ʻ effort | k. shinsuke
"Kalau dari deket, Kita-san makin terlihat ganteng."
Sederet kalimat tersebut membuat Kita Shinsuke menoleh. Dengan tetap berwajah datar, ia menatap bingung sosok gadis di sebelahnya. Kegiatan Shinsuke menjelaskan materi Fisika pada [Surname] [Name] jadi terinterupsi.
[Name] senyum-senyum. Bisa memandangi senior yang dia kagumi dari jarak sedekat ini membuat kupu-kupu di perutnya berterbangan.
"Kita-san gak berniat cari pacar gitu? Padahal Kita-san sangat populer, lho."
Kening di dahi Shinsuke menampakkan guratan halus. Dia heran sang adik kelas mendadak melontarkan kalimat-kalimat yang membuatnya tak habis pikir.
"Kayaknya segini dulu belajarnya ya, [Surname]. Kamu kelihatan sudah lelah dan gak fokus. Bicaramu sampai ngelantur," kata pemuda itu seraya membereskan peralatan tulisnya. Dia melirik jendela perpustakaan, matahari di balik awan sudah terlihat akan bersembunyi kembali ke peraduan.
Gadis tersebut mendesah kecewa. Tapi hari sudah makin sore, otaknya sudah tidak sanggup lagi meresapi materi bimbingan yang dilakukan bersama sang senior. Awalnya dia tercerahkan dan antusias, demi persiapan ujian. Tidak bertahan lama. Hampir satu jam setelahnya, [Name] sudah jenuh dan memilih beralih memperhatikan sosok Shinsuke lamat-lamat.
"Mau pulang bersama, [Surname]?" Shinsuke beranjak dari tempatnya duduk. [Name] mengangguk semangat.
Beberapa saat selanjutnya, mereka berdua sudah berjalan di koridor meninggalkan ruang perpustakaan.
"Kita-san kok tidak menjawab pertanyaanku tadi?"
"Yang mana?"
"Pacar."
"Kenapa kamu tanya begitu?" Shinsuke masih tak habis pikir. Ia lalu terpekur. Pandangan tidak teralihkan dari koridor di depannya. Shinsuke lantas menghela napas pelan.
Sebenernya [Name] mungkin sudah bisa memperkirakan jawaban sang senior. Kentara sekali kapten tim voli laki-laki seperti dia bukan tipe yang begitu. Namun tetap saja, [Name] ingin mendengar jawabannya langsung.
Motif gadis itu cuma iseng, sih. Tapi siapa tahu berhadiah. Di dunia ini masih ada yang namanya harapan, 'kan?
Soalnya aku minat jadi pacar Kita-san kalau mau, hihi, batin [Name]. Senyum tipis tergurat di bibir ketika membayangkan hal tersebut.
Sudah lama sekali semenjak gadis itu mengagumi sosok Shinsuke. Jauh sebelum mereka berdua saling kenal. Bahkan sebelum [Name] memutuskan untuk bergabung jadi manajer di klub bola voli pria SMA Inarizaki tahun ini, dia hanya bisa mengagumi dalam diam tanpa mengetahui banyak tentang Kita Shinsuke.
"Bagiku lebih banyak yang harus diprioritaskan daripada merajut kisah asmara di sekolah." Shinsuke berujar lugas. [Name] tertohok, padahal jawaban seperti itu sudah terkira di otaknya. Tetap saja kalau didengar langsung jadi kagum plus ada nyelekit-nyelekitnya gitu.
Shinsuke lanjut berujar dengan mengalihkan topik, tak mau membahas lebih jauh perihal hal tersebut. "Oh ya, lusa ingatkan si Kembar sama Suna. Biar gak kabur lagi kayak tadi."
Gadis itu dalam hati bersyukur, sebab ketiga temannya yang kabur tidak ikut bimbingan Fisika, jadi bisa memberinya momen berdua saja dengan Shinsuke. Bahkan pulang bareng! Asli, sepulang dari sekolah nanti, [Name] pasti histeris sendiri di kamar mengingat momen yang baru ia alami hari ini.
"[Surname]?"
Shinsuke menoleh, mendapati adik kelasnya itu melamun. Sang gadis mengejap.
"Eh iya, siap, senpai!"
〜
Kita Shinsuke tidak bisa berlama-lama mementori adik-adik kelasnya. Maka dia berpamitan pulang lebih dulu, ada urusan. [Name] diserahi Shinsuke memberitahu materi yang sempat diluputkan Miya Kembar dan Suna Rintarou dua hari lalu. Katanya biar bisa sekalian mereview.
Gadis itu kini sedang mencari buku referensi di rak perpustakaan. Sekembalinya ia ke meja, ketiga temannya itu sedikit gaduh.
"Ini ponselnya Kita-san ketinggalan. Masih kekejar kalau dikembalikan." Miya berambut kelabu yang sudah hendak berdiri ditahan oleh dua pemuda di sampingnya.
Atsumu merebut ponsel tersebut dari tangan sang kembaran.
"Bentar, Sam. Tumben sekali lho Kita-san kelupaan barang. Eh, gak di-password?" Dia auto menoleh ke arah temannya yang berambut hitam dengan poni di belah tengah.
Suna Rintarou yang penasaran pun mendekat. Kalau masalah beginian, Suna sangat gercep.
"Cek galeri atau chatnya, Tsum. Barangkali nemu cemcemannya Kapten."
"Historinya dulu lah. Kepo gak sih, apa Kita-san pernah browsing ahem ahem?"
"Oh iya, boljug."
Atsumu sudah mulai mengetuk icon browser di layar ponsel Shinsuke, tetapi sebelum itu [Name] sudah mengambil ponsel tersebut secara tiba-tiba dari belakang.
"Kalian ini jadi adik kelas kok kurang ajar sih. Hargain privasi orang, dong."
Cibiran [Name] disambut raut wajah tertekuk dari Atsumu. Dia lantas menggerutu, "Gak asik kamu, [Name]!"
"Bongkar privasi orang tanpa izin dimana asiknya?"
"Sewot banget, sih? Emang kamu pacar Kapten sampe sensi begitu?"
Atsumu serentak mendapat dua sikutan. Osamu yang sedari tadi memilih diam tidak ikut-ikutan, dibuat greget sama mulut saudaranya yang berbicara gak disaring dulu. Mendadak tangannya gatel ingin menampol.
Iya.
Kalimat itu sensitif kalau didengar sama orang yang mengerti keadaannya.
Bermakna kontradiktif antara angan dengan kenyataan.
Siapa pun di klub bola voli laki-laki SMA Inarizaki tahu, bahwa manajer baru mereka itu sudah lama menaruh hati pada sang Kapten. Meski gadis itu tak pernah bilang ke satu orang pun di sana. Gelagat dan pandangan mata tak pernah bisa membohongi fakta.
Begitu pun kebanyakan dari mereka tahu, probabilitas sang Kapten menyadari dan membalas perasaan [Name] bisa dibilang angkanya memprihatinkan.
Gadis yang terdiam tersebut tak mau ambil pusing, [Name] alih-alih malah bergumam'amin'.
Aminin saja dulu. Ucapan adalah doa.
"Mana mungkin Kita-san pacaran--apalagi sama aku. Kalo naksir orang dia itu tipe yang bakal langsung ngelamar," tukas [Name] menanggapi perkataan si Miya berambut pirang. Hitung-hitung perkataannya itu juga buat menghibur diri. "Lebih gentle, mulia, idaman. Gak kayak kamu."
Atsumu kicep. Matanya berkedip-kedip tak percaya kala mencerna kalimat [Name]. Serius nih dia dikatain begitu?
"[Name], mau kemana? Jangan ngambek sama marah plis, sorry deh!" seru Atsumu ketika tersadar dari lamunannya dan melihat [Name] sudah melesat menuju pintu.
Gadis itu berlari menyusuri koridor. Ponsel Shinsuke berada pada genggaman salah satu tangan. Dia berdoa dalam hati, semoga masih sempat terkejar untuk mengembalikan ponsel tersebut.
Benar saja, kakak kelasnya itu masih sampai depan gerbang sekolah. Dengan napas tak beraturan, [Name] menyerahkan ponsel kepada sang pemilik.
Shinsuke tersenyum tipis. [Name] menahan untuk tidak senyum lebar.
Diam-diam dia telah menambahkan nomornya pada kontak ponsel Shinsuke di tengah perjalanan menyusul sang senior.
Nggak, dia nggak melakukan hal lebih pada ponsel senpai-nya itu, kok. Setidaknya niat dia nggak aneh-aneh.
〜
Kapten Kita😻
Selamat malam
Ini nomor [Surname]?
Malam hari [Name] dibuat berjingkat di kasur gegara menerima notifikasi pesan masuk di layar ponselnya. Kita Shinsuke mengiriminya pesan! Bentar, gadis itu masih belum menyiapkan jantung.
Manajer Kawaii 👀
Selamat malam, Kita-san!
Iya benar, ini aku 😁
Hehe
Kapten Kita😻
Oh beneran, kirain siapa
Tiba-tiba ada kontak asing dengan nama manajer di ponselku
Manajer Kawaii👀
Maaf ya senpai
Aku keep nomer gak bilang-bilang dulu
Aku pingin kenal lebih dekat sama Kita-san
Maksudnya, biar lebih enak konsultasi masalah manajer dengan kapten di sini 😅
Kapten Kita😻
Iya, nggak apa [Surname]
Boleh aja silahkan
Malah aku jadi bisa bilang makasih di sini
Makasih ya, tadi sudah mengembalikan ponselku.
Benar-benar kelupaan aku tadi. Kamu menemukannya di mana?
Manajer Kawaii👀
Tadi yang nemuin Tsumu, Samu sama Suna sih, senpai
Bukan aku hehe. Kayaknya tadi ketinggalan di meja.
Kapten Kita😻
Oh, mereka ya..
Manajer Kawaii👀
Tenang, Kita-san! Hp senpai tadi masih aman, kok. Belum berhasil diapa-apain sama mereka.
Kapten Kita😻
Haha, mereka tuh kebiasaan ya
Kita-san ngetik ketawa! [Name] menggigit bibir bawah, kebayang gimana melihat Kaptennya itu beneran ketawa di dunia nyata. Dia belum pernah ngelihat, sih.
Duh, padahal cuma bertukar pesan ringan secara personal begini darahnya sudah dibuat berdesir tak karuan.
Kapten Kita😻
Besok sehabis latihan jangan pulang dulu
Aku traktir di kedai deket sekolah, itung-itung buat rasa terimakasih.
Manajer Kawaii👀
Kita-san gak perlu repot-repot!
Kapten Kita😻
Nggak apa, [Surname]. Sesekali biar pernah.
Sekalian katanya mau dekatin diri antar manajer sama kapten
Manajer Kawaii👀
Waduh, hahaha
Okedeh kalau gitu, kapten!
Rejeki traktiran sih gak baik juga kalau ditolak😆
Cuma berdua aja nih?
Kapten Kita😻
Iya
Boom. [Name] hampir refleks melempar ponselnya kala melihat balasan singkat tapi sangat berpengaruh tersebut. Yabai. Ditraktir berdua doang sama gebetan? Bisa dikategorikan date gak sih?
[Name] buru-buru menggelengkan kepala dengan keras. Gak. Dia harus berhenti berpikiran yang enggak-enggak. Lagian cuma sekedar traktiran untuk rasa terima kasih, gak lebih.
Kapten Kita😻
Tidur dulu ya, [Surname]
Kamu segera tidur juga jangan begadang, gak baik untuk kesehatan.
Selamat malam.
Manajer Kawaii👀
Kita-san sudah kayak ibuku saja, haha.
Selamat malam juga, senpai!😄
Di lain sisi keyakinan [Name] bertambah, probabilitasnya untuk semakin dekat dengan sosok gebetan tidak sama dengan nol. [Name] masih belum menyerah untuk mendapatkan hati Kita Shinsuke.
Setidaknya, dia tidak ingin perasaannya kandas dan hanya berakhir sekedar di emak-anak zone-in. Perlahan tapi pasti [Name] akan memastikan usahanya akan membuahkan hasil. []
〜
goodluck, [Name]! wkwk
btw aku kangen bgt sama anak inarizaki ;((
[12/06/2020]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top