◖ 2 ◗
"Bohong ah," Baiheng mengibaskan tangannya dengan santai, "yang benar saja aku diselamatkan sama naga".
"Beneran kok! Jing Yuan dan Jingliu juga lihat kan?!" Yingxing menoleh ke arah dua temannya itu, meminta sebuah pembelaan.
"Yah... waktu itu malam kan? Bisa saja cuma berhalusinasi kan?" Jing Yuan tersenyum sembari menjawab ucapan Yingxing.
"Kalau begitu, siapa yang menaruh Baiheng di geladak? Ombak yang tiba-tiba naik gitu? Aku belum sempat menyelam lho!" Yingxing berseru kesal. Jelas-jelas di malam hari itu seekor naga membawa Baiheng naik ke geladak kapal sebelum kembali ke dalam laut! Mereka bertiga menyaksikannya, tapi kenapa malah mereka tidak percaya?
"Sudahlah Yingxing, yang menyelamatkanku tidak penting oke? Yang penting aku sudah ada disini sekarang," Baiheng tersenyum, mencoba menenangkan Yingxing yang masih merasa kesal.
Sejujurnya, Baiheng sendiri juga ingat bahwa ia sempat melihat ada seekor naga yang menghampirinya saat Ia tenggelam, tapi Ia sangat yakin bahwa yang Ia lihat hanyalah ilusi semata yang terbuat karena dirinya sudah hampir pingsan. Lagipula, naga itu tidak nyata kan?
***
"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu!" Baiheng melambaikan tangannya ke arah ketiga temannya itu.
"Hati-hati di jalan Baiheng, untuk sementara waktu ini, tolong jangan gunakan starkiff terlebih dulu ya," Jingliu berucap sambil membalas lambaian tangan Baiheng.
"G-geh, baik, aku mengerti," Wanita berambut lilac itu menggaruk pipinya yang tidak gatal sebelum melanjutkan langkahnya.
Langit sore berwarna jingga menghiasi perjalanan pulang Baiheng. Jalanan terlihat lebih ramai daripada biasanya, seolah-olah sebuah festival tengah diadakan di tengah kota.
Lampu-lampu jalan pun sudah mulai dinyalakan, sudut-sudut kota yang tadinya terasa dingin, mulai terasa hangat sejak lampu mulai dinyalakan. Di saat yang bersamaan, ada sebuah tatapan dingin yang menusuk punggung Baiheng. Ia sudah berusaha mencari darimana asal pandangan itu tapi tidak kunjung menemukannya.
Di saat Ia mulai menyerah, sejenak, Ia melihat sekelebat sosok berambut hitam panjang yang bersembunyi di sudut kota. Tanpa pikir panjang, Ia mempercepat langkahnya untuk menghampiri sosok tersebut; yang tidak Ia duga adalah, bahwa sosok itu mulai berlari, seolah-olah kegiatannya tidak ingin diketahui oleh Baiheng.
"Hei, kamu! Tunggu–" tangan Baiheng akhirnya berhasil menggapai pundak sosok yang Ia kejar. Ia menghela nafas panjang sebelum menghembuskannya,
"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu memandangiku dari tadi?"
Sosok itu terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu. Tangannya menggapai tangan milik Baiheng dan kemudian ia pun berbalik, menunjukkan wujudnya sebagai pria rupawan dengan rambut hitam panjang dan mata hijau yang sedikit berpendar.
"Maaf," pria itu berucap.
"Alasannya?" Baiheng menatap ke arah mata pria itu.
"Aku pikir kamu menarik, jadi secara tidak sadar aku memandangimu...," pria berambut hitam itu menutup matanya, seolah menghindar dari pandangan Baiheng.
"Hanya itu saja?" Baiheng mengerutkan alisnya.
"Hanya itu saja," pria itu mengangguk.
"Kamu orang yang cukup aneh ya, siapa namamu?" pria itu membuka kedua matanya dan menatap Baiheng dengan lembut, "Dan Feng, namaku Dan Feng".
"Dan Feng ya? Rasanya aku tidak pernah mendengar nama itu di sekitar sini," Baiheng menarik kembali tangannya yang sedang dipegang oleh Dan Feng kemudian memegang dagunya.
"Yah, terserah lah, perkenalkan namaku Baiheng! Tuan Dan Feng kalau penasaran denganku tolong langsung hampiri saja ya, jangan mengikutiku secara diam-diam seperti tadi lagi!" Dan Feng hanya mengangguk singkat sembari memperhatikan Baiheng.
"Kalau begitu, aku boleh berbicara denganmu kapan saja?"
"Boleh sih, tapi jangan sekarang dulu deh, sudah mau malam. Ah, tapi kalau besok tidak masalah! Kebetulan aku juga ada janji dengan temanku yang lainnya juga! Tunggu saja sekitar jam 8 pagi di area taman, oke?" Belum sempat Dan Feng menjawab, wanita bermata biru itu sudah berlari menjauh darinya duluan.
"Kalau begitu aku pulang dulu! Ingat jam 8 pagi ya!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top