Part 36 - Pergi!
Suasana kelas yang sebenarnya ramai justru dirasa hampa. Ketidakhadiran seorang sahabat lama mungkin menjadi penyebabnya. Ya, kini Syifa hanya memandangi pintu kelas. Tangannya bertumpu menopang kepala, berharap seseorang yang ditunggu lekas datang seperti biasa.
"Jangan melamun, nanti kesambet!" Eva mengambil tangan Syifa yang dijadikan tumpuan kepala oleh sahabatnya itu.
Syifa merasa pertahanannya rapuh dan bahkan kepalanya kini jatuh
bersandar di atas meja walau masih dalam posisi duduk. "Apaan sih...."
"Loe kenapa? Belum makan?" tanya Eva saat mendengar suara sahabatnya itu sama sekali tidak bersemangat.
"Udah." Syifa menjawab dengan pelan.
"Terus kenapa loe lesu begitu?" Bukannya menjawab Syifa malah mengembuskan kasar napasnya.
Eva yang melihat gerik Syifa sudah tau pasti penyebab tingkah sahabatnya tersebut. "Mulai deh, galau... galau. Disuruh baikan malah gengsi."
Eva pun membiarkan teman sebangkunya dan berharap tidak terjadi hal gawat terhadap Marco dan Syifa.
****
Di perjalanan pulang, Syifa tetap memilih diam. Eva yang melajukan kemudi motor pun tidak menuntut agar sahabatnya mau bercerita atau bercanda seperti biasa.
Dalam lima belas menit keduanya tiba di kediaman Syifa. Gadis berambut panjang itu turun dan akhirnya mau membuka bersuara.
"Hati-hati ya, Va. Makasih."
"Oke, gue pulang." Eva melajukan motor dan meninggalkan Syifa yang masih kini berdiri di ambang pagar.
Setelah memastikan Eva benar-benar menghilang dari pandangan Syifa segera beranjak masuk ke dalam rumah. Bukan membereskan tas, buku dan seragam, Syifa langsung menuju dapur. Semua atribut sekolah ia letakkan sembarang di lantai membuat rumah jadi tampak berantakan.
Syifa membuka kulkas dan memastikan bahan-bahan apa saja yang bisa ia masak kali ini. Tidak sampai satu menit semua bahan yang ingin dimasak telah tersotir di atas meja.
Gadis itu membersihkan bahan, memotong, menggiling bumbu dan menyiapkan peralatan masak di dekat kompor.
"Seenggaknya sayuran ini bisa jadi obat, kalau pun dia beneran sakit."
Syifa memulai aktivitas memasaknya. Sayur lodeh yang lebih didominasi brokolu hijau ia pilih menjadi menu yang akan ia berikan kepada seseorang yang sedang sakit.
Tak butuh waktu lama hidangan yang dimasak telah matang. Syifa segera memindahkan masakannya ke dalam mangkuk dan memberi sedikit hiasan di atasnya berupa senyum yang ia buat dari tomat segar.
Syifa lekas meninggalkan rumahnya dan menuju rumah tetangganya. Langkahnya semakin mantap tanpa sedikit pun keraguan.
Entah apa yang dipikirkan Syifa kali ini. Tapi ia benar-benar ingin memberikan hadiah ini kepada orang tersebut.
****
Ting Tong
"Marcoo, coba liat siapa yang datang?" Dari dapur Thalia meneriaki anaknya untuk melihat tamu yang datang
Ting Tong
"Marcoo. Kamu lagi ngapain sih? Kok pintunya belum dibuka?" Lagi Thalia meneriaki anaknya yang masih bermalas-malasan di tempat tidur.
Ting Tong
Thalia tidak dapat lagi mengandalkan Marco. Ia pun bergegas sendiri menuju ruang depan dan lekas membuka pintu.
"Lho Syifa ya. Masuk dulu, Syifa." Syifa segera masuk ketika Thalia mempersilakannya.
"Sendirian aja?" tanya Thalia yang kini duduk bersebelahan dengan Syifa.
"Iya, Mi. Syifa dadakan ke sini, jadi nggak sempet ajak yang lain untuk besuk Marco."
Thalia tersenyum, senang karena sahabat anaknya itu masih menyimpan rasa peduli yang teramat besar, meski keduanya masih saling diam.
"Tunggu bentar ya, Syifa. Mami masuk dulu panggilin Marco."
Baru saja memindahkan posisi berdiri dan hendak melangkah, gadis remaja di depannya malah menghalangi.
"Nggak usah, Mi." Thalia yang tadi berdiri kembali duduk menghadap Syifa.
"Syifa ke sini cuma mau kasih ini sama Mami." Syifa menunjuk mangkuk berukuran sedang yang tadi ia letakkan di atas meja. "Nanti bilangin aja ke Marco, semoga cepet sembuh ya, Mi."
Thalia menyodorkan kembali mangkuk yang diberikan Syifa kepadanya. Ia ingin anaknya sendiri yang mengambil.
"Tunggu bentar pokoknya. Mami panggilin Marco." Thalia langsung saja meninggalkan Syifa menuju kamar anaknya.
Setelah berhasil membujuk Marco, Thalia akhirnya membawa anaknya itu untuk berhadapan langsung dengan Syifa. Dalam benaknya ia hanya ingin kedua remaja itu kembali seperti dulu, saling bercengkerama, bahagia satu sama lain.
"Kenapa?" Dengan juteknya Marco bertanya sekaligus membuka perbincangan mereka.
Tampaknya Syifa sedikit salah tingkah. Sesekali ia menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga.
"Hmm... gue cuma mau kasih ini." Syifa menyodorkan kembali mangkuk berisi sayur lodeh itu, namun kali ini ia memberikannya kepada Marco.
Thalia yang berada di sisi kanan Marco lekas menggerakkan siku kirinya ke tangan kanan anaknya. Marco paham maksud sang Mami. Ia pun menerima hadiah itu.
"Makasih." Singkat dan padat ungkapan Marco.
"Makasih banyak ya, Syifa. Kamu udah repot-repot kasih ini sama Marco. Dia pasti seneng." Thalia mengerling memberi tanda kepada Marco.
Tau maksud yang disampaikan Thalia, Marco pun memberi senyum paksa di bibirnya.
"Buka dong, Marco. Diliat dulu apa yang dikasih Syifa ke kamu." Tak ingin memperlama waktu, Marco pun membuka mangkuk tersebut tanpa ragu.
Syifa yang berdiri berhadapan dengan Marco tak dapat menyembunyikan rasa senangnya. Ia berharap Marco benar-benar menyukai masakan spesialnya tersebut.
Thalia yang sudah tau isi dibalik mangkuk tersebut menaruh harapan dan rasa cemas. Harapan agar Syifa dapat mengetahui jika Marco phobia sayuran, juga cemas anaknya akan histeris karena phobia.
Semoga cara ini berhasil. Maafin Mami ya Marco, Syifa.
Perlahan Marco membuka tutup mangkok dan mencium aroma sedap dari dalam sana. Namun saat tutup terbuka sempurna, ia malah melempar mangkuk plastik itu hingga mengenai tubuh Syifa.
"Arrrrgggg. Pergi loe! Pergi dari hidup gue! Gue gak mau liat loe!"
Mendapat perlakuan seperti tadi Syifa merasa bersedih. Harapannya terlalu jauh saat ini. Jangankan memakan, Marco justru membuang dan bahkan menyuruhnya pergi.
Tak dapat lagi rasanya Syifa menahan perlakuan Marco. Ia pun langsung berlari pulang tanpa berpamitan kepada Thalia dan orang yang telah mematahkan hatinya, lagi.
****
Jangan lupa vote, komentar, kritik dan sarannya ya. Aku tunggu, Sahabat.
Selamat membaca 😊
Elinaqueera
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top