock tersebut untuk jatuh ke areanya.

"WAAAAHHH!" Lalu disambung dengan teriakkan Aletta sembari mengangkat raketnya.

Keningnya masih mengernyit heran, ditatapnya wasit yang kini ternyata mengarahkan tangannya ke lapangan Aletta.

Ternyata out.

"WAAAAHHH!" Bara bangkit dari duduknya lalu melompat-lompat kegirangan. Ia berteriak hingga Aletta yang kini sedang dikerumuni teman-teman satu klubnya menoleh.

Gadis itu melambaikan tangannya kepada Bara di atas tribun. "BAR, GUE MENANG."

"Gue tau lo hebat!" balas Bara sembari mengacungkan kedua ibu jarinya.

Beberapa menit setelahnya, setelah menyelesaikan pertandingan beberapa sektor, akhirnya podium disiapkan.

Saat pengumuman sektor tunggal putri, Bara mengangkat kamera ponselnya. Memotret gadis itu dengan banyak jepretan sembari senyumnya yang masih terus mengembang.

Aletta dinyatakan sebagai pemenang juara pertama dari sektor tunggal putri dan mendapatkan sebuah piala yang cukup besar. Gadis itu mengangkatnya tinggi-tinggi, meminta orang-orang yang berada di sana memotret dirinya.

Setelah sekitar 20 menit acara itu berlangsung, Bara segera mendekati Aletta yang masih dikerumuni beberapa pemain lain. Ia menunggu sembari menatap sekitar yang masih diselimuti rasa puas mereka terhadap turnamen hari ini.

"Bara!" Suara Aletta mengalihkan perhatian Bara. Cowok itu menatap Aletta yang berjarak sekitar lima belas meter dari tempatnya saat ini.

Gadis itu berlari ke arahnya sembari membawa sebuah piala yang cukup besar dan juga tas merahnya yang menjulang.

"Bar, temen-temen gue mau minta foto sama lo boleh engga?" tanya Aletta saat gadis itu telah berdiri di hadapan Bara.

"Buat apa?" Bara membalikkan pertanyaannya sembari mengambil alih tas raket yang Aletta kenakan dan juga piala gadis itu untuk meringankan beban.

"Mereka fans lo," tukas Aletta.

Bara menatap kerumunan gadis di depannya saat ini dengan tatapan anehnya. Tidak mungkin meladeni sekitar tujuh orang yang akan meminta foto dengannya satu-persatu kala tidak lama ia akan melakukan pentas atau akan diomeli Orion.

"Gue manggung hari ini," kata Bara.

Bahu Aletta meluruh. "Gak bisa ya? Bentar doang kok."

Melihat ekspresi Aletta yang kehilangan raut wajah cerianya, cowok itu menepuk-nepuk pelan kepala Aletta. "Bareng-bareng aja, biar sekalian."

Raut wajah ceria Aletta seketika kembali. "OKEY!" Gadis itu menatap kerumunan gadis yang ia bawa lalu melambaikan tangan. "SINI KALIAN!"

Sekitar tujuh perempuan berlari ke tempat keduanya saat ini. Bara segera menggenggam jemari Aletta agar tidak terpisah dengan gadis itu dan tidak mendapat desak kan dari kerumunan yang akan menyerangnya saat ini.

AB+

Foto yang diambil saat Aletta memenangkan pertandingan bersama dengan ketujuh rekannya, ditambah Bara yang menggenggam tangannya, pada hari Senin foto itu sudah menjadi berita utama sekolah.

Aletta merasa biasa saja, begitupula dengan Bara. Menjadi buah bibir para siswa kini bukan hal yang mengejutkan lagi bagi Aletta. Ternyata, cukup diam saja dan tak perlu menjawab, itu merupakan salah satu cara agar berita meredam dengan sendirinya.

Tatapan siswa sangat tidak mengenakkan dilihatnya. Aletta mencoba sibuk dengan mangkuk keempat soto yang sedang dimakannya saat ini, tatapannya beberapa kali mengarah pada kantin yang ramai menatap dirinya yang duduk sendirian.

"Perlu tambah?" Bara datang membawa dua mangkuk soto kali ini. Cowok bertubuh tinggi itu duduk di hadapan Aletta tanpa meminta izin.

"Lo makan dua porsi? Tumben," balas Aletta.

"Buat lo."

Senyum sumringah Aletta muncul. "Jangan bohong lo?" tanyanya sembari menggeser satu mangkuk soto yang dibawa Bara ke samping lengannya.

Bara hanya terkekeh geli dibuatnya. Cowok itu menatap Aletta yang kini sedang menghabiskan kuah soto untuk melanjutkan porsi ke lima. "Belum sarapan?"

Aletta mengangguk. Ia menumpuk mangkuk kosongnya, lalu mengambil mangkuk berisi soto pemberian Bara untuk porsi ke lima dan mulai meracik sambal dan bumbu tambahan lainnya.

Bara menyadari kala gadis di hadapannya ini sedang memisahkan daun bawang.

"Gak suka daun bawang?"

"Ah, iya. Lo suka?"

Bara mengambil alih sendok di tangan Aletta dan memisahkan daun bawang pada porsi soto itu kemudian dialihkan pada mangkuk miliknya. Setelah selesai, barulah cowok itu kembali menyerahkan sendok dan mempersilakan Aletta untuk menyantapnya.

"Makasih," ucap Aletta sebelum menyedokan suapan pertama.

Namun, belum sempat potongan lontong itu masuk ke dalam mulut, semangkuk soto di hadapan Aletta seketika tumpah mengenai kemeja berserta rok abu-abunya. Gadis itu segera bangkit berdiri karena rasa panas di tubuhnya yang terkena siraman kuah.

"Ah, maaf Kak, gue gak sengaja."

Bara meraih sekotak tisu di atas meja dan segera beralih menghampiri Aletta, ia segera menarik lembaran tisu dan membersihkan kemeja dan rok Aletta yang terkena kuah soto.

"Lo gak papa?" Wajah panik Bara kini sangat mendominasi. Cowok itu memperhatikan kaki Aletta yang memerah karena rasa panas.

Sedangkan sang empu masih memegang sendok berisikan potongan lontong di tangannya. Kesadarannya belum kembali, sekalipun Bara sedari tadi sudah memutar-mutar tubuhnya mencari luka yang ia dapatkan.

"Maaf Kak gue gak sengaja." Gadis yang menyebabkan mangkuk soto milik Aletta tumpah itu hendak membantu dengan melakukan hal yang sama seperti Bara.

Namun, sebelum hal itu terjadi, sebuah jambakkan dari rambutnya diterima lebih dulu. "Aaauuh!" ringisnya.

"Minggir lo!"

Itu suara Cecil.

Aletta menoleh dan mendapati keempat temannya datang, lalu mengambil alih posisi Bara yang merangkul pundaknya.

"Ah, Kak, maafin gue-"

"Berisik lo, gue liat ya lo sengaja numpahin!" seru Cecil.

Atensi seluruh siswa kini mengarah pada mereka.

"Enggak kok Kak, gue gak seng-"

"Kalo emang gak sengaja, seharusnya Kak Bara juga ketumpahan. Lha ini temen gue doang. Lo pikir gue buta?!" sungut Cecil. "Playing victim aja terus, gak terima kalo temen gue beneran pacaran kan sama Kak Bara? Ngaku aja lo!" lanjutnya.

Gadis yang kini sedang dicaci maki Cecil tiba-tiba menangis. Inara seperti sudah hampir meledakkan emosinya, ia menyisir rambutnya dengan jemari, lalu menghampiri junior mereka yang dengan jelas mereka lihat mencoba untuk menyakiti Aletta-Kiona.

"Gak usah nangis, harusnya temen gue yang nangis gara-gara kakinya ketumpahan kuah soto yang panas, nodanya gak bisa ilang di rok sama kemejanya. Napa lo yang nangis?" desak Inara. "Gue tau lo suka Kak Bara, gue tau lo caper sama Kak Bara, gue tau lo berpikir seharusnya elo yang jadi pacarnya Kak Bara, gue tau. Tapi dengan cara nyakitin temen gue, abis lo!"

Bara melihat kekacauan ini meminta Pevita yang masih merangkul Aletta untuk mengalihkan gadis itu dari kantin. Cowok itu menepuk tangan Aletta beberapa kali sebelum menjauhi kantin bersama dengan Pevita.

Ia kali ini beralih untuk memisahkan pertengkaran.

"Kalian temenin Aletta," titah Bara kepada ketiga gadis di depannya saat ini.

Mendengar perintah itu, Cecil menghentakkan kakinya dengan kesal begitupun dengan Inara, sedangkan Layla merebut kotak tisu di tangan Bara lalu melemparnya dengan kuat sampai mengenai kepala Kiona.

"Bersihin tuh kuah soto!" Itu kalimat terakhir Layla sebelum mengikuti langkah Cecil dan Inara.

Kiona saat ini terpaku dan hanya bisa menunduk. Bara menghela napasnya kemudian berbisik pada gadis itu.

"Ikut gue," titahnya lalu pergi lebih dulu dari hadapan Kiona menjauhi kerumunan kantin.

Bara berhenti pada lorong perbatasan antara perpustakaan dan gudang penyimpanan. Cowok itu menatap Kiona yang masih menangis sembari berjalan pelan mendekatinya.

"Gue tau lo sengaja," tukas Bara.

Kiona mendongakkan kepalanya, terkejut dengan pernyataan Bara.

"Gue liat tangan lo ngangkat mangkuk soto punya Aletta dengan sadar."

Bibir Kiona seketika terkatup rapat. Tidak berani menyela ucapan Bara.

"Gue harap ini yang terakhir, jangan ganggu Aletta lagi." Itu kalimat terakhir yang Bara ucapkan sebelum meninggalkan Kiona seorang diri di lorong.

To be continued....
Bagaimana perasaan kalian setelah membaca bagian ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak, uraikan semua keluh kesah bagian ini di sini.

Sampai jumpa di bagian berikutnya, bertemu lagi minggu depan, see yaaa!><

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top