1| stranger

Ayo spill warna favorit kalian!><

Play song : Melompat Lebih Tinggi -Sheila On 7 🎶

Bila kita terjatuh nanti, kita siap tuk melompat lebih tinggi-0:46.

Bagian satu.

Senin, 11 Mei 2015.

Sebuah shuttle cock melambung tinggi melewati jaring net. Sebagai pertahanan, gadis dengan rambut yang diikat layaknya ekor kuda itu dengan gesit memundurkan langkah. Tangannya secara cepat mengangkat raketnya untuk menghalau shuttle cock itu jatuh ke daerahnya.

Dengan lompatan vertikal dan sudah membaca gerakan, ia mulai memukul kuat shuttle cock dengan raketnya. Sehingga, bola dengan bulu unggas itu kembali berbalik dengan kecepatan yang lebih tinggi.

"Wuhuuu!" Seruan itu terdengar saat shuttle cock berhasil menyentuh daerah lawan diiringi dengan tepuk tangan. Poin.

Gadis yang baru saja melakukan smash dalam permainannya tersenyum lebar kemudian mengangkat kepalan tangannya. "Waahh!" serunya.

Wasit yang duduk di samping net turun dan menghampiri gadis itu sembari tersenyum. Pria berusia empat puluh tahunan itu mengulurkan tangan kepada gadis yang baru saja memenangkan pertandingan saat ini.

"Selamat Aletta, kamu bisa bergabung dengan kami."

Gadis bernama Aletta itu menerima uluran tangan pria di hadapannya. "Terima kasih coach, saya akan bermain dengan sungguh-sungguh!"

Pria tua itu terkekeh lalu menepuk-nepuk bahu Aletta. Sekitar delapan belas orang yang sebelumnya menjadi penonton kini perlahan-lahan mulai menghampiri keduanya.

"Selamat bergabung Aletta!" seru mereka.

Senyum Aletta semakin terus mengembang, ia menundukkan kepalanya yang kemudian berseru. "Mohon bantuannya Kakak-kakak!"

"Nah, karena Aletta di sini sebagai member paling muda, dimohon bimbingannya ya! Sebagai senior yang udah bisa menilai permainan, kalian bisa lihat begitu besar potensi yang Aletta punya. Didukung bareng-bareng ya," kata pria paruh baya itu yang tak lain merupakan pelatih utama dari klub bulutangkis ini.

"Siap coach!" balas mereka.

Sang pelatih menepuk-nepuk bahu Aletta kemudian menatap gadis itu. "Oke Aletta, sekarang kamu boleh pulang. Jangan lupa, setiap hari senin, rabu, dan sabtu kita latihan."

Aletta mengangguk. Gadis itu kemudian berjalan menuju loker bersama dengan para senior perempuannya yang ikut bersamanya sembari mencoba untuk akrab.

Sampai di loker, Aletta mengambil tas untuk meletakan raketnya dan mengemas beberapa barang lain seperti shuttle cock, sepatu, ataupun air minum.

"Permainan lo tadi hebat banget, kenapa gak ke PB yang lebih besar aja? PB kita kecil, potensi lo pasti gak bisa diliat orang banyak."

Aletta menolehkan kepalanya. Menatap sang senior yang kini sedang sama-sama membereskan barang yang berada di loker.

"Bener, permainan lo tadi menurut gue sih ya, udah bisa loh masuk buat ikutan audisi," sambung seniornya yang lain.

Aletta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal ketika mendengar pujian itu. "Doain aja tahun ini, Mbak."

"Oh iya, terus kenapa lo pilih PB ini? Di sekolah lo gak ada ekskul bulutangkis, kah?"

Aletta mengangguk. "Iya Mbak, makanya saya daftar ke sini."

"Hadeh, kenapa formal gitu, kita cuma beda empat tahun," sahut seniornya. "Ini, dia, cuma beda setahun sama lo. Dia juga masih SMA," lanjutnya.

Aletta menatap seniornya yang rupanya masih SMA itu. "Dari sekolah mana Mbak?" tanya Aletta.

"Smaja (SMA Braja). Lo SMA mana?"

"Gue Smaltra (SMA Lentera)," jawab Aletta.

Seketika pergerakan dari kelima seniornya itu terhenti mendengar jawaban Aletta. Mereka secara bersamaan menolehkan kepala ke arah Aletta dengan tatapan yang aneh.

Kedua alis Aletta terangkat melihat reaksi seniornya. "Kenapa Mbak?"

"Lo seriusan dari Smaltra?"

"Punya foto member Gamala gak?"

"Orion sama yang di aslinya gantengan mana?"

"Lo tau schedule nya enggak?"

"Selain hari ini sama jum'at nanti, Gamala manggung di mana lagi minggu ini?"

"Gema kan lo?"

Aletta memundurkan tubuhnya saat dicerca begitu banyak pertanyaan. Kenapa virus Gamala masuk juga ke dalam PB barunya?

Setiap Aletta berada di luar sekolah dan menyebut nama sekolahnya, otomatis akan dicerca pertanyaan seperti ini. Ini dikarenakan sekolahnya memiliki sebuah grup band yang sangat terkenal akan kalangan anak muda.

Grup band bernama Gamala dan berisi member dari sekolahnya. Yang membuat para kalangan muda tertarik dengan Gamala adalah, karena para anggotanya yang sangat tampan dan menarik, Aletta mengakui itu.

Tetapi, Aletta hanya tahu tentang Gamala karena mereka satu sekolah dengannya, tidak dengan sebagai Gema alias fans Gamala.

"Gue bukan Gema Mbak," elak Aletta.

AB+

"Kupetik bintang, untuk kau simpan
Cahayanya tenang, berikan kau perlindungan
Sebagai pengingat teman, juga sebagai jawaban."

Laki-laki itu mencabut mic dari stand mic lalu mengangkatnya, memutar sumber suara itu untuk membiarkan segerombolan manusia melanjutkan nyanyiannya.

"SEMUA TANTANGAAAAAAN!"

Suara gitar, keyboard, dan juga drum menggema setelah teriakkan itu dan berakhir dengan teriakkan para penonton kembali. Lagu telah selesai dinyanyikan, kelima laki-laki itu beralih dari tempatnya dan berdiri sejajar dengan sang vokalis utama.

"Terima kasih semuanya!" seru sang vokalis utama untuk memberikan salam terakhir sebelum turun dari panggung.

Mereka melambai-lambaikan tangan kepada para penggemar kecuali salah satu gitaris yang segera turun dari panggung sembari membawa gitar elektriknya.

"BARAAAAAAAA!"

Karena turun lebih dulu, para penonton meneriaki namanya. Sang gitaris bernama Bara itu tidak menggubris teriakkan, ia memilih melepas kabel yang melilit tubuhnya sebagai alat pembantu saat memainkan gitar di atas panggung.

Saat berada di ruangan khusus anggota band nya, Bara melepas secara paksa kabel itu dan membuangnya kasar ke atas kursi.

"Nape lo?" Seorang laki-laki yang membawa stik drum juga ikut menyusul, terkejut dengan sikap Bara yang tidak biasa.

"Gue kesetrum anjing!" umpat Bara sembari mengelus telinganya.

"Hah?!"

"Bar, lo jangan pergi gitu aja, gak sopan," kata laki-laki yang baru saja datang.

Elang, yang sebelumnya sudah bersama Bara lebih dulu itu menoleh menatap sang vokalis utama sekaligus leader mereka-Orion. "Earphone nya nyetrum katanya."

"Hah?!" Kali ini seruan Orion yang terdengar.

"Sama, tadi gue juga kesetrum, makanya tadi gue lepas earphone nya. Untung aja gue udah bisa menyesuaikan sama suara live, walaupun hampir aja gue ngacauin, tapi untungnya enggak," kata Nolan.

"Ya udah deh, nanti gue bilang," kata Orion. "Tapi lagi-lagi lo jangan begitu Bar, gak sopan, main pergi gitu aja," lanjutnya.

Sedangkan laki-laki yang bernama Bara itu kini sedang mengacak-acak isi tasnya. "Iya, sorry, gak bakal gue ulangi."

"Gue tebak, lo nyari charger 'kan?"

Bara menoleh ke arah Galen yang sedang memasukkan keyboard ke dalam tas.

"Lo minjem?" tanya Bara.

"Di ruang band, bego," balas Galen, cowok itu melirik ke arah Bara yang masih terdiam. Tentu saja hal itu membuatnya menghela napas dan kini mulai menatap Bara. "Lo ninggalin di ruang band, gue kira lo beli baru makanya gak diambil."

Bara berdecak, ia menatap arlojinya yang hampir menunjukan pukul enam petang. "Sekolah masih buka gak ya?"

"Masih, sekolah tutup jam tujuh," jawab Orion.

"Gue balik duluan ya," kata Bara lalu mengemas barang-barangnya dengan cepat. Memberi salam dengan saling mempertemukan kepalan tangan, kemudian pergi dari hadapan anggota band nya.

Namun, saat ia keluar rupanya para fans nya sudah menghadang. Segera Bara berlari menuju motornya dan melajukan motor itu dengan cepat menuju ke sekolah.

Gerbang tinggi sekolah rupanya benar masih terbuka. Bara memasuki kembali lingkungan sekolah dan memarkirkan motornya di lapangan tengah. Segera berjalan menuju ruang band untuk mengambil charger yang tertinggal.

Bara bersyukur karena charger nya masih ada dan ya, tidak rusak sama sekali. Ia kembali keluar, berjalan melewati koridor yang sepi dan mulai gelap. Saat kembali ke lapangan utama, Bara melihat seorang gadis berkuncir kuda yang berjalan dengan langkah riang menuju gerbang utama sembari membawa raket. Gadis itu sesekali melakukan ancang-ancang dan mulai memukul udara dengan raketnya. Gerakannya terus berulang seolah sedang bertanding membuat Bara terheran sekaligus merasa aneh. Konyol sekali gadis itu.

Pada pakaiannya, di punggung kecil gadis itu terdapat nama dan juga nama klub bulutangkisnya, serta berwarna merah dengan sedikit garis hitam di bagian ujung lengan. Dalam sekali lihat, Bara telah mengingatnya.

Faktanya, sekolahnya menolak keras akan adanya ekskul bulutangkis ataupun klub bulutangkis. Mereka tidak akan segan memberikan hukuman kepada para pelanggar yang biasanya seorang pecinta bulutangkis.

Rumor berita yang paling ramai dibicarakan satu minggu terakhir yaitu, siswa sekolahnya yang diskors selama satu minggu karena mengikuti pertandingan bulutangkis dengan melibatkan nama sekolah. Sehingga klub itu dibubarkan dan menskors para anggotanya.

Melihat terdapat seseorang yang mengenakan seragam khas bulutangkis di area sekolahnya, Bara tentu terkejut.

Sayang sekali, hobi mereka tidak didukung sekolah.

To be continued...

Bagaimana perasaan kalian setelah membaca bagian ini?

Setiap bagian bakal aku kasih lagu, dan akan aku post juga di Instagram dan tiktok, jadi jangan lupa difollow ya hehehe😁

Yuk lanjut bagian dua, let's go!!!👇👇👇

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top