17. The Real Purpose
Drien Gerald adalah orang yang pantang menyerah. Ia tidak menyerah sedikit pun ketika mengetahui masa depannya. Ia justru termotivasi untuk menentang masa depan buruknya.
Drien Gerald adalah orang yang tekun dengan sebuah tujuan. Ia mengabdikan diri selama 12 tahun penuh untuk mencari rekan sesama pemilik Ancient Magic, bahkan meskipun diterpa masalah.
Drien Gerald adalah orang yang jujur. Ia tidak pernah berbohong satu kali pun. Ia akan selalu mengatakan apa yang ada di hatinya.
Drien Gerald adalah orang yang tidak menyukai kekerasan. Bahkan ia sempat menentang ide tentang cara untuk mengambil Alice karena menurutnya itu terlalu kasar.
Drien Gerald adalah orang yang optimis. Ia selalu berusaha melihat hasil positif dari hal negatif sekali pun.
Drien Gerald adalah orang yang murah hati. Ia mudah memaafkan apa pun dan siapa pun, meskipun terkadang ia rasanya memang ingin menghajar seluruh temannya.
Drien Gerald adalah orang yang polos. Hidup di jalanan membuatnya harus fokus pada keselamatan diri dan kelompoknya sehingga ia menolak mempelajari hal lain yang tidak terlalu berguna untuk bertahan hidup.
Yah, walau dia memang otaknya tidak terlalu sampai dengan hal-hal seperti itu, sih.
Secara keseluruhan, Drien adalah orang yang baik. Sangat baik. Bagi Velnias, Drien adalah penolong mereka. Penyelamat dan malaikat mereka.
Karena itu, Velnias menolak memberitahu Drien mengenai tujuan mereka yang sebenarnya.
A Second Chance for Life
•
•
•
A Fantasy Story
By fallyndanella04
•
•
•
Enjoy!
Alice PoV
Aku memperhatikan keadaan sekelilingku. Suasana sedikit gelap dan tidak ada sinar matahari yang masuk. Cahaya penerang hanya berasal dari beberapa lentera yang tergantung di dinding. Tempat ini seperti di dalam sebuah gua.
"Gelap, ya?" Tanya Drien. "Kita ada di bawah tanah. Di dalam sebuah gua, jadi wajar saja jika gelap," jelasnya.
"Rasanya sudah lama aku tidak mengantar orang ke pemimpin. Selama ini jika bukan anggota lain yang melakukannya, maka aku mendapat masalah di tengah perjalanan. Ah... Rindunya~!" Drien tertawa riang. Orang ini benar-benar ceria....
"Drien." Aku dan (secara mengejutkan) Drien mengerang bersamaan. Siapa lagi ini? Laki-laki yang tidak kukenal juga?
Saat aku menoleh, tubuhku serasa membeku.
Rambut berwarna hitam... Mata berwarna merah... 'Rizzie' yang memiliki sihir kaku... Dan.. siapa perempuan di sebelahnya?
Drien juga menoleh ke arahnya. "Rizzie... Leiya... Ada apa?" Tanyanya.
"Farrel dan Grellya bertarung dan sepertinya akan menghancurkan keadaan sekitar~!" Jawab gadis yang tadi dipanggil 'Leiya' dengan senyum ceria.
Drien mendengus. "Lagi? Apa yang menjadi masalah kali ini, sih? Farrel mengerjai Grellya lagi?" Tanyanya.
Rizzie menatap Drien yang mungkin aku dapat tebak artinya sebagai 'memang - apalagi - selain - alasan - itu?'.
"Biar kami yang mengantarkan gadis itu." Rizzie mengatakannya sambil melirikku dengan tajam. Apa masalahnya denganku, sih!?
"Lagi-lagi gangguan...," gumam Drien. "Baiklah, baiklah! Rizzie, Leiya, tolong, ya! Oh, dan Rizzie, jangan menatapnya tajam seperti itu, dong! Kau membuat Alice tidak nyaman!"
"Hm." Rizzie hanya mengangguk. Terlihat sekali ia tidak mendengarkan! Sepertinya Drien juga menyadarinya karena ia menggelengkan kepalanya.
Gadis bernama Leiya mendatangiku. Ia memiliki rambut panjang berwarna coklat dengan manik biru yang indah. Ia juga memakai pita merah yang besar di rambutnya dan... Pakaian yang sedikit 'wah'.
"Halo! Namaku Leiya Millesh. Salam kenal, ya, Alice! Kami akan mengantarkanmu ke pemimpin!" Ujar wanita bernama Leiya ini dengan semangat. Ia mengulurkan tangannya.
Sejujurnya aku ragu untuk membalas jabatan tangannya, tapi jika tidak dibalas, aku tidak tahu akan seperti apa reaksinya... Hah... Ya sudahlah.
Jangan dibalas.
Jangan sentuh jabatan tangannya itu.
Abaikan saja.
Eh...? Suara ini lagi? Kali ini lebih dari satu orang...?
Uh... Walau kalian bilang jangan membalas pun... Rizzie sudah menatapku tajam! Auranya mengerikan sekali! Seakan-akan aku akan langsung dibunuh jika tidak membalasnya!
Aku meraih jabatan tangannya perlahan. Aku mengangguk dan membalas dengan suara kecil. "Salam... Kenal.... Dan terima kasih atas bantuannya..." Apa lagi yang harus kukatakan? Ia sudah mengetahui namaku.
Tapi sepertinya ia sudah puas dengan jawabanku. Ia melepaskan jabatan tangannya dengan senyuman lebar. Hm... Mencurigakan.
Ketika kami hendak berjalan lagi, aku baru menyadari keberadaan goresan di lengan kananku.
Hm? Apa aku terluka saat perjalan ke sini? Ah, tapi mengingat serangan Griff saat itu, sepertinya tidak heran jika aku terluka.
Dengan tangan kiriku, aku menyentuh luka kecil itu. "Support Magic: Angel's Breath," ujarku dengan suara kecil. Tapi...
"!?" Mataku melebar ketika tidak terjadi apa-apa.
Tunggu... Apa yang terjadi? Kenapa sihirku tidak ke luar? Apa yang mereka lakukan padaku!?
"Eh, kekuatanmu tidak bisa dikeluarkan saat ini, Alice~!" Suara ceria Leiya kembali terdengar. "Aku sudah mencegahnya dengan menyentuhmu tadi!" Sambung Leiya.
Tidak bisa dikeluarkan? Mencegah? Menyentuh? Jangan-jangan... Jabatan tangan tadi!? Ahh! Sudah kuduga itu mencurigakan! Alice bodoh, kenapa kau membalasnya!? Yah, kalau pun aku menolak, ia pasti mencari cara lain untuk menyentuhku, sih...
"Hehe, sihir kunoku adalah Prevention. Sihir kuno ini membuatku dapat mencegah orang lain menggunakan sihir mereka selama 2 menit!" Ujarnya dengan riang.
Leiya dan Rizzie mulai berjalan meninggalkanku. Aku terpaksa mengikuti mereka. Dengan senyuman paksa, aku membalas kata-kata Leiya. "Itu... Sangat hebat."
Leiya tersenyum cerah mendengarnya. "Yap! Meskipun ada efek sampingnya... Selama 2 menit itu, aku tidak dapat menggunakan sihir elemenku! Jadi sebenarnya aku jarang menggunakannya juga....," ocehnya panjang lebar.
Orang ini... Bodoh atau bagaimana? Membocorkan kelemahannya sendiri di depan orang yang bukan anggota kelompoknya!?
"Kau bingung kenapa aku mengatakannya, ya?" Suara Leiya yang tenang dan agak sinis membuatku tegang. "Nanti kau juga tahu...." Senyumannya sangat lebar. Itu bukan senyuman lagi, melainkan seringai.
"Oh! Kita sudah sampai!" Suara cerianya kembali lagi. Tanpa aku sadari, aku menghela nafas lega.
Pandanganku terarah ke depan. Di hadapanku, terdapat pintu yang besar berwarna coklat. Aku meneguk ludah.
...Jangan...
...Jangan masuk...
Jangan masuk ke sana.
Jangan masuk ke pintu tersebut!
Suara-suara ini lagi...
Kalian memintaku untuk jangan masuk, tapi apa yang bisa aku lakukan!? Sihirku dihilangkan! Yah, itu salahku juga, sih. Maafkan aku...
°°°
Normal PoV
Rizzie yang sedari tadi hanya diam saja, mengetuk pintu tersebut. "Rizzie Maye dan Leiya Millesh membawa Alice Reffisa, boss," ujarnya.
"Masuk." Suara laki-laki terdengar dari baliknya.
Rizzie membuka pintu tersebut dan menarik Alice dengan sedikit kasar. Alice diam-diam menyumpahinya.
Alice menatap sosok di hadapannya. Ia tidak berani berkata apa-apa. Tekanan auranya... Tekanan auranya luar biasa. Bahkan melebihi tekanan dari sihir kabut Reiky.
Pria itu memiliki rambut berwarna hitam dan manik mata berwarna hitam... Yang terkesan hampa. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Ia juga memakai kacamata.
Tatapan hampa itu... Mengerikan. Tidak ada cahaya di dalamnya, seakan ia bukan orang hidup. Itu... Adalah mata orang mati.
"Kalian boleh pergi sekarang." Suara dengan nada yang sangat monoton tersebut terdengar darinya.
Rizzie dan Leiya mengangguk patuh. Pintu yang berada tepat di belakang Alice tertutup, meninggalkan Alice dengan hanya bersama 'pemimpin' mereka.
Alice meneguk ludahnya kembali. Ia mulai meragukan kata-kata Drien mengenai tujuan Velnias adalah menyelamatkan orang-orang yang memiliki Support Magic sepertinya.
Alice adalah orang yang dibunuh di kehidupan sebelumnya. Ia tahu bagaimana perasaaannya saat itu. Panik. Pasrah. Ketidakrelaan. Semua bercampur aduk menjadi satu.
Alice juga tahu bagaimana rasanya ada di hadapan orang yang memiliki nafsu membunuh. Memang tidak secara langsung diarahkan pada Alice, namun Alice tetap dapat merasakannya.
Alice merasakan kedua hal itu sekarang.
"Namaku... Gin Raiffa. Apa kau tahu alasanmu berada di sini sekarang?" Suara monoton itu memotong pikiran Alice.
Alice tersentak mendengarnya. Tubuhnya membeku. Ia takut, namun entah kenapa Alice dapat mengangkat kepalanya dengan berani, dan menatap langsung pandangan kosong di hadapannya.
"Tidak. Drien hanya mengatakan bahwa aku akan menemuimu. Ia tidak menjelaskan alasannya," jawab Alice dengan berani, yang Alice sendiri juga bingung mengapa ia bisa seberani ini.
"Alasan buatannya... Adalah untuk mengenalkan orang baru sepertimu pada pemimpin organisasi Velnias, yaitu aku," jawabnya sambil menatap Alice tanpa emosi.
"Tapi itu bukan tujuan aslinya, bukan?" Alice memotong ucapannya. "Nafsu membunuh tidak akan dikeluarkan oleh orang yang hanya ingin mengenalkan diri."
Untuk pertama kalinya, senyuman terukir di wajah datar Gin, walau hanya selama beberapa milidetik. "Ya. Instingmu kuat, ya."
"Sebenarnya apa tujuan yang kalian sembunyikan dari Drien?" Alice bertanya.
"Sesuatu yang... Tidak akan Drien sukai," jawabnya pelan. Ketika menyebut nama Drien, Alice dapat merasakan kehalusan di suaranya.
'Drien benar-benar berharga bagi mereka, huh?' Batin Alice.
"Jadi selama ini kalian menipu Drien?" Tanyanya secara langsung. Alice penasaran darimana sikap berani ini muncul.
Telapak tangan Gin mengepal. Matanya menatap Alice tajam. Sangat terlihat bahwa ia tersinggung, namun Gin dengan segera menenangkan posturnya.
"Tidak... Kami hanya menyembunyikan tujuan yang sebenarnya... Tanpa menipu Drien...," jawabnya dengan sedikit nada sinis.
Alice mendengus pelan. "Apanya yang tidak menipu?"
"Mengenai pengenalan diri... Itu benar. Hanya saja ada lagi hal yang kami tidak beritahu pada Drien..."
"Apa tujuan kalian yang sebenarnya?" Tanya Alice tajam.
Senyum sinis tampak di wajah Gin. "Membuat Velnias... Menguasai dunia."
Alice menatapnya dengan tidak percaya. Itu hanya seperti alasan klise di telinganya.
"Drien... Adalah orang yang baik... Sangat baik... Karena itu... Kami tahu bahwa Drien... Akan menolak habis-habisan rencana kami... Semua orang yang ada di sini... Menyayangi Drien... Karena itu... Tidak akan ada orang yang tega memberitahunya...," lanjutnya.
"Kekacauan dari Velnias yang kami lakukan 12 tahun yang lalu... Kami lakukan tanpa sepengetahuan Drien... Seharusnya kami berhasil saat itu, namun ada hal yang di luar dugaan kami terjadi."
Alice tahu maksud hal itu. Pastinya mengenai Ayahnya, Theo, yang menciptakan pistol dan senapan.
Ada satu hal yang membuat Alice kembali terkejut.
"Kau... Kau tidak takut dengan resiko ketahuan, ya? Mengatakan hal seperti itu di hadapanku?" Tanyanya tidak percaya.
"Tidak akan ada orang luar yang tahu..." Gin bergumam, namun Alice tetap dapat mendengarnya. "Karena... Orang yang sudah mati tidak bisa mengatakannya..."
Saat itulah, Gin berdiri dari kursinya dan mengulurkan tangannya ke hadapan Alice.
"Metal: Iron Spear."
°°°
Tidak semua orang dapat memaafkan orang lain dengan mudah, seperti Drien. Hal itu berlaku pula untuk Velnias.
Rasa sakit yang mereka rasakan dahulu... Penindasan dan diskriminasi yang mereka dapatkan dahulu... Mereka tidak dapat melupakan pengalaman kelam seperti itu begitu saja.
Dendam yang membara terdapat dalam hati mereka. Terutama dendam untuk para pihak kerajaan dan bangsawan yang menyebarkan rumor mengenai 'kekuatan iblis' mereka.
Mereka tidak langsung beraksi karena beberapa faktor.
1.
Mereka butuh waktu yang tidak sebentar untuk benar-benar menguasai Ancient Magic milik mereka.
2.
Mereka juga butuh waktu lama untuk menyelidiki seluruh kekuatan dari semua negara, terutama kekuatan negara Giustizia.
3.
Penyerangan 12 tahun yang lalu memang dilakukan tanpa diketahui Drien, namun Drien memiliki kecurigaan saat itu sehingga terpaksa Velnias mengundur waktu penyerangan kembali sampai setidaknya kecurigaan Drien menghilag.
4.
Mereka juga butuh waktu yang agak lama untuk menemukan dan menculik seluruh pemilik Support Magic, karena pemilik kekuatan Support Magic adalah halangan terbesar bagi kesuksesan rencana mereka.
Saat ini, tujuan Velnias hanyalah membalas dendam, terutama pada pihak kerajaan dan bangsawan, serta menguasai dunia Dare Dio. Tidak lebih, tidak kurang.
°°°
Words: 1733
Akhirnya selesai!! Uwah... Lebih lama lagi waktu updatenya! Huhu, maafkan aku TTwTT aku bingung bagaimana cara merangkai kata-kata dengan cocok agar jadi bagus!!
Bosen, yak!? Chapter ini membosankan, ga!? Semoga enggak, Amin! Aku akan berusaha biar chapter selanjutnya lebih seru!
Btw, Aven dkk muncul di chapter selanjutnya... Sepertinya. *Dihajar*
Btw, aku masukin cerita ini ke Wattys2019. Masih kurang ngerti sama prosedurnya sih, tapi biarlah (/°-°)/
Dan...
Thank you for 1k viewersnya 🎉🎉!!! Terima kasih banyak!!! *Dogeza*
Wahhh aku terharu banget lihatnya hiks... *mewek*
Terima kasih banyak juga untuk RenAkari_0910 yang abis spam comment di chap2 sebelumnya. *Dogeza lagi*
Ok... Thank you for reading!
If you like this, you can appreciated me with like or comment!
See you in the next chapter!
Bye-bye!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top