Bab 4
Waktu seakanmelambat ketika laki-laki bernama Mahesa itu memperkenalkan dirinya pada Raika. Mahesa itu tinggi, bahkan lebih tinggi daripada Kai. Raika seolah membeku di tempat, apalagi saat dirinya menangkap senyum manis nan ramah yang disunggingkan cowok asing itu.
"Boleh tahu namamu?"
Mahesa tersenyum lagi membuat kepala Raika berdenyut. Ini bukan serangan senyum menawan Mahesa. Tapi tiba-tiba kepala Raika terasa seperti terhantam benda keras. Raika yang oleng memegang keningnya langsung sigap Kai papah. Wajah Mahesa juga terlihat panik.
"Kau baik-baik saja?" tanya Mahesa.
Raika tak menjawab dan Kai langsung menarik Raika dari hadapan Mahesa menuju UKS. Raika tak sadar akan lingkungan sekitar dan ia terus-terusan memegang kepala yang terasa berdenyut. Bagai scene film terus berputar dan bermain-main di kepala Raika. Bayangan ia berpakaian bak putri Raja, sebuah kerajaan, perang dan seorang pangeran yang tak dapat ia lihat wajahnya.
Bel berbunyi semua anak berlari ke kelas mereka masing-masing. Sebetulnya Kai sudah memaksa Raika untuk beristirahat di UKS, namun kepala batu milik Raika tak dapat Kai lawan, dengan wajah masih pucat Raika duduk anteng di samping Selena.
"Kau yakin gak mau di UKS aja?" tanya Selena tampak khawatir.
Raika mengangguk, meyakinkan bahwa dia baik-baik saja. Pelajaran pertama adalah Biologi, mana bisa seorang Raika Puranata membolos di jam pelajaran yang sangat ia minati.
Pak Darsono guru biologi datang dengan kumis yang selalu bertengger di bawah hidungnya dan di belakang pak Darsono seorang anak laki-laki mengikuti, yang tak lain adalah Mahesa.
Mata Raika dan Mahesa bertemu, tatapan yang tak asing bagi Raika namun tak tahu dimana ia pernah bertemu dengan tatapan itu.
"Akh," lirih Raika memegang kepalanya lagi.
"Kenapa?" Selena berbisik khawatir.
"Enggak apa-apa, kok." Raika duduk tegap lagi.
Pak Darsono memperkenalkan Mahesa sebagai anak baru di kelas mereka.
"Aku Mahesa Tanujaya."
Seisi kelas bergemuruh dan bertepuk tangan menyambut kehadiran Mahesa, kecuali Raika yang hanya diam dan Kai yang entah bagaimana ia sangat tak menyukai anak baru ini.
Mahesa sempat tersenyum lagi ke Raika saat ia menuju bangkunya yang ada di belakang. Bagai mendapat durian runtuh jaman pelajaran kedua kosong yang membuat beberapa siswi mendekati Mahesa, namun Mahesa malah mendekat pada Raika.
"Tadi kepalamu kenapa ? Kau sudah baik?"
Semua mata terkaget termasuk Raika sendiri. Kai yang sudah ada di situ berdecak geli.
"Eng-enggak apa-apa kok." Raika menjawab hati-hati.
"Namaku Mahesa." Mahesa mengulurkan tangan.
"Sudah tahu!" Kai menyela ketus. Raut wajahnya ditekuk, seakan kesal memenuhi kepalanya.
Raika menoleh pada Kai.Ragu-ragu, ia menjabattangan Mahesa. "Aku Raika. RahaikaAyu Puranata."(Nai)
Seketika Kai melongo, sedikit kesal sebab diabaikan. Namun, itu hanya beberapa detik saja karena ia langsung mengubah ekspresinya menjadi datar. Ia tak menyangka Raika akan menyambut uluran perkenalan dari Mahesa. Matanya menatap tak suka pada dua tangan yang saling menjabat di depannya. Ia pun melangkah mendekati meja milik Raika.
"Ekhem...." Kai berdeham sedikit keras. Dan hal itu berhasil menarik perhatian Raika. Sambil menarik kembali tangannya dari genggaman kuat Mahesa ia menoleh ke arah Kai.
"Ke UKS, yuk!" ajak Kai, sekilas ia melirik Mahesa di sebelahnya dengan.
"Mahesa! Di panggil pak kepala sekolah di kantor," instruksi seorang cowok dari arah pintu. Mahesa berbalik sejenak menatap ke sumber suara lalu kembali ke arah Raika. Dengan senyuman yang menambat sampai mata ia berucap, "Aku ke kantor dulu ya! Nanti kita lanjut ngobrolnya." Sebelum berbalik ia menatap bergantian ke arah Selena dan Kai.
Kai mendengus ketus, kembali ia menatap ke arai Raika. "Ayo!" ajaknya. Sedangkan Raika masih betah menatapi kepergian Mahesa. Ke ganjalan itu kembali muncul. Apa kami pernah bertemu sebelumnya? Tapi kapan? batinnya bertanya.
"Raika! Kamu kenapa?" tanya Kai. Seketika Raika mengerjapkan matanya.
"Kamu benar-benar harus ke UKS, Rai!" titah Selena yang langsung mendapat anggukan dari Kai.
"Enggak usah, aku baik-baik aja kok." Senyuman manis segera Raika pajang di wajah untuk meyakinkan. (Nasyha)
Sudah beberapa kali Kai dan Selena membujuk Raika untuk ke UKS namun gadis itu tetap pada pendiriannya untuk tidak ke UKS. "Serius nih gak mau?" Selena memastikan.
"Sekali lagi aku mendengar kau meringis, aku tidak akan segan-segan untuk membopongmu ke sana." Kai berucap, refleks membuat Raika membulatkan mata terkejut. Karena ia tidak mau menjadi pusat perhatian murid-murid yang melewatinya.
Sepuluh menit berlalu. Keadaan yang awalnya riuh-ricuh karena masih jam kosong, sunyi seketika. Raika yang awalnya membaca buku, refleks menatap sekitar yang tiba-tiba berubah suasana. Ia pikir ada guru yang akan datang. Dilihatnya, ternyata murid baru yang beberapa menit lalu dipanggil kepala sekolah.
Awalnya keadaan itu berlangsung biasa saja. Namun saat Mahesa menatap Raika sambil berjalan ke arah bangkunya, Raika meringis merasakan pusing yang luar biasa di kepalanya, lagi.
"Sungguh, kau harus ke UKS." Kai berucap setelah mendengar Raika meringis kesakitan. Tanpa basa basi, ia membopong Raika di punggungnya, lalu bergegas ke UKS. Tanpa diketahui oleh keduanya, seorang lelaki menatap keduanya—sedang keluar kelas—menyeringai penuh kebanggaan. (Ridha)
Sudah sekitar sepuluh menit Raika berbaring di ruang UKS, dan Kai menghabiskan tujuh menit untuk berjalan mondar-mandir dengan gusar. Dia sangat Khawatir dengan kesehatan Raika yang tiba-tiba berubah.
Kai duduk di atas kursi dekat kasur tempat Raika berbaring membelakanginya. Mendadak, Kai tersadar dari pikiran kalutnya ketika melihat sebuah siluet dari jendela. Namun saat i ingin meyakinkan penglihatannya, suara kesakitan Raika mengalihkan perhatiannya.
" Apa aku harus membawamu ke UGD?" tanya Kai.
" kamu sangat pucat sekarang."
Tak lama berselang, Kai mendengar suara pintu dibuka dan terlihat Ibu Daisy, petugas kesehatan masuk dengan tergesa-gesa.
" Apa keluhannya?"
Raika tidak membelakanginya lagi, gadis itu menoleh ketika mendengar suara lain." Aku tiba-tiba merasa mual, dan kepalaku, seperti ada orang yang sengaja menjatuhkan batu, rasanya sakit sekali, kepalaku serasa berputar," keluhnya.
Kai akhirnya bisa bernafas lega, terakhir kali ketika Raika sakit adalah empat tahun lalu, vertigo karena kebanyakan begadang, dan mungkin penyakit itu kambuh lagi sekarang. Ibu Daisy tidak berbicara banyak, dia hanya memberi satu obat dan langsung pergi setelah menyuruh Raika istirahat.
"Kai ...."
" Seharusnya kamu tidur, jangan meracau."
" Aku merasa ada yang aneh," keluh Raika lagi. " Kamu tahu, Mahesa?"
Hening sebentar, sebelum Kai akhirnya terbangun dari lamunannya. " Anak baru itu, apa kamu suka dia?" (Ayu)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top