11| karena tidak ikut tour

Play song: Terlatih Patah Hati-The Rain🎶

Dan semua yang pergi, tanpa sempat aku miliki-0:35

Bagian sebelas.

"Mau kamar nomer berapa?"

"Dua belas empat tiga."

"Satu kelas semua apa ada yang beda kelas?"

"Satu kelas, sebelas IPS dua."

"Oke, siapa aja anggotanya?"

"Pevita Fadila, Velyren Cecilia, Layla Alora, Aletta Gaiandra, sama Nayaka Inara."

Pria itu mengernyit heran. Pak Rio selaku panitia pelaksana tour kelas sebelas tersebut mendongak menatap Inara dan ketiga temannya. Ditatap seperti itu, mereka juga ikut bingung.

"Kenapa Pak?" tanya Layla.

"Aletta bukannya gak ikut?" tanya Pak Rio memastikan.

Keempat gadis itu bingung. Tidak mungkin jika Aletta tidak ikut, lagian mereka tidak pernah mendengar ucapan Aletta yang tidak minat mengikuti tour.

"Kok gak ikut? Ikut lah Pak, masa iya gak ikut. Semisal Aletta gak ikut pun pasti bilang dulu ke kita," tukas Pevita.

Pak Rio membuka map dan mencari sebuah angket. Selembar kertas itu diberikan kepada Inara yang langsung diserbu ketiga temannya.


~o0o~

"Kak Aletta, ini."

Aletta mendongak, menatap gadis bersurai hitam panjang yang mengulurkan sebotol minuman soda padanya. Ia tahu betul siapa gadis itu, Kiona namanya, fans berat Bara yang sangat terkenal seantero sekolah karena parasnya yang cantik dan bisa dikatakan sangat cocok untuk disandingkan dengan Bara.

"Buat gue?" tanya Aletta.

Kiona meletakan sebotol minuman bersoda itu di meja Aletta. "Nikmatin makan siangnya ya kak, jangan lupa diminum. Yang langgeng ya Kak sama Kak Bara nya, gue dukung!"

Seluruh siswa yang berada di kantin sudah pasti memusatkan perhatian kepada Aletta. Kiona yang terkenal akan kecantikannya, pintar, dan juga loyal memang sering menjadi buah bibir para siswa. Untuk dijadikan pacar Bara misalnya, walaupun sudah terlihat jelas bahwa Bara terlihat lebih nyaman bersama Aletta.

"Playing victim banget tuh Kiona, jangan diminum Al." Kalimat itu berhasil membuat Aletta menolehkan kepala.

Kakak kelasnya-Bella-yang duduk di meja tidak jauh dari tempat Aletta. Gadis berambut panjang itu mengulurkan sebotol air mineral kepada Aletta.

"Minum ini aja, bentar lagi nama lo bakal jadi gunjingan adik kelas. Keliatan banget si Kiona deketin lo biar bisa deket sama Bara," kata Bella. "Jangan sampe pacar lo kerebut sama cewek yang jago main drama kayak dia," lanjutnya.

Aletta menerima sebotol air mineral tersebut. Ia tidak mengerti dengan ucapan senior yang dekat dengannya itu. Tetapi, iyakan saja, jika bertanya ulang, malu, nanti terlihat begonya.

Tetapi menurut Aletta, Kiona gadis yang baik. Bahkan keempat temannya pun sering berkata untuk menghindari Kiona karena adik kelasnya itu katanya terlihat sangat tidak menyukai Aletta. Padahal Aletta tidak merasa seperti itu.

"Balik latihan?" Semangkuk bakso datang di hadapan Aletta. Gadis itu mendongak dan hampir saja tersedak saat Bara duduk di hadapannya.

"Lo ngapain gila duduk di sini?" Raut wajah Aletta terlihat kesal, pasalnya sudah menjadi pusat perhatian karena Kiona, ternyata lanjut part dua dengan kehadiran Bara yang duduk di hadapannya.

"Pengen aja," balas Bara dengan santai sembari meracik bumbu pada bakso miliknya.

Aletta hanya bisa menghela napas kasar. Gadis itu mengusap wajahnya bahkan ikut mengusak pucuk kepala, sampai poni-poni tipis itu berdiri dan sangat acak-acakan.

Bara melirik Aletta yang kini melanjutkan makan dengan tidak nafsu. "Balik latihan?"

"Iya, napa, lo mau ikut?"

Bara menegakkan tubuhnya, tangannya terulur untuk merapikan poni Aletta yang berantakan. "Boleh?" tanyanya.

Semburat merah sudah muncul di pipi Aletta. Kehadiran Bara memang sudah seharusnya Aletta hindari. Cowok itu selalu saja melakukan hal yang berhasil membuat Aletta berdebar, atau ucapan dari mulut pedas itu sering sekali membuat darah pada tubuh Aletta berdesir hebat.

"Jangan," tukas Aletta sembari mencoba menyingkirkan tangan Bara yang masih memainkan anak rambutnya.

"Ketemu lagi di lapangan," ucap Bara sebelum cowok itu berdiri sembari kembali membawa semangkuk baksonya. Satu tangannya yang bebas digunakan untuk mengusak pucuk kepala Aletta lalu beralih untuk duduk di meja yang berisikan Orion dan juga Galen yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat Aletta.

Gila, sedari tadi rupanya member Gamala berada di kantin dan memperhatikan Aletta.

Gadis berkuncir kuda itu mencoba untuk kembali fokus pada makanannya, sampai teriakkan dari ujung kantin lagi-lagi memicu perhatian siswa.

"ALETTA!"

Entah dosa apa yang sudah Aletta lakukan sampai tiga kali pusat perhatian siswa terus mengarah padanya. Keempat temannya datang dengan raut wajah garang seolah ingin mencabik-cabik Aletta sekarang juga.

Brak!

Sampai pada meja Aletta, Cecil lebih dulu menggebrak meja. "Lo gila?!"

Kening Aletta mengernyit, bingung dengan keempat temannya yang sepertinya akan membakar seisi kantin.

"Lo gak ikut tour di kala kita udah berencana mau pesta piyama?!" seru Inara. "Lo gila Al!"

Ah, masalah tour rupanya.

Raut wajah kebingungan Aletta menghilang. "Gue kira apaan. Muka kalian kayak orang mau bakar seisi kantin tau gak, udah sini duduk, makan."

Layla menyibak rambutnya dengan jari. "Apa alesan kali ini buat gak ikut tour?"

Aletta mengedikkan bahunya. "Apalagi?"

"Turnamen?" tebak Layla.

Aletta tidak menjawab.

"Al, lo tahun kemaren gak ikut kemping gara-gara turnamen. Sekarang lo gak ikut tour juga gara-gara turnamen?!" sungut Cecil. "Susah banget sih main sama lo!"

"Udah lah, males banget gue temenan sama lo. Harusnya lo ke sekolah bulutangkis aja kalo semisal sekolah lo isinya cuma buat turnamen," ketus Cecil sebelum akhirnya keempat temannya itu pergi meninggalkan kantin.

Saat ini napsu makan Aletta benar-benar hilang. Ucapan Cecil dan kedua teman dekatnya berhasil menyakiti perasaannya. Sudah tidak didukung keluarga, temannya pun membenci hal yang ia suka.

AB+

"Jangan lupa besok jam delapan," tukas Orion.

Bara segera menenteng tasnya, tidak menghiraukan apa yang diucapkan sang leader.

Tentu saja Elang yang sangat sensi terhadap Bara memberikan pukulan ringan pada lengan cowok itu. "Dengerin apa kata Orion," ucapnya.

Bara juga memukul lengan Elang dengan tenaga yang sedikit dinaikkan. "Iya," balasnya.

Cowok bertubuh tinggi itu keluar dari ruang band lebih dulu, meninggalkan keempat rekannya yang masih merapikan peralatan untuk memulai latihan. Iya, Bara tidak ikut latihan hari ini. Padahal, besok ia akan kembali pentas.

Ini dikarenakan pikirannya yang sangat terusik setelah melihat pertengkaran antara Aletta dan teman-temannya. Bara melihat gerbang sekolah yang baru saja dibuka, bersamaan dengan itu para siswa berbondong-bondong berjalan keluar.

Bara menepikan langkahnya sebelum melewati gerbang, cowok dengan tubuh tinggi itu berdiri dengan kedua tangannya yang masuk ke dalam saku. Memperhatikan satu-persatu siswa yang keluar dari area sekolah.

Sampai atensinya beralih pada gadis yang membawa tas raket berwarna merah menjulang. Itu Aletta.

Bara mencekal lengan Aletta saat gadis itu keluar dari area sekolah sembari melontarkan pertanyaan. "Ada latihan?"

Aletta menoleh, terkejut bahwa lagi-lagi bertemu Bara di dekat gerbang sekolah. "Kenapa?"

"Jawab," balas Bara.

"Sore ini gak ada," tukas Aletta.

"Temenin gue bisa?"

Kening Aletta mengernyit. "Ke mana?"

"Ke mana aja."

Mata Aletta memicing terhadap Bara, seolah sedang mengintrogasi lewat tatapan. "Mau temenin gue main bulutangkis?" tanyanya.

Sebuah binar terlihat dari kedua bola mata Bara. "Boleh."

"Oke, ikut gue."

Aletta membuka pintu setinggi tiga meter dan memasuki sebuah gor umum. Bara melihat beberapa remaja seusianya, para orang tua, bahkan anak-anak kecil sedang bermain bulu tangkis di tempat itu.

Gadis itu meletakkan tas raketnya pada sebuah kursi, memberikan satu raket kepada Bara kemudian ia melepas sepatu ketsnya dan menggantinya dengan sepatu olahraga.

Aletta menggunakan celana training panjang dengan rok selutut yang masih dipakai. Gadis itu memasuki lapangan sembari membawa raket dan sebuah shuttle cock.

"Wih, Neng, siapa? Pacarnya ya?" Salah satu pria paruh baya menyapa Aletta.

"Buk-"

"Iya..." Bara memotong ucapannya.

Aletta mendelik tajam kepada Bara yang terhalang jaring net.

"Cakep ya, tinggi, kasep, tapi bisa enggak lawan Aletta? Dia jagoan di sini, medalinya udah punya banyak," kata pria itu.

"Ih, Amang, dia bukan pa-"

"Saya tau Pak, Aletta kan atlet." Lagi-lagi Bara memotong ucapan Aletta.

Aletta memukul shuttle cock dengan kuat dan berhasil mengenai kepala Bara.

Kali ini, Bara yang melirik Aletta dari balik jaring net, wajah Aletta terlihat marah tetapi disertai telinga dan pipinya yang memerah. Tentu saja membuat Bara tidak kuasa menahan senyum. Cowok itu mengusap bagian kepala yang terkena shuttle cock pukulan Aletta kemudian mengambil bola berbulu unggas itu.

"Gue service duluan?" tanyanya.

Aletta berdiri pada sisi lapangan di sebelah kanan sehingga Bara berdiri pada sisi kanan yang berlawanan. Aletta memperlihatkan sikap siapnya untuk menerima bola, sedangkan Bara merasa sepertinya Aletta akan mengintimidasinya.

Bara melayangkan pukulan pada bola berbulu unggas tersebut, bola itu melambung cukup tinggi dan melewati jaring net. Dan di detik berikutnya, Bara dikejutkan dengan Aletta yang bergerak dengan sangat cepat.

Belum sempat Bara memundurkan langkah untuk menjaga areanya, pukulan dengan kecepatan tinggi pada bola sudah kembali mengenai kepalanya.

Tuk!

Bara cengo. Bagaimana bisa gerakan Aletta begitu cepat dan pukulannya sangat kuat? Cowok itu kembali mengusap bagian kepalanya yang terkena bola. Ia mengambil shuttle cock yang jatuh ke daerahnya kemudian memberikannya kepada Aletta, membiarkan gadis itu memulai permainan.

Bara siap menerima, tetapi lagi-

Tuk!

-bola berbulu unggas itu kembali mengenai kepalanya.

Permainan berjalan lima set dan semuanya mengenai kepala Bara. Cowok itu mengambil shuttle cock di areanya kemudian mendekati jaring net sebagai pembatas area.

"Lo sengaja?" tanya Bara.

"Iya," balas Aletta. Gadis itu merebut shuttle cock di tangan Bara.

Alih-alih memberikan shuttle cock tersebut, Bara justru menarik tangan Aletta sehingga jarak mereka semakin menipis dan hanya terhalang oleh jaring net.

"Kenapa? Marah karena lo pacar gue?"

"Gue bukan pacar lo," tukas Aletta mencoba melepaskan tangan Bara yang menariknya.

Bara menghela napas, cowok itu menyisir rambutnya dengan jemari kemudian menatap Aletta yang mulai mundur dari jaring net. "Dengan cara apa biar gue bisa jadi pacar lo?"

Aletta mendelik. Ngawur sekali Bara ini. "Berisik lo, udah main yang bener!"

Mendengar nada bicara Aletta yang tinggi membuat Bara tanpa sengaja menarik kedua sudut bibirnya. Ia tahu, saat ini Aletta mulai menikmati waktu bersamanya.

Semoga Aletta tidak terlalu terbebani karena masalah dengan keempat temannya.

To be continued...
Bagaimana perasaan kalian setelah membaca bagian ini?

Maaf atas keterlambatan dan maaf karena Hiatus gak bilang-bilang.

Tolong tinggalkan jejak, beri banyak komentar, dan share ke teman-teman kalian!><
Kita berjumpa lagi di minggu malam, see yaa 😍😍

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top