Cara Membuat Tulisan yang "Hidup"
Bisa jadi tulisan kamu terasa datar untuk pembaca yang ini, tapi bikin baper bagi pembaca yang lain. Ya, pembaca punya selera masing-masing. Tapi, seenggaknya kamu harus berusaha dulu buat bikin tulisan yang "hidup".
- Bayangkan visualisasi adegannya seolah kamu lagi nonton drama. Kamu tahu pakaian apa yang digunakan tiap tokoh, ekspresi, gaya rambut mereka, posisi mereka berdiri, bahkan keadaan cuaca, jam terjadinya adegan, dan situasi sekitar pada saat itu. Ya, ini semua mungkin tidak lolos muncul di naskah, tapi seenggaknya kamu tahu keseluruhan detailnya dan kamu bisa mulai mendeskripsikan adegan dari situ. Jangan menjadi pemalas. Kalau kamu menganggap sebuah adegan tidak layak untuk dipikirkan sebegitunya, gimana kamu mau mengharap pembaca berpikiran sebaliknya? Seperti tiap detik dalam hidup yang berharga, tiap adegan dalam naskah kamu juga sama berharganya. Punya favorit boleh, tapi sampai mengerdilkan yang lain jangan.
- Pastikan nuansa yang kamu inginkan, tone keseluruhan dalam cerita. Sendu? Ceria? Muram? Moody? Palet warna mungkin juga membantu. Sepia untuk sendu, kuning untuk ceria, abu-abu untuk muram. Bahkan, punya playlist berbeda untuk tiap cerita yang kamu buat juga menolong menciptakan suasana yang tepat.
- Usahakan kamu punya diksi yang beragam. Jangan sering-sering mengulang kata yang sama dalam satu paragraf, apalagi satu kalimat. Alih-alih "memeluk" dan "melepas dari pelukan", kenapa enggak pakai "memeluk" dan "mengurai dari dekapan"? Alih-alih "menyentuh pipi", kenapa enggak nyoba "menangkup kedua pipi" atau "memegangi sisi wajah dengan kedua tangan"? Penggunaan koma, titik, dan titik-titik juga bisa berpengaruh dari sisi dialog.
Contoh:
"Aku memikirkanmu setiap hari. Dan, sekarang aku merasa lelah. Aku ingin berhenti."
vs
"Aku memikirkanmu. Setiap hari. Dan ..., sekarang aku merasa ... lelah. Aku ingin berhenti."
Penggunaan titik setelah "memikirkanmu" dimaksudkan untuk memberi penekanan dan penegasan. Penggunaan titik-titik setelah "merasa", tanpa narasi apa pun, sudah menunjukkan bahwa si tokoh kesulitan mencari kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya atau merasa enggan untuk mengakui perasaannya. Beragam ekspresi bisa disampaikan lewat tanda baca.
Contoh (membuat adegan singkat dari foto ini):
Awalnya, lelaki itu hanya mendekat. Hanya memandang. Kedua tangannya terbenam dalam saku mantel. Namun, tatapannya seolah melakukan apa yang tidak dilakukan kedua tangan itu. Menyentuh tanpa ada kulit yang beradu, mengamati tanpa ada jemari yang meraba. Ju-Kyeong berhasil memaksa kakinya untuk tetap bertahan, tidak mundur seperti pengecut. Dia juga tidak mengalihkan pandang, tetap memakukannya ke wajah itu, yang terakhir kali dia lihat setahun lalu.
Kemudian, Su-Ho mengambil satu langkah maju. Tangannya terangkat, terulur untuk mengusap pipi Ju-Kyeong, dan saat itulah gadis itu tersadar. Kulit yang sedikit lebih hangat dari cuaca Namsan Tower malam itu mengelus sisi wajahnya yang memerah dan membeku dan itu membuatnya tersentak dari keterpanaan. Mengingatkannya akan momen ketika lelaki itu memutuskannya secara sepihak dengan kejam dan, bahkan setelah itu pun, dia masih saja mengharapkan sesuatu terjadi. Bahwa mungkin lelaki itu akan berubah pikiran, bahwa mungkin lelaki itu juga tersiksa karena merindukannya. Karena itulah dia jauh-jauh datang ke sini saat salju pertama turun, bukan?
Untuk meminta agar mereka kembali dipertemukan.
Kini, dia menyesalinya.
PS:
Coba share salah satu adegan pendek yang kalian favoritkan dari naskah kalian! Nanti aku komentari.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top