ʻ treat #1 | m. atsumu

Aku memijat pelipisku pelan lantaran sedikit nyeri akibat telah cukup lama memandang layar laptop. Kuregangkan badan, membuat Miya Atsumu yang berada di hadapanku mengalihkan pandang dari laptopnya.

"Sudah selesai?" tanyanya. Aku menggeleng lemah.

"Dikit lagi. Bagianmu?" tanyaku balik. Ia membalas dengan terkekeh.

Sudah cukup lama Atsumu dan aku hanya diselimuti keheningan di ruang tamu rumahnya ini. Bergeming, membiarkan suara jari yang beradu dengan keyboard laptop memenuhi isi ruang.

Kami berdua sedang ada kerja kelompok sekarang, mengerjakan laporan praktikum. Sebenarnya ada satu lagi anggota kelompok kami yang lain, tetapi ia sedang berhalangan hadir hari ini.

"Aku baru selesai nih. Harus ngerjain apa lagi?"

Aku mengangkat alis. Agaknya terkejut akan pernyataannya yang telah menyelesaikan bagiannya dengan cepat. Kuulas senyum tipis sebab jadi merasa sedikit lega.

"Bisa minta tolong nanti jadiin satu sama ngatur formatnya?" Atsumu langsung mengangguk. Ia kembali berkutat pada laptopnya, begitu juga denganku.

"Eh tapi, [Name], formatnya kayak gimana? Aku lupa gak dengerin, hehe."

"Hah?"

Pemuda pirang itu beranjak dari duduknya, menenteng laptop lalu menghampiriku. Atsumu menyodorkan laptop tersebut sembari duduk di sebelahku.

"Kalo ngikut kelompok lain sih, formatnya kayak gini. Benar kah?"

Dahiku mengerut, tampak berpikir untuk mengingat sejenak. "Nggak, bukan gitu seingatku dari yang dijelasin."

Lalu aku mulai menjelaskan bagaimana format laporan sesuai dengan ingatan yang kutangkap.

"Masa sih?" Atsumu menanggapi masih dengan tidak yakin.

"Iya, beneran. Kok kamu gak percaya sih?" ujarku jadi sedikit ngotot.  Pemuda pirang itu lantas menghela napas dan mengiyakan.

"Yaudah, aku ngikut kamu aja, [Name]," katanya. Dia lalu mengulas seringai, "tapi kalo ternyata revisi, traktir aku es krim ya hehe."

Aku mengangkat alis tidak percaya sekaligus heran. Karena aku yakin akan jawabanku, jadi aku merasa tidak masalah dan menganggap pernyataannya hanya bualan belaka.

Kutepuk pelan bahu lebarnya itu. "Boleh. Tapi kalau ternyata emang gak revisi, kamu yang harus traktir lho. Gimana?" Aku ikut menyunggingkan seringai.

"Deal."

Atsumu senyum-senyum ketika menyodorkan lembaran kertas di mejaku. Aku menatapnya bingung, lalu kulihat lembaran tersebut terdapat beberapa coretan pensil dengan tulisan yang membuatku membelalakkan mata.

"Kok bisa? Ini kamu sendiri ya yang nyoret?"

Miya pirang itu tiba-tiba memasang wajah masam. "Mana mungkin, [Name]. Memang punya kelompok kita revisi."

Aku menghela napas, lantas mengalihkan pandang keluar jendela. Menatap wajah Atsumu lama-lama dengan ekspresi begitu agaknya menyebalkan, sungguh.

"Nanti sepulang sekolah, jangan pulang dulu atau esmu melayang."

.

Tanpa diduga, sore ini langit mengguyur bumi dengan hujan. Membuat semburat jingganya senja tersamarkan oleh langit kelabu dengan awan yang bergulung. Aku dan Atsumu yang tengah menyusuri trotoar jalan jadi berlarian panik.

Perkiraan cuaca tidak mengatakan bahwa hari ini akan turun hujan. Oleh karenanya kami berdua sama-sama tidak membawa payung.

Dengan sedikit basah kuyup, kami memasuki kedai es krim di pinggir jalan yang menjadi tujuan kami.

"Serius nih, Atsumu. Dingin, masih mau es krim?" kataku masih tidak percaya akan kenyataan bahwa aku harus mentraktirnya es krim.

"Ucapan tidak bisa ditarik, [Name]. Kita sudah sampai sini, lho."

Aku tersenyum kecut. Langkah kakiku terhenti ketika sampai di depan kasir pemesanan. "Iya, iya, kamu mau yang apa?"

"Yang cone aja."

"Maaf, kak. Untuk saat ini yang lain sedang kosong, tersedia hanya paket couple saja." Ucapan dari pegawai kedai tersebut sontak membuatku mendelik.

Aku menoleh ke arah Atsumu, dia hanya mengendikkan bahu.

"Paket ini baru lho kak, sedang ada promo juga. Cocok untuk dimakan sama pasangan."

"Wah, bagus tuh, [Name]. Mumpung promo," kata si Miya pirang dengan nada yang menjengkelkan. Bagaimana bisa dia menimpali dengan santai seperti itu.

Oh ya, tentu saja, [Name]. Karena dia adalah Miya Atsumu.

Kugelengkan kepala, sebab tiba-tiba rasa panas menjalar di pipiku. Aku lantas bergumam pelan, "Atsumu, sana cari tempat duduk. Aku yang urus ini."

Dia hanya mengulas senyum.[]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top