5. A New Friend
Amare Academy, akademi dasar paling terkenal di negara Amare. Akademi yang memiliki 60% anak keluarga penting dan 40% anak rakyat biasa.
Lulusan dari Amare Academy memiliki 80% kemungkinan untuk diterima di Dare Dio Academies, akademi menengah pertama dan akademi menengah terakhir paling terkenal di dunia. Akademi ini terletak di perbatasan negara Umanita dan negara Amare.
Sebagai salah satu dari 5 akademi dasar terbaik di dunia, memasuki Amare Academy merupakan hal yang tentu saja tidak mudah. Tes masuk yang diadakan dikabarkan sangat sulit.
Tapi, bagaimana dengan Aven dan Alice? Apa mereka dapat lulus?
A Second Chance for Life
•
•
•
A Fantasy Story
By fallyndanella04
•
•
•
Enjoy!
Alice PoV
"Alice, aku merasa sangat gugup...," ujar Aven sambil memegang erat tanganku.
Aku hanya menoleh ke arah adik kembarku dan tersenyum untuk bermaksud menenangkannya. "Tenang saja, Aven! Kita pasti akan baik-baik saja. Semua akan berjalan lancar."
Aven menatapku dengan khawatir. "T-tapi bagaimana kalau kekuatanku kurang? Aku yakin sekali Alice pasti bisa melewati tesnya. Kalau aku... Aku tidak tahu...."
Hm... Sifat pesimisnya kambuh lagi.
Aven terkadang memang suka merendahkan dirinya sendiri. Padahal menurutku dan Ayah, Aven sudah sangat kuat untuk ukuran anak seumurannya.
Selama 3 tahun ini, Aven selalu giat menjalani latihan pedangnya bersama Ayah. Bahkan saking giatnya, ia sampai sempat lupa makan.
Hal itu berlaku juga untukku, sih.
Ah--jadi intinya, Aven itu kuat, kok. Benar-benar kuat. Harusnya ia tidak rendah diri seperti itu.
Aven masih terlihat cemas. Apa boleh buat, aku akan menyemangatinya.
"Aven, dengar ya. Sudah aku bilang, kan? Kau itu kuat. Sangat kuat. Kau harus percaya diri. Kita bahkan belum menjalani tesnya, jadi kita belum tahu hasilnya. Jangan menyerah!" Aku menampilkan senyum manis.
Wajah Aven merona setelah mendengar kata-kataku. Semua yang kukatakan adalah kebenaran, untuk apa ia malu?
"B-baiklah kalau Alice berkata seperti itu." Aven mengangguk dan menundukkan kepalanya.
Aku mendengus gemas. Aven memang sangat manis. Untunglah tidak ada pedo di sekitar kami, atau mungkin Aven bisa-bisa mereka incar.
(Walau semisalnya memang ada pun, sepertinya bukan Aven yang akan diincar, tapi Alice.)
Kembali ke masalah tes masuk. Kudengar setiap tahun ajaran baru akademi ini hanya menerima 100 murid baru dengan nilai-nilai tertinggi.
Aku menyeringai. Pertarungan perebutan nilai tertinggi akan sangat sengit kalau melihat bahwa pendaftarnya setiap tahun ada sekitar 600 lebih.
°°°
Normal PoV
"Anak keluarga Reffisa, ya?" Sebuah suara anak laki-laki menyapa Alice dan Aven.
Mereka menoleh dan melihat seorang anak laki-laki seumuran mereka yang sedang tersenyum sambil menatap Alice dan Aven.
Kalau Alice tidak salah ingat, Alice pernah melihatnya di buku perpustakaan rumahnya.
"... Anak keluarga bangsawan Grissam, ya," ujar Alice setelah mengingat-ingat.
Anak itu tampak tersenyum cerah mendengar kata-kata Alice. "Ya! Namaku Viel Grissam. Salam kenal." Ia mengulurkan tangannya.
Alice membalas uluran tangannya. "Salam kenal. Namaku Alice Reffisa. Dia adik kembarku, Aven Reffisa."
Aven membungkuk gugup. "S-salam kenal. Aku Aven Reffisa."
"Kembar ya? Aku juga memiliki adik laki-laki, tapi dia masih berumur 1 tahun. Namanya Naello Grissam. Saat ia masuk ke akademi ini, aku akan memperkenalkannya pada kalian!" Viel tersenyum lebar.
Alice mengangguk mengerti, sedikit terkejut. "Adikmu baru berumur setahun, ya? Pantas saja belum ada di buku itu."
Buku yang dimaksud Alice adalah buku sihir yang berisi anggota-anggota keluarga penting di dunia Dare Dio ini. Setiap 5 tahun, isi buku itu akan berubah dengan sendirinya sesuai dengan perubahan jumlah anggota keluarga. Seperti semisalnya kelahiran anak kedua ataupun jika ada anggota keluarga penting yang sudah meninggal.
"Ngomong-ngomong, sihir kalian apa?" Tanya Viel. "Aku memiliki elemen tanah dan api!"
Saat itulah, Alice dan Aven sedikit tersentak. Mereka teringat pesan dari Theo dan Elicca saat mereka di kereta kuda.
"Oh, ya, Alice. Aven. Ada yang harus kami beritahu padamu." Elicca memulai pembicaraan saat mereka berada di kereta kuda.
Alice dan Aven menoleh bersamaan. "Apa itu, Ibu?" Tanya mereka bersamaan.
Elicca mengelus rambut kedua anaknya. "Soal kemampuan Support Magic milik Alice... Ada baiknya kalau kalian merahasiakan soal itu, bahkan kepada kepala sekolah sekalipun."
Mereka sedikit terkejut saat mendengarnya. "Tapi apa itu benar tidak apa-apa? Menyembunyikan kekuatan seperti itu...." Alice sedikit ragu.
Theo mengangguk, menyetujui
"Kurasa aku setuju. Akan berbahaya jika ada orang yang tidak sengaja membocorkan kekuatan Alice, bahkan meskipun itu kepala sekolah," ujar Theo.
Alice berpikir sejenak sebelum mengangguk, menuruti saran kedua orangtuanya.
"Baiklah."
"Hm? Alice? Aven? Apa kalian baik-baik saja?" Viel memanggil sambil melambaikan tangannya di depan wajah sepasang kembar itu.
Alice dan Aven kembali ke kenyataan saat mendengar suara Viel.
Viel tersenyum. "Kalian tiba-tiba melamun saat aku bertanya sihir kalian. Ada apa?" Tanya Viel.
Aven menggeleng pelan. "Tidak, kok. Kami baik-baik saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkan kami. Jika kau bertanya soal sihir kami, aku juga mempunyai sihir api, dan angin. Hanya saja aku lebih fokus berpedang."
Viel mengangguk mengerti. "Ohh, swordman seperti Ayahmu, ya? Keren! Kalau kau, Alice?"
"Terima kasih atas pujiannya...." Aven menunduk malu.
"Aku mempunyai sihir angin dan petir. Berbeda dengan Aven, aku fokus melatih sihir saja," jawab Alice sambil tersenyum.
"Kau pasti dapat menjadi Witch sehebat Ibumu!" Viel terkekeh.
Alice tersenyum. "Terima kasih. Viel sendiri, apa kau ingin menjadi Archer seperti Ibumu, atau Gun-user seperti Ayahmu?"
Archer adalah seorang pemanah. Mereka ahli dalam serangan jarak jauh dan memiliki penglihatan yang hebat. Ibu dari Viel, Arelia Grissam, adalah salah satu dari Archer dengan akurasi terbaik di dunia.
Gun-user tidak jauh berbeda dari Archer. Mereka menggunakan pistol sebagai senjata mereka. Hanya saja jangkuan jarak Gun-user biasanya lebih jauh dari Archer. Ayah dari Viel, Klein Grissam, adalah salah satu dari Gun-user terbaik di dunia.
"Ah, soal itu...." Viel terlihat ragu sejenak sebelum menjawab. "Sepertinya aku tidak ingin menjadi keduanya."
Alice dan Aven menatapnya dengan terkejut. "Kenapa? Apa ada masalah?" Tanya Aven lansung.
Viel menggeleng sambil tertawa. "Tidak. Tidak ada masalah. Hanya saja, aku lebih tertarik menjadi Scientist dibanding kedua itu. Kurasa aku juga lebih ahli di bidang Scientist."
Scientist bisa dibilang seperti seorang ilmuwan. Mereka menciptakan barang-barang baru. Hanya saja sangat sedikit orang yang menjadi Scientist karena dibutuhkan kecerdasan yang sangat tinggi dalam bidang tersebut.
Aven menatapnya kagum. "Bukankah itu luar biasa? Viel pasti sangat pintar, ya!" Ujarnya dengan semangat.
Semburat merah muncul di wajah Viel. Ia tertawa canggung. "Ucapanmu yang terang-terangan itu... Sedikit membuatku malu."
"Daripada itu, bagaimana kalau kita masuk? Rasanya sudah terlalu lama kita berdiri di sini." Alice menunjuk sekeliling mereka yang mulai sepi.
Kedua anak laki-laki segera tersadar saat Alice menunjuk sekelilingnya. Mereka dengan sedikit panik pergi ke gedung akademi.
°°°
Di dalam ruang perkumpulan Amare Academy
Jumlah calon murid yang normal adalah satu kata yang lansung terlintas dalam pikiran Alice.
Alice ingat bahwa Elicca pernah mengatakan bahkan Amare Academy adalah salah satu akademi dasar yang paling terkenal. Hanya saja Alige pikir pendaftar kali ini sedikit lebih sepi dibanding biasanya.
Alice juga sempat dengar bahwa rata-rata pendaftar Amare Academy sekitar 750, tapi jika Alice menghitung jumlah siswa di ruangan ini, mungkin hanya terdapat sekitar 500 calon siswa.
'Yah, kemungkinan besar ini karena kabar bahwa kelompok Velnias muncul di negara ini. Tentu saja semua orangtua pasti menjadi khawatir kalau mendengar berita seperti itu,' batin Alice memaklumi.
Kabar soal kelompok Velnias yang muncul kembali sempat membuat dunia gempar. Tapi yang orang lain ketahui hanya sebatas itu, mereka tidak mengetahui siapa korban yang Velnias culik dan bagaimana kronologisnya.
Yang mengetahui soal itu hanyalah raja dan beberapa prajurit kerajaan Amare, serta tentu saja keluarga bangsawan Reffisa selaku keluarga korban
Aven menggenggam lengan Alice dengan gugup. Ia terlihat sedikit mengeluarkan keringat.
Alice tersenyum dan mengusap rambut putih Aven yang fluffy itu dengan lembut. Wajahnya seakan mengatakan 'jangan khawatir'.
"Kau akan baik-baik saja," bisik Alice dengan halus. Tetapi Aven masih dapat mendengarnya.
Aven membalas senyuman Alice dengan keadaan yang lebih tenang.
Viel terlihat mengobservasi sekelilingnya dengan serius. Raut wajahnya sungguh berbeda jika dibandingkan dengan saat mereka berbicara tadi.
Alice mengangguk paham. 'Viel memang terlihat cerdas dan pintar. Wajar saja jika ia berbakat di bidang Scientist.'
"Test. Test. Halo, para adik kecil calon murid Amare Academy!"
Suara yang berasal dari microphone berhasil mencuri perhatian seluruh calon murid.
Di panggung yang ada di ruangan tersebut, seorang wanita muda berdiri dengan tegak. Senyum terpasang di wajahnya.
"Hm... Apa yang harus kukatakan, ya? Ah, namaku Relliana Morge. Aku salah satu guru di sini. Salam kenal~!" Ujar wanita yang memegang microphone dengan semangat.
Relliana Morge. Nama itu cukup dikenal di negara Amare. Ia adalah anak dari Carl Morge, Archer terbaik sepanjang sejarah Amare. Sayangnya Carl Morge sudah pensiun dikarenakan usia yang sudah tidak mudah lagi.
Relliana memasak pose berpikir sejenak. "Untuk perkenalan guru lainnya, mungkin nanti saja? Kalau kalian lulus~," ujar Relliana sambil tersenyum. Tapi itu bukan senyum yang menenangkan.
Senyum Relliana semakin melebar. Hal itu membuat sebagian besar anak-anak tegang.
Saat itulah, beberapa lingkaran sihir muncul di 4 sudut ruangan. Lingkaran itu memunculkan berbagai jenis monster peringkat rendah sampai menengah.
Relliana masih tersenyum. "Kalahkan monster tersebut sebanyak mungkin. Semakin kuat monster yang kalian lawan, poin yang kalian dapat akan semakin banyak."
"Tes masuk Amare Academy, dimulai!"
°°°
Akhirnya selesai~! Oke ini chapter bosenin banget. Uhk... Sepertinya otakku masih kebawa pas PAS (Penilaian Akhir Semester). Untung sudah berakhir hari ini.
Yah, chapter depan pasti udah kerasa bakal kayak gimana.
Benar. Action~
Okay. Thank you for reading! See you in chapter 6!
If you like this story, you can appreciated me with like and comment! Thank you~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top