3. Alice's Power and Determination
Malam itu, sebuah pikiran seketika terlintas di mimpi Alice.
Seandainya ia kembali ke masa lalu dengan kekuatannya sekarang, bisakah ia menyelamatkan keluarganya yang dulu?
Bisakah ia berharap untuk kembali ke masa lalu dan berbahagia bersama keluarganya yang dulu?
Tapi... Seandainya memang bisa, bagaimana dengan keluarganya yang sekarang?
Jika seandainya Alice hanya dapat memilih salah satu antara keluarganya dahulu dan keluarganya sekarang....
Apa yang harus Alice pilih?
A Second Chance for Life
•
•
•
A Fantasy Story
By fallyndanella04
•
•
•
Enjoy!
Alice PoV
"Ng..."
Aduh... Silau sekali. Apa ini sudah siang?
Perlahan aku membuka mataku. Pemandangan pertama yang kulihat adalah Aven yang masih tertidur.
Ah!
Lukanya!
Aku menyentuh tubuh Aven yang sekarang tidak memiliki luka. Aku tersenyum lega.
Sepertinya suara itu benar-benar nyata. Tapi... Siapa suara orang yang kudengar itu?
Aku akan mencari tahu hal itu nanti. Yang terpenting sekarang, Aven selamat! Ia benar-benar sembuh! Bahkan bekas luka pun tidak terlihat lagi!
Apa sehebat itu, ya, Support Magic? Luka Aven sampai sembuh tak berbekas seperti ini.
Ah, ia terbangun.
"Nm... Alice?" Aven menatapku sambil mengusap matanya yang berair karena menguap.
Aku terkekeh.
Aven memang sangat manis!
Dia laki-laki termanis yang pernah kulihat!
"Selamat pagi, Aven!" Sapaku riang.
Aven tersenyum. "Selamat pagi, Alice. Tunggu--" Ah, ini dia.
"K-kenapa sudah tidak terasa sakit lagi?" Aven nampak memegang tempat di mana lukanya berada kemarin. Ia sangat terkejut.
"Ah ya! Alice! Kau baik-baik saja, kan!?" Tanyanya ke arahku dengan panik.
Harusnya aku yang bertanya seperti itu.
Aku hanya dapat tersenyum. "Lukaku tidak parah, aku baik-baik saja. Lagipula, Aven, yang harusnya bertanya seperti itu aku, tahu. Kau hampir tidak selamat setelah menerima luka itu... Kukira...." Aku tidak mau melanjutkannya.
Aven memelukku lagi. "Aku juga sudah tidak apa-apa, tenang saja. Lihat! Lukaku menghilang!" Aven tersenyum riang sambil memperlihatkan tempat di mana lukanya kemarin ada.
"Ah, kalian sudah bangun?" Hm? Oh! Mama!
°°°
Third PoV
"Ah, kalian sudah bangun?" Elicca masuk ke dalam kamar Alice dan Aven sambil membawa sebuah nampan.
"Mama! Selamat pagi!" Sapa Alice dan Aven.
Elicca menaruh nampan tersebut di meja dan beranjak memeriksa keadaan kedua anak kesayangannya.
Elicca tersenyum puas. "Hm! Syukurlah, keadaan kalian sudah tidak apa-apa. Aku benar-benar cemas dengan kalian," ujar Elicca tersenyum sedih.
Alice dan Aven saling berpandangan sebelum menghadap Elicca. "Maaf telah membuat Mama cemas," ujar mereka merasa bersalah.
Elicca tersenyum lembut. "Tidak apa-apa. Selain itu, ada yang harus kujelaskan. Aven, kau pasti heran karena lukamu sembuh. Berterima kasihlah pada Alice. Dia yang menyembuhkanmu."
Aven terkejut. "Eh!? Alice!? Alice yang menyembuhkanku?" Tanya Aven terkejut.
Alice tersenyum gugup dan mengangguk. "Begitulah. Walau aku tidak mengerti bagaimana aku melakukannya kemarin...."
Aven tersenyum lebar. "Waah! Aven sayang Alice! Terima kasih, Alice!"
Alice merona. Sedikit malu karena perkataan Aven.
"Soal itu." Suara Elicca yang serius membuat Alice dan Aven menoleh ke arahnya. "Ada yang harus kuberitahu mengapa Alice dapat menyembuhkanmu, dan seperti apa kekuatan Alice."
"Mama?" Alice bingung melihat wajah dan suara Elicca yang berubah menjadi serius.
"Alice, sihir yang kau gunakan untuk menyembuhkan Aven berjenis Support Magic. Seperti namanya, Support Magic berfungsi sebagai pendukung dari belakang."
"Yang kemarin kau gunakan untuk Aven bernama Angel's Breath, atau Support Magic untuk menyembuhkan luka, menyingkirkan racun, dan meredakan penyakit."
"Support Magic dibagi menjadi 5:
[Circle Protection]
berfungsi untuk membuat pelindung di sekitarmu. Serangan dari dalam dapat dilakukan, tapi tidak untuk serangan dari luar.
[Spring Comfort]
berfungsi memberi suasana nyaman, memperbaiki emosi, dan menenangkan pikiran pada radius 20 meter dan jika berada di dalam sebuah ruangan. Mungkin itu tidak berfungsi di pertarungan.
[Mana Recovery]
berfungsi untuk mengisi kembali setengah energi sihir yang terpakai dengan radius 30 meter dan jika berada di dalam sebuah ruangan.
[Double Power]
berfungsi untuk meningkatkan kekuatan dari sihir yang dikeluarkan seseorang. Berlaku dalam radius 100 meter dan jika berada dalam sebuah ruangan.
Terakhir yang Alice gunakan kemarin, [Angel's Breath]."
Elicca menyentuh kedua tangan mungil Alice. "Dari seluruh sihir itu, Angel's Breath adalah yang tersulit, dan kenyataan bahwa Alice dapat lansung menggunakan sihir itu sangat luar biasa."
Wajah Aven mencerah. "Wah! Keren! Bukankah itu artinya Alice sangat hebat? Benar, kan, Mama?" Tanya Aven dengan semangat. Alice menyimak dengan serius.
Elicca tersenyum misterius. "Tidak. Alice lebih dari 'sangat hebat', Aven."
"Eh?" Alice dan Aven bersuara bersamaan.
"Asal kalian tahu saja, Support Magic sudah dianggap punah ratusan tahun yang lalu."
...
"Eh!?" Aven berseru bingung sementara Alice membeku.
Elicca tersenyum dan mengangguk. "Aku tidak tahu detailnya, karena aku tidak hidup dari ratusan tahun yang lalu. Berdasarkan buku sejarah, beberapa orang yang dulunya memiliki Support Magic menghilang secara misterius. Sampai sekarang, tidak ada yang tahu di mana mereka dan tidak ada lagi manusia yang terlahir dengan memiliki kemampuan Support Magic."
Elicca terdiam sejenak. Wajahnya berubah suram. Aven kebingungan sementara Alice nampak memahami apa yang dimaksud Elicca.
"Mama, apa Mama ingin bilang kalau sekarang aku dalam bahaya?" Tanya Alice. Aven menoleh ke arahnya dengan terkejut dan menoleh kembali ke arah Elicca untuk memastikan.
Elicca hanya menampilkan senyum lemah. Hal itu sudah cukup untuk membuat Alice dan Aven mengerti.
"T-tenang saja!" Aven berdiri secara tiba-tiba. "Mama tidak perlu khawatir! Aven akan selalu menjaga Alice! Aven tidak akan membiarkan kejadian seperti kemarin terjadi lagi!"
Elicca tertawa kecil dan Alice merona merah. "Kau adik kembarku, Aven. Tapi entah kenapa sekarang kau terlihat seperti kakakku," celetuk Alice.
Aven menatap Alice cemberut. "Kita hanya berbeda 10 menit!"
Elicca mengacak rambut Aven. "Semangat yang bagus, Aven! Jangan lupa, Mama dan Papa juga akan selalu melindungi kalian, tidak hanya Alice."
Aven tertawa sebelum menyadari sesuatu. Aura di sekitarnya berubah menjadi suram.
"Tapi... Aven lemah. Bahkan Alice masih lebih kuat dari Aven. Sihir Aven belum sekuat Alice. Apa yang harus Aven lakukan untuk melindungi Alice?" Tanya Aven murung.
"Soal itu!" Sebuah suara baru mendadak muncul dari arah pintu kamar.
Elicca, Alice, dan Aven menoleh. "Papa!" Panggil sepasang kembar terkejut.
"Theo?" Ujar Elicca bingung.
Theo tersenyum lebar dan berjalan ke arah Aven. "Aven, apa kau mau belajar menggunakan pedang bersama Papa?"
Aven menatap Theo terkejut. "Papa bisa menggunakan pedang!?" Tanyanya seakan tidak percaya.
"Tentu saja bisa! Kenapa Aven terlihat terkejut?" Tanya Theo bingung.
"Habis Papa tidak terlihat kuat!" Seru Aven.
Kok sakit, ya? - Theo
Theo tertawa paksa. "Aven, Papa salah satu pengguna pedang terhebat di dunia ini, lho."
"Benarkah?" Tanya Aven dan menatap Elicca.
Elicca tertawa kecil. "Oh, tentu saja. Papa kalian adalah salah satu pengguna pedang atau Swordman yang paling disegani di dunia ini."
"Dan Mama kalian adalah salah satu pengguna sihir atau Witch terkuat di dunia ini," sambung Theo tersenyum bangga.
Mata Aven dan Alice berbinar kagum saat mendengar apa yang dikatakan orangtua mereka.
Alice dan Aven berdiri dan menghampiri kedua orangtua mereka. Mereka berdua saling berpandangan dengan senyuman menghiasi wajah mereka.
"Mama! Ajari Alice tentang sihir lebih banyak!"
"Papa! Latih Aven untuk menggunakan pedang!"
Sepasang orangtua tersebut mengedipkan mata mereka terkejut, sebelum tersenyum penuh kebanggaan.
"Tentu saja!"
°°°
Alice memandang Aven yang terengah di ranjang mereka. Hari sudah menjelang malam. Mereka sempat berlatih lagi dengan orangtua mereka sebelum tidur.
Alice mengusap kepala Aven. "Aven, kau lelah?" Tanyanya.
Aven tersenyum menatap Alice. "Iya. Tapi, ini menyenangkan. Papa benar-benar Swordman yang kuat. Gerakan Papa sangat cepat dan efektif."
Alice tersenyum mendengarnya. "Aku setuju. Mama juga sangat hebat. Sihir yang Mama keluarkan memiliki aura yang mengintimidasi. Kekuatannya juga hebat."
Aven berbaring dan memeluk Alice yang berbaring di sampingnya. "Alice, aku bahagia."
Alice memandangnya dengan terkejut. "Kenapa tiba-tiba berkata seperti itu?"
Aven menguap. Ia menjawab seraya mengusap matanya yang mulai berat. "Untuk punya orangtua seperti Papa dan Mama yang mengagumkan. Dan untuk punya saudari seperti dirimu. Aku sangat bahagia."
"Aku ingin kita bersama selamanya...." Aven menatap Alice dengan wajah mengantuk. "Bisa, kan?"
Alice membeku saat mendengar perkataan Aven.
"Nee-chan akan selalu bersama dengan Arisa-chan!"
"Selamanya?"
Sosok Arisu kecil tersenyum menyakinkan di depan adiknya.
"Selamanya!"
"Alice...?"
Panggilan Aven membuat Alice kembali ke dunia nyata. Ia dapat melihat mata Aven yang menatapnya khawatir.
Alice membalas pelukan Aven dan mengangguk. Senyum tulus ia perlihatkan pada adik kembarnya.
"Tentu saja." Alice berhenti sejenak. "Kita akan bersama selamanya."
Aven tersenyum senang mendengar kata-kata itu. "Janji... Ya...." Aven tertidur setelah mengatakannya.
Alice hanya bisa diam dan mengeratkan pelukannya sedikit. Air matanya mengalir pelan. Senyum miris ia tampilkan di wajah mungilnya.
Ingatannya seketika lansung teringat dengan pikirannya malam kemarin, yang tertidur setelah menyembuhkan Aven.
Aku merasa bodoh jika mengingat apa yang kubimbangkan sebelumnya.
Harusnya aku tahu mana yang akan kupilih.
Jika aku harus memilih, tentu saja aku akan memilih yang sekarang.
Aku tidak ingin hal yang sama seperti dulu terulang lagi, bukan?
Satu-satunya cara untuk mencegahnya adalah dengan selalu bersama mereka dan bertambah kuat.
Terus bertambah kuat hingga aku bisa selalu melindungi mereka.
Aku harus dapat merelakan masa lalu yang sudah terjadi. Aku harus tahu dan sadar bahwa masa lalu adalah masa lalu.
Tanpa masa lalu, kita tidak akan bisa seperti sekarang. Walau begitu, bukan berarti kita harus terus melihat ke masa lalu.
Jika aku ingin bisa melangkah maju, maka aku harus menerima seperti apa pun masa laluku.
Malam itu, setelah sekian lama, Alice dapat tertidur dengan nyenyak. Tidur yang cukup tanpa mengalami mimpi yang tidak indah.
°°°
Akhirnya chapter 4 selesai! Aku mengalami sedikit stuck saat memikirkan kelanjutannya! Untunglah aku masih dapat menyelesaikan chapter ini.
Chapter ini mungkin sedikit membosankan. Terutama saat menjelaskan tentang jenis sihir yang dapat dilakukan dengan Support Magic.
Sepertinya aku akan mengakhiri chapter ini!
Okay! Thank you for reading! See you in the chapter 4!
If you like this story, you can appreciated me with like and comment!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top