Part 2 - Bagi kelompok

"Hm ... loe bisa masuk kelompok Andi. Mereka kurang satu anggota," jelas Eva sembari menatap selembar kertas di tangannya.


"Iya ko, loe bisa gabung sama kita," lanjut Andi menambahkan pernyataan.

****

"Untung banget si Andi mau nerima loe, kalo nggak! Habis sudah riwayat loe," ungkap Febrian mengolok Marco.

Sikap Marco yang terlihat pendiam sedari tadi di kelas, membuat Febrian semakin gencar mengoloknya. Namun hal itu tak diindahkan oleh Marco.

"Gue heran sama sikap Syifa, padahal loe sahabatnya dia, Ko. Tapi kok loe gak diajak ya? Malah gue yang disuruh ikut kelompoknya. Heran gue," lanjut Febrian sengaja membuat cowok hitam manis itu agar marah.

Hal tersebut tentu terbuang percuma, Marco tetap tak acuh dan terus melangkahkan kakinya menuju parkiran sekolah. "Gue pulang, bye," pamit Marco dan segera meninggalkan sekolah.

****

"Assalamu'alaikum, Syifa pulang, Maaa," sapa Syifa saat membuka pintu rumah.

"Wa'alaikumsalam," teriak Lidia dari dapur.

Syifa segera melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga, menyalakan tv dan menonton acara masak favoritnya Dapur Rudy. Dengan volume suara yang besar, cukup membuat Lidia terdengar dan segera menghampiri anak semata wayangnya.

"Syifaaa, ganti dulu seragamnya, makan dulu, terus baru lanjut nonton," tegur Lidia kepada Syifa.

"Bentar lagi, Maa. Ini Chef Rudy lagi buat menu baru. Nanggung," jawab Syifa dengan tetap duduk manis di tempatnya.

"Anak mama ini sering lupa waktu kalo udah nonton acara masak," lanjut Lidia

"Iya, Ma," jawab Syifa singkat

****


Sebuah bingkai foto yang terletak di atas meja belajar menjadi pusat perhatian Syifa. Gadia itu mengusap objek yang tertera di sana.

"Seandainya Papa masih di sini, kumpul bareng Syifa dan Mama," bisiknya pelan kepada foto keluarga kecilnya.

Rona bahagia tergambar jelas di sana. Hendri dan Lidia mencium pipi Syifa kecil yang masih berusia sembilan tahun. Gadis kecil itu tampak malu dengan perlakuan kedua orang tuanya.

Menarik bingkai foto tersebut, Syifa memutuskan berpindah posisi. Menghempaskan tubuhnya di atas kasur, dan mengayunkan pelan kedua kakinya yang terjuntai di pinggir ranjang.

"Pa ... Syifa kangen sama Papa. Syifa kangen bisa kumpul bertiga seperti dulu," ucapnya pelan.

Tanpa sadar, cairan bening mulai membendung di matanya. Tak lama kemudian cairan itu mulai tumpah membasahi pipi tirusnya.

****

"Pergedel udangnya udah jadi, Ma," pamer Syifa kepada Lidia yang hanya duduk di meja makan.

"Pergedel udang? Mama baru denger makanan itu. Kamu eksperimen lagi?" tanya Lidia.

"Nggak, Ma. Syifa nyontek menunya Chef Rudy kemarin," sahutnya.

Lidia tersenyum lebar dan memeluk Syifa. "Mama cicipin, ya," ujar Lidia diikuti anggukan kepala dari Syifa.

Syifa menatap lekat wanita tangguh di hadapannya. Sesekali Lidia mengernyitkan alisnya, memutar kedua bola matanya seraya mengunyah makanan yang dibuat Syifa.

"Gimana, Ma?" tanya Syifa penasaran.

"Hm ... rasanya, ada ... sedikit--"

"Ih ... seriusan, Ma. Mama lama banget sih jawabnya," potong Syifa tak sabar.

Meneguk makanan yang telah hancur di mulutnya, Lidia lantas berujar. "Kamu sih, nanyain mama pas lagi ngunyah," ungkap Lidia.

"Nah, terus gimana?" Syifa kembali bertanya demi menjawab penasarannya.

Lidia membentuk lengkungan sabit di bibir tipisnya, mengangkat tangan dan kemudian menunjukkan jempol kepada Syifa.

Syifa membalas senyum kepada Lidia dan berujar. "Berarti Mama gak usah masak lagi untuk sarapan, biar Syifa aja yang masak."

"Iya, Sayang. Kamu jangan kelamaan makannya, nanti telat," sahut Lidia.

****

"Jadi besok gimana?" tanya Aira kepada Syifa.

"Besok kan kelas tata boga dimulai jam sepuluh. Berarti kita udah harus kumpul di sekolah jam sembilan. Jangan ada yang telat!" jelas Syifa dengan penekanan di kalimat terakhirnya.

"Terus kita mau masak apa?" tanya Meisya.

"Oh iya, gue lupa bilang. Besok itu tema masakannya menu makan siang," jelas Eva.

"Loe udah kasih tau ke temen-temen di kelas?" tanya Syifa kepada Eva.

"Perhatian-perhatian," teriak Eva mengambil alih kelas. "Besok tema masakannya menu makan siang. Sorry ya, kemarin gue lupa kasih tau," lanjutnya kepada seluruh siswa di kelas dengan menampilkan senyum lebarnya.

"Terus menu makan siangnya apa aja?" Meisya menyambut pernyataan Eva.

"Ya ... pastinya ada nasi, sayur, makanan penutup dan buah untuk pencuci mulut," jawab Syifa menyambung.

"Apaaaaa," teriak Marco membuat kaget semua siswa dan siswi di kelas.

Kali ini semua perhatian tertuju kepada cowok hitam manis tersebut. Entah kenapa wajahnya mendadak sedikit pucat.

Marco hanya menunduk terdiam di bangkunya. Tak memperdulikan keadaan yang kini menatapnya heran.

****

Bersambung.

Pembaca yang baik hati, jangan lupa tekan tanda bintang di bawah ya. Jangan lupa juga, komentar, kritik dan sarannya.

Aku tunggu. 😉

elinaqueera 😊😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top