Bab 8
Asap yang keluar dari gudang dekat taman menarik perhatian Rakai saat ia sedang berjalan di sekitar sana yang kebetulan sedang mencari Raika. Ia mendatangi gudang tersebut dan mencoba membukanya. Rasa khawatir menyusup di dalam dadanya saat pintu itu terkunci. Gudang ini memang jarang dibuka, tetapi perasaan aneh dalam dirinya membuatnya mendobrak pintu tersebut.
Kepulan asap tebal dan api yang menyambut kala pintu terbuka membuatnya terbatuk dan berusaha menyingkirkan asap. Di tengah-tengah ruangan ada sesosok gadis tak asing yang mengeluarkan air entah dari mana.
Kai menajamkan penglihatannya dan tersadar jika gadis itu adalah Raika yang kini terlihat lemah. Sambil berteriak memanggil Raika, Kai berlari menghampiri Raika. Tak dipedulikannya celananya yang basah karena genangan air di sekitar Raika. Gadis itu hanya tersenyum lemah kala menyadari ada orang yang mendatanginya. Tanpa pikir panjang, Kai membawa Raika ke rumah sakit.
*
Kai masih setia menunggu Raika di sebelah ranjang rumah sakit. Ia duduk tenang di sebelahnya sambil memikirkan suatu hal yang ganjil yang ia lihat tadi saat berada di gudang hingga tak menyadari kehadiran Selena yang sudah berdiri tepat di sebelahnya.
"Bagaimana keadaan Raika, Kai?" tanya Selena penuh kekhawatiran sembari menatap sahabatnya yang masih terbaring lemah. Hingga malam menjelang Raika masih belum sadarkan diri.
Kai menggeleng pelan dengan wajah datar. Jika Selena tidak mengenal Kai, ia pasti sudah mengira jika lelaki ini tak peduli dengan keadaan sahabat dekatnya.
Ranjang tempat Raika dirawat sedikit bergoyang karena gadis itu bergerak-gerak gelisah dengan mata masih terpejam. Keringat dingin mengucur di dahinya. Kai mendekat menggenggam tangan dan menyentuh dahi Raika lembut berusaha menyalurkan ketenangan. Selena ikut mendekat dan memanggil dokter melalui tombol darurat yang ada di sebelah ranjang mengira sahabatnya sudah sadar.
Dokter datang dan mereka berdua memberikan tempat bagi dokter untuk memeriksa. Hasil pemeriksaan mengatakan jika keadaan Raika sudah membaik dan sebentar lagi akan sadar. Pergerakan tadi menandakan jika gadis itu sedang dalam mimpi buruk. Mereka berdua hanya bisa menghela kecewa.
"Raika sering mendapatkan mimpi buruk akhir-akhir ini." Selena mulai berbicara sambil menatap Raika yang sudah kembali tidur dengan tenang. Kai mendongak, mengangkat sebelah alisnya mempertanyakan maksud dari Selena.
"Mimpi buruk tadi... Itu pasti mimpi yang sering ia alami sama seperti sebelumnya." Selena kembali bercerita saat ia tahu jika Rakai sama sekali tidak mengetahui hal ini. Kemudian ia bercerita tentang apa saja terjadi dalam mimpi Raika. Mulai dari bertemu leluhur, masa lalu, hingga tentang kekuatan. Otak Rakai langsung mencerna cerita Selena tentang mimpi Raika dengan kejadian di gudang tadi. Mungkinkah Raika bukan manusia biasa?
Atau jangan jangan Raika merupakan seseorang dari masa lalu yang saat ini sedang bereinkarnasi menjadi manusia masa kini? Ia harus mencari tahu tentang ini lebih dalam.
*
Raika tidak heran melihat Kai yang selalu membuntutinya kemanapun ia pergi, kecuali toilet. Untuk tempat pribadi satu ini, Rakai hanya menunggunya di depan pintu bahkan saat ia izin di tengah-tengah pelajaran. Saat ia keluar, lelaki itu sudah berdiri menunggunya di depan toilet layaknya bodyguard. Hal ini terjadi saat ia pulih dari kejadian di gudang.
Ia merasa Kai lebih protektif dari biasanya. Ia bahkan berusaha menjaga jarak antara dirinya dengan Mahesa yang masih gencar mengganggu Raika. Raika sendiri mulai menjaga jarak dengan Mahesa saat ia melihat mimpi aneh tentang Mahesa waktu itu. Ia merasakan perasaan aneh yang tak bisa dijelaskan dengan mudah.
Seperti saat ini, Mahesa kembali mengganggu Raika yang sedang makan di kantin dengan Selena dan Rakai. Raika sudah berusaha mengelak atau menjauh tapi lelaki itu seperti tak peduli membuat Raika merasa tidak nyaman. Kai yang melihat ketidaknyamanan di mata Raika mengambil tindakan. Ia memindahkan mangkuk pesanannya di depan Mahesa yang duduk tepat di depan Raika sembari menatap tajam Mahesa.
"Jangan mengganggunya lagi!" katanya dingin yang dibalas dengan Mahesa seiringaian sinis.
"Memangnya kamu siapa? Anjing penjaga Raika yang selalu mengikutinya kemanapun? "Kai terlihat tidak terpengaruh dengan ucapan Mahesa. Ia hanya memilih bangkit dan menarik Raika keluar dari kantin.Setelah merasa mereka sudah jauh dari kantin, Kai menatap Raika dan memberinya peringatan.
"Mulai saat ini kamu harus berhati-hati dengan anak baru itu."
Raika menatapnya dengan kerutan dahi. Ia memang merasa aneh dengan sikap Mahesa, tapi ia merasa lebih aneh lagi dengan sikap protektif Kai.
"Memangnya kenapa?"
Bukan tanpa alasan Kai melarang Raika dekat dengan Mahesa. Semenjak lelaki itu hadir, selalu ada kejadian aneh yang dialami Raika hingga hampir menghilangkan nyawa gadis itu. Namun, ia tak mungkin menjelaskan alasan yang tak berdasarnya pada Raika.
"Dengarkan saja perkataanku. Apapun yang terjadi, baik itu tentang mimpi, Mahesa, atau hal aneh lainnya, kamu harus mengatakan semuanya padaku. Mengerti? "
Dan Raika langsung membulatkan matanya lebar saat ia menyadari jika Kai mengetahui tentang mimpi anehnya. (Liliefors)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top