ʻ fascination | k. kenma

Langit biru cerah menjadi atensi seorang gadis dengan kepala yang menengadah. Gumpalan awan seputih kapas tergerak pelan oleh angin, dengan sinar sang surya yang mengintip malu-malu di baliknya.

Indah, gumam gadis itu sambil mengulum bibirーmenahan agar tidak gemetar. Tangan dikepalkan erat, lantas menghirup napas dalam-dalam.

Ia lalu mengembuskannya perlahan, memberi sensasi ketenangan. Pemandangan langit berubah menjadi gelapーgadis itu memejamkan mata dan menikmati semilir angin yang menyapa.

Atap gedung sekolah memang menjadi tempat yang tepat untuk menenangkan diri. Menghempas gejolak emosi dan realita-realita pahit menyakitkan hati.

[Surname] [Name] masih nyaman dengan posisinya itu selama sekian menit, hingga dirasanya ia mampu kembali mengulas senyum, gadis itu memutuskan beranjak.

Ia sudah tidak lagi marah dan kesal. Tidak seperti tadi hingga ia hampir lepas kendali.

Kaki dilangkahkan menuju anak tangga di balik pintu. Saat hendak berbelok sesuatu hampir menabraknya. Tidak, seseorang.

Seorang pemuda berambut ombre pirang berjalan sambil mengotak-atik handphone-nya.

"Maaf," ucap gadis itu pelan.

Sang pemuda seakan tak menggubris. Dia hanya menoleh, menatapnya sekejap dan tak mengucap sepatah kata, kemudian lanjut berlalu.

Membuat gadis itu mengerutkan dahi dan terpaku.

Esoknya ketika jam istirahat makan siang telah tiba, [Name] melangkahkan kaki keluar dari ruang kelas. Mengabaikan hiruk-pikuk sekitar dimana kebanyakan siswa berbondong-bondong ke kantin.

Ia berjalan berlawanan dengan arah mereka, memutuskan untuk menuju atap gedung sekolah, lagi. Seperti kemarin.

Kali ini tidak dengan sebab yang sama.

[Name] candu akan nuansa yang baru ia cecapi. Ia ingin kembali bercengkerama dengan cakrawala dalam hening syahdu. Hanya ditemani dersik angin yang berembus, dan cicitan burung-burung yang kerap melintas.

Langkahnya terhenti di depan pintu atap tersebut, iris gadis itu mendapati eksistensi tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Tepat di samping gudang penyimpanan atap gedung ini, terdapat bangku yang memanjang diletakkan menempel dinding gudang.

Pemuda berambut ombre pirang yang [Name] tak sengaja berpapasan kemarin, ada di sana. Di bangku yang sempat ia tempati kemarin, wajah pemuda tersebut menunduk dengan jari yang sibuk menari di atas layar gawai.

"Boleh aku duduk di sini?" tanya sang gadis.

Jari yang menari seketika terhenti, kepala didongakkan melirik tak bersemangat ke pemilik suara.

Mata pemuda itu menyipit, menyiratkan kesan tak suka bagi si gadis. Alih-alih menjawab, pemuda setengah pirang mengalihkan pandangan kembali ke gawainya, melanjutkan aktivitas yang sempat terinterupsi akan kehadiran [Name].

[Surname] [Name] tertegun. Matanya mengejap memproses respon yang diberi sang pemuda. Pada akhirnya, ia mengulas senyum lemah dan mulai mendudukkan diri di sisi lain ujung bangku.

Bagaimanapun, [Name] merasa tidak enak jika kenyataannya ia mengganggu pemuda tersebut. Gadis itu mendesah pelan sebelum kemudian dirimya terhanyut dalam diam.

Hening. Hanya ada suara semilir angin. Kedua insan itu tenggelam dengan aktivitas masing-masing.

"Maaf kalau aku menduduki tempat ini duluan." [Name] berujar ketika sesosok pemuda datang dan bergeming tak jauh darinya.

"Gak masalah."

Gadis itu mengalihkan pandang dari menatap awan. Ia menoleh ke arah si pemuda berambut ombre pirang yang dua hari ini ia temui, sedang beringsut duduk di sisi ujung bangku, seperti [Name] kemarin.

"Wah, kau akhirnya ngomong juga ya."

Sang pemuda mengangkat alis, mendapati tatapan takjub lawan jenis di sampingnya.

Dia hanya balas menghela napas, lalu mengeluarkan ponsel dari saku dan memainkannya, seperti yang biasa dia lakukan.

"Kau Kozume Kenma, kan? Dari kelas 2?"

"Iya."

"Kau tidak terlalu mencolok di angkatan kelas dua, Kenmaーboleh kupanggil begitu? Tapi yang lain banyak mengenalimu sebagai 'pemuda yang lebih suka berinteraksi dengan game'."

Pemuda bernama Kozume Kenma itu tidak terlalu tertarik untuk menyimak perkataan gadis tersebut, hanya menjawab sekenanya saja. "Terserah."

"Aku [Surname] [Name], kalau kau mau tahu. Kamu sudah lama sering ke sini ya? Aku baru tahu kalau tempat ini itu ... menenangkan."

Awalnya, batin si pemuda. Dirinya selalu kemari saat jam istirahat siang berlangsung, dan sudah ia lakukan semenjak awal tahun kedua. Menurutnya tempat ini sangat pas sekali, untuk menjauhi hiruk-pikuk keramaian, membuatnya lebih fokus untuk menamatkan game demi game.

Sebelum beberapa hari terakhir, ia jadi sering bertemu dengan gadis yang memperkenalkan diri sebagai [Name] ini, yang nampaknya mulai menjadikan atap gedung sekolah ini sebagai tempat favorit sang gadis, sama seperti dirinya.

Kenma mencoba untuk tidak mempermasalahkan. Pemuda itu memilih bersikap tak acuh.

Merasa tak digubris, [Name] menghela napas. Ia jenuh memandangi awan dan mulai merogoh saku seragamnya, mengeluarkan ponsel.

Melihat pemuda setengah pirang itu asyik bermain game sendiri, [Name] jadi kepingin main game yang belum lama diinstalnya.

"Kalo lari pake kaki bakal lama sampenya. Kamu gak bisa nangkep kuda? Payah sekali."

Gadis tersebut sontak menoleh, tersinggung dan terkaget secara bersamaan. "Kenma main game ini juga? Aku masih amatir, kemarin baru diracunin temen-temen cowok di rumah."

"Aku main banyak game."

"Oh... mau ngasih tau cara mainin ini gak ke aku? Aku bingung."

"Kalo bingung gak usah main."

[Name] mengerutkan dahi sebal atas jawaban yang dilontarkan Kenma. Ia menarik napas lalu ganti meratapi game adventure simulator yang sedang ia mainkan.

Sunyi sejenak.

"Apa id-mu? Aku bantu sambil masuk servermu nanti."

Entah kesambet apa Kenma berujar seperti itu, dirinya juga tidak tahu. Yang jelas, dia mau membantu karena pemain game tersebut masih sedikit ditemuinyaーdan jarang sekali menemui pemain cewek beneran di game itu. Kebanyakan pada nge-hode.

[Name] tersenyum, "Wah, beneran nih?"

"Kenma! Kau lama sekali!" Ini [Name], menggerutu kala pemuda yang ia tunggu baru memunculkan hidung.

"Ke toilet dulu tadi."

"Ah, gitu. Ini, aku udah bawa bekal. Kamu sudah makan siang?"

Kenma menggeleng lemah, ia mulai duduk di samping [Name], memperhatikan bekal yang diperlihatkan si gadis. "Makan dulu baru mabar ya?"

Semenjak beberapa hari lalu, mereka jadi sering mabar di siniーatap gedung sekolah yang menjadi favorit mereka. Bercengkerama bersama, kebanyakan sih, tentang game. Sisanya beberapa obrolan kecil biasa.

"Mau pake chara apa?"

"Yang guardian, mau leveling lagi."

"Eh lho ini kok tiba-tiba aku diserang! Gimana ini Ken?"

"Kabur. Jangan ke situ. Itu tempatnya musuh."

Matahari makin meninggi, sinarnya mulai tersingkap dari balik gumpalan awan. Bel usainya jam istirahat berbunyi, membuat mereka segera beranjak merapihkan diri.

"Habis ini kelas apa?"

"Matematika. Siang-siang bikin ngantuk."

"Jangan tidur, lho. Hahaha."

Kozume Kenma melirik gadis di sebelahnya yang terkekeh. Dia belum pernah menemukan gadis yang se-frekuensi dengannya. [Name] bukan maniak game seperti Kenma, tapi setidaknya, ketika gadis itu diajak berbincang ia selalu bisa nyambung.

Mereka berjalan beriringan menuju pintu atap, hendak kembali ke kelas masing-masing.

[Name] menghentikan langkah sejenak. "Kenma," panggilnya.

Pemuda itu menoleh. "Ya?"

"Besok main lagi di sini, ya?" ujar [Name] sambil tersenyum lebar.

Sebelumnya, Kenma tak pernah berinteraksi akrab dengan orang lain di sekolah selain anak klub voli. Ia tak pernah merasa tertarik pada hal lain selain game, tetapi setiap perbincangan dan momen yang ia habiskan bersama gadis itu, ia rasa begitu menarik.

"Tentu."

Entah sebab mentari siang yang begitu menyengat, atau udara panas yang berembus, Kenma merasakan kedua pipinya menjalar sensasi asing yang begitu hangat. []

gatau kenapa saya seringnya keblablasan wkwk

btw, game yang dimaksud di cerita ini adalah game Black Desert Online versi mobile. barangkali ada yg maen, aku main yg versi pc-nya, hehe.

[05/02/2020]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top