Part 26 - Lebih Baik
"Syukur Alhamdulillah kamu gak kenapa-kenapa ya, Sayang. Mama khawatir banget waktu dikasih kabar kamu masuk rumah sakit." Lidia mengusap perlahan rambut hitam panjang milik Syifa. Ia sedikit lega karena anak gadisnya itu kini diperbolehkan pulang.
Di atas tempat tidurnya Syifa masih terbaring, tetapi keadaannya kini lebih baik dari sebelumnya. Ia sudah dapat tertawa saat Lidia mengoloknya perihal keberadaan Marco yang menemani di rumah sakit. Tapi tetap saja, Syifa terus tak menggubris saat Lidia masih menggodanya sebelum ia meninggalkan rumah sakit.
Dua jam berada di rumah sakit membuat seluruh tubuh Syifa keram karena selama itu ia hanya tertidur di kasur. Dan saat pulang ini pun ia masih harus tiduran di tempat tidurnya.
"Ma, Syifa pengen ke luar. Mau hirup udara seger," pinta Syifa kepada Lidia yang duduk di bibir tempat tidur.
Tau jika anaknya itu merasa bosan, Lidia pun memberi ijin. "Mama anterin ya ke depan," sahutnya.
Dengan berhati-hati Lidia memopong tubuh mungil Syifa. Diarahkannya gadis itu menuju halaman depan rumah yang ditumbuhi rumput hijau.
Ayunan yang terletak di sudut pagar menjadi sorotan Lidia, ia pun memopong Syifa untuk duduk di sana. "Duduk sini aja ya, Sayang. Kamu kan masih capek," titah Lidia.
"Apaan Ma, Syifa gak kecapean kok."
"Udah tau mau pergi pagi, tapi kamu malah lupa sarapan," ujar Lidia membuat Syifa menunduk karena tau jika ia memang melakukan kesalahan. "Kamu kan yang bikin sarapan, kok malah kamunya yang gak makan."
"Iya, Ma. Syifa ga bakal ulang lagi," ucap Syifa penuh penyesalan.
"Ya udah Mama masuk dulu, mau masak. Nanti mama harus ke kantor lagi, masih ada berita yang belum di-report."
Lidia pun masuk ke rumah untuk menyelesaikan tugasnya sebagai ibu rumah tangga sebelum akhirnya kembali ke kantor. Berhubung Syifa masih belum fit ia pun berinisiatif menyiapkan makan siang untuk putrinya.
Lebih kurang lima belas menit, Lidia pun kembali menemui Syifa yang masih dengan santai duduk di ayunan. "Mama pergi dulu ya, Sayang. Kamu jangan lupa makan. Di dalem udah mama siapin."
Syifa meraih tangan Lidia lalu menciumnya dengan takzim. Tak lama itu Lidia pun berlalu dari pandangan, meninggalkan ia seorang diri.
Seandainya waktu itu gue gak egois buat nerima maaf loe. Mungkin sekarang loe udah duduk di sini, di samping gue. Dan gue gak bakal sendiri.
Syifa mulai melemparkan ingatannya ke masa di mana Marco berusaha memperbaiki persahabatan mereka. Saat di mana ia dengan teguh mempertahankan egoisnya dan malah membuat sahabatnya itu malu karena ulahnya.
****
"Syifaaaa," panggil Marco kepada gadis yang sedang duduk santai di taman sekolah. Ia berlari kecil mengikis jarak.
Namun sosok itu segera berdiri dan menjauh dengan wajah kesal. Langkah Marco pun terhenti memperhatikan punggung gadis itu yang terus menjauh.
Bel sekolah berbunyi, pertanda jam istirahat telah usai. Marco bergegas kembali ke kelas dengan wajah tertunduk. Tapi keberuntungan kembali berpihak kepadanya. Ia melihat lagi sosok gadis tadi dan kini bangku di sampingnya kosong.
Tanpa tedeng aling-aling Marco melesat menuju kursi kosong yang berada tepat di samping Syifa. Antusiasnya terus membuat kakinya melaju untuk gegas tiba dan segera duduk di sana.
Alih-alih dapat menyatakan permintaan maaf, kedatangan Marco ternyata disambut dengan rembesan air yang mulai terasa di celana abu-abunya.
Sial?! Sial?!
Marco menggerutu dalam hati saat tau apa yang terjadi. Ia berdiri dan meraba celana belakangnya yang sudah basah. Ia tau pasti ulah siapa ini.
Ditolehnya Syifa yang masih duduk tenang di sampingnya. Perlahan seringai mulai muncul di balik bibir tipis gadis itu. Dan tak butuh lama-lama Syifa meninggalkan Marco di sana dengan keadaan celana yang basah.
Sebelum bel masuk, Syifa memang sudah merencanakan hal ini untuk menjebak Marco. Pertemuan mereka di taman sekolah tadi menjadi penyebab ia melakukan semua ini. Dan semua rencana itu berhasil berkat kerjasamanya dengan Eva yang sengaja disuruh duduk di tempat duduk lain.
Malu bukan main yang saat ini Marco rasakan. Tapi bukan Marco namanya jika ia menyerah hanya karena celananya yang basah. Masih ada hari esok, dan esok lainnya untuk meminta maaf kepada Syifa.
****
S
yifa mengayukan perlahan ayunan yang ia duduki. Sesekali bibirnya membentuk garis lengkung yang indah.
"Kok senyum-senyum sendiri?"
Sebuah suara menginterupsi Syifa untuk menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya ia saat melihat sosok yang sudah berdiri di sana.
Perasaan gue gak nyebut nama nih anak tiga kali deh. Kok bisa ada di sini.
"Kok malag bengong? Gak boleh gue ke sini?" Lagi-lagi pria itu berujar. Namun Syifa masih sedikit kaget dengan kedatangan pria satu ini.
"Kata Pak Radit, pengumuman diundur besok. Dan satu lagi, besok jangan lupa sarapan. Biar gak pingsan."
Syifa tetap diam di tempatnya. Matanya tak henti melirik pria itu. Pria yang baru tadi ia pikirkan. Siapa lagi kalau bukan Marco Adinata
****
Bersambung
Pembaca yang baik hati, jangan lupa tekan tanda bintang di sudut kiri bawah ya.
Jangan lupa juga komentar, kritik dan sarannya. Aku tunggu. 😉 Aku sayang kalian
elinaqueera 😊😊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top