ʻ punishment | n. yuu
Pagi hari [Name] sudah dibuat memijit pelipis. Ia merasakan aliran darahnya hampir naik ke ubun-ubun, kalau saja gadis itu tidak mencoba menahan diri. Berdecak, ia menatap Nishinoya Yuu―sang biang keabnormalan paginya.
Pemuda itu bergeming memandangi [Name] lamat dengan cengiran yang terpatri. Sudah semenjak beberapa menit lalu, Nishinoya menghampiri dan nangkring di meja [Name], mencoba untuk merajuk ke sosok perempuan yang tengah menatapnya jengah. "Ayolah, [Name]-chan, kumohon."
[Name] menghirup napas. "Nggak bisa ya, udah kewajibanku buat ngelaporin ini secara jujur." Dia meraih notes kecil di mejanya, lalu membuka tiap lembaran tersebut dengan wajah masam. "Nishinoya Yuu, pelanggaran satu hari ini; membolos jam pelajaran pertama dan kedua di kantin. Pelanggaran kedua, tidak membawa buku tugas Geografi sehingga satu kelas tidak diperbolehkan ngumpulin tugas Geografi kalau tidak lengkap. Apa adanya ini bakal kusetor ke Komisi Disiplin, mereka yang berwenang ngasih poin pelanggaran dan ngelaporin ke Wali Kelas sama BK ."
Nishinoya memasang raut kecewa, bibirnya ditekukkan. Ia menelan ludah pasal merinding. Dapat ia rasakan peluh di keningnya menetes―peluh hasil ia berlari mengejar [Name] yang telah memergokinya bolos di kantin. Dari sekian orang yang memergokinya, kenapa harus [Name]? Cewek pencatat pelanggaran anak kelas yang galak, yang kerjaannya sudah seperti malaikat saja. Mungkin, pagi harinya sedang ampas kali ini.
"... Atau, mau kutambah lagi? Merajuk ke Sekretaris Kelas untuk menghapus catatan pelanggaran?" imbuh [Name] sambil tersenyum miring. Ia berancang mengambil pulpen, namun tangannya dihentikan oleh cengkeraman Nishinoya.
Pemuda itu menggenggam sebelah tangan [Name] dengan kedua telapaknya. Wajahnya panik dan memelas. "EH! JANGAN! Jangan nambah lagi dong, huhu. Kejamnya [Name]-chan. Kamu nggak kasian sama aku, kalau minggu ini harus dipanggil BK lagi?"
"Ya bagus dong, biar kamu bisa insyaf." [Name] menepis tangannya yang digenggam Nishinoya. "Sudah sana balik ke mejamu, jam pelajaran ketiga udah mau mulai."
〜
Setiap hari, [Name] sebagai Sekretaris Kelas diamanahi untuk mencatat tiap pelanggaran yang dilakukan anggota kelasnya. Dan hampir tiap hari pula, catatan di notes-nya itu dipenuhi dengan ulah seorang Nishinoya Yuu.
Gadis itu mendesah pelan, lalu menggelengkan kepala. Ia mencoba fokus ke buku pelajaran dan mendengarkan penjelasan sensei di depan kelas, daripada alih-alih melihati notes catatan pelanggarannya.
tuk
Sebuah buntalan kertas mendarat di meja. [Name] menoleh, mendapati Nishinoya Yuu menyengir ke arahnya. Ia lantas membuka buntalan kertas itu.
[Name]-chan yang baik, yang bolos jangan dicatat, dong, please. Entar aku traktir yakisoba atau taiyaki deh. Hehe.
[Name] mendengus, 'Dia berani menyuapku? Memangnya aku ini apa?' batinnya.
tuk
Gadis itu memutar bola mata, mencoba untuk tak acuh akan kedatangan buntalan kertas kecil Nishinoya Yuu yang ke sekian kalinya.
tuk
tuk
tuk
[Name] menelengkan kepala lagi ketika Nishinoya kembali melemparkan buntalan kertas entah ke berapa itu ke udara. Apesnya, benda tersebut secara tepat mengenai salah satu bola mata [Name]. Ia meringis, dan refleks bangkit dari bangkunya.
"Nishinoya Yuu!"
Sebelum dapat melontarkan kekesalannya, [Name] tersadar akan suasana kelas yang mendadak hening. Ia melirik sekitar, teman kelasnya memerhatikan dia dengan tercengang. Nishinoya Yuu ikut terperangah.
"Ada apa, [Surname] [Name]-san hingga menginterupsi penjelasan saya?" Suara sang sensei yang terkenal dengan pamor killer itu seakan menjadi halilintar di siang bolong bagi [Name].
Tamatlah riwayatnya.
〜
"Waw, aku nggak percaya. Dihukum pas jam pelajaran sama mbak-mbak yang sukanya nyatetin pelanggaran anak. Welcome to the geng, [Name]-chan!" Kali ini Nishinoya berujar dengan semringah.
[Name] mengerucutkan bibir. Karena ketidakberdayaannya melawan kekesalan, ia akhirnya harus berakhir seperti ini. Selama dua tahun sekolah di sini, ini adalah pertama kalinya ia merasakan dihukum langsung oleh sensei saat jam pelajaran berlangsung―untuk sebuah alasan yang konyol.
Berdiri di depan kelas dengan sebelah kaki diangkat, juga dengan kedua tangan menjewer telinga. Hukuman klasik yang kuno, tapi begitu memalukan kalau ada banyak siswa yang lalu lalang di koridor depan kelas.
"Diamlah, Nishinoya. Ini gegara kamu, tahu. Lagipula, kenapa sensei menghukum kita dengan cara yang kuno begini? Cih."
Nishinoya tergelak pelan. "Mau dihukum apapun, kalau sama [Name]-chan bagiku gak masalah! Haha! Nanti jangan lupa catet ini di notes-mu ya, gimana rasanya nyatat pelanggaran sendiri bareng si pelaku pelanggaran paling banyak di kelas? Hahaha!"
Gadis di sebelahnya tidak menyahut, hanya menghela napas sambil menundukkan pandangan.
"Nishinoya," panggil [Name] lirih. Yang dipanggil menoleh. "Maaf," kata gadis itu, membuat mata Nishinoya membelalak.
"EH―whoa? [Name]-chan minta maaf? Apa berarti permintaanku tadi dikabulkan?"
"Kalau itu sih nggak ya! Aku minta maaf kalau aku terlalu keras padamu atau gimana."
Mendengar [Name] berucap begitu, Nishinoya mengulas senyum. "Seharusnya yang minta maaf itu aku, [Name]-chan. Don't mind, oke? Lagipula aku senang, kok!"
[Name] mengernyit tidak paham. Nishinoya senang kalau dihukum begini? Letak kewarasan lelaki itu dimana?
"Lain kali, aku mau buat rusuh sama [Name]-chan lagi ah! Biar bisa dihukum bareng sama kamu kayak gini lagi, hehehe."
Sepertinya, sang libero klub Voli Pria Karasuno―si Nishinoya Yuu agaknya memang tidak waras.[]
〜
[26/03/2020]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top