Bab 1
"Raika, bangun Nak!" Suara itulah yang mengembalikan kesadarannya yang pernah raib entah kemana. Peluh bercucuran di pelipis mulusnya, tak bisa dipungkiri rasa gelisah dan bingung itu masih melingkupi.
Teringat kembali akan mimpi yang sempat singgah sebelumnya. Mimpi yang sangat asing namun juga terasa familiar dalam ingatan. Serasa deja vu, mungkin itulah ungkapan yang tepat untuk apa yang dialaminya kini.
Beberapa menit berlalu dengan pikiran yang menerawang jauh menelusuri mimpinya tadi. Kesadarannya masih belum terkumpul seutuhnya. Sekarang raganya nampak tak bernyawa. Pandangan kosong dengan tubuh kaku, syukur-syukur udara masih keluar masuk dari sepasang lubang hidungnya.
Setelah nyawa terkumpul dan puas termenung, akhirnya gadis yang disapa Raika tadi mulai melangkahkan kaki mungilnya memasuki kamar mandi demi membersihkan diri sembari menenangkan pikiran yang sempat rancu. Tak menunggu lama, Raika sudah terpantul dalam sebuah cermin yang merefleksikan dirinya yang fresh dengan balutan seragam sekolah.
Waktunya berangkat! batinnya dengan semangat membara layaknya mentari pagi yang siap menyambut hari. Begitupun dengan cuaca pagi ini yang nampak sangat cerah dengan sang surya yang sangat percaya diri menunjukkan sinarnya keseluruh penjuru semesta. Berharap pagi ini penuh dengan kebahagiaan yang menyelimuti dan tak lupa keberuntungan yang menyertai. (salma)
Begitu Raika keluar dari rumahnya, secara tiba-tiba Kai muncul dari balik pagar. Raika kontan tersentak kaget. Ia mundur beberapa langkah dan nyaris saja menabrak pintu pagar rumahnya. Ketika ia melihat Kai memasang wajah datar seolah tak merasa apa-apa, Raika otomatis memasang wajah galak.
"Kamu bikin kaget saja, sih!" omel Raika. Gadis itu mengetuk kepala Kai yang tertutup topi dengan gemas. "Aku kira kamu hantu tadi. Untung saja aku enggak langsung teriak."
Kai hanya mengendikkan bahu. "Ayo berangkat. Sebentar lagi pagar ditutup."
Kai berjalan duluan sembari menarik topinya semakin dalam. Raika mendengkus. Dasar Rakai si cowok serius sok misterius. Untung saja Raika sudah berteman lama dengan Kai. Jadi dia sudah paham seluk beluk sifat cowok itu. Dengan wajah cemberut, Raika menyusul Kai. Langkah kakinya yang tidak sebanding dengan langkah kaki Kai membuatnya harus menambah kecepatan saat ia tahu Kai sengaja berjalan dengan langkah jauh-jauh dan dicepat-cepatkan.
"Menyebalkan banget. Sampai di sekolah, aku akan diamkan dia. Biar tahu rasa!" Raika menggerutu. Dia mengeratkan pegangannya pada tali ransel, kemudian berlari secepat-cepatnya mendahului Kai. Jarak sekolah tidak jauh dari kompleks tempat ia dan Kai tinggal. Hanya sekitar 300 meter. Sekalian olahraga juga deh, pikir Raika dalam hati.
Akhirnya, Raika sampai di depan sekolah dengan napas terengah-engah. Ia bertumpu pada lututnya, menahan beban sekaligus memasok udara kembali ke paru-paru. Satpam di dekat pagar memandanginya heran. Namun, Raika tak peduli. Ia menoleh ke belakang. Kai dengan santainya berjalan melewatinya kemudian masuk ke area sekolah.
"Rakai Tanaka!!" (Riona)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top