13. Kidnapped

A few hours ago...

"Reiky~ katanya kau yang akan menangkap Alice Reffisa, ya?"

"Hm... Begitulah. Griff, seperti apa penampilan anak itu?"

"Eh? Kau belum tahu? Ya ampun, Reiky~ cobalah untuk tetap terbangun setiap kali pertemuan!"

"...Berisik. Jawab saja."

Griff tersenyum penuh jenaka. "Rahasia! Sebagai hukuman karena terus tertidur, Reiky harus menebak dan mencarinya sendiri~!"

"... Kau memang sialan, Griff."

"Bilang begitu, aku ini tetap satu-satunya temanmu di organisasi, kan!"

"Tch."

"Oh, ya, Reiky, bagaimana kalau kau menyamar saat menyusup nanti? Kemampuanmu, kan, sangat berguna di saat menyusup!"

"Kau mengusulkan ide yang sebenarnya bagus. Aku jadi curiga."

"Jahat! Aku hanya mau menyarankan orang yang bisa kau tiru penampilannya nanti!"

"Ya sudah. Siapa?"

"Seyra Mifraye! Dia hanyalah guru yang lebih banyak berdiam diri di ruangan pemberitahuan atau pengaturan. Tidak banyak guru yang dekat dengannya. Sempurna, bukan?"

"Aku tidak tahu maksud 'sempurna' yang kau katakan, tapi akan kuambil saranmu. Kirimkan ciri-ciri dan sifatnya nanti kepadaku. Sampai jumpa."

Griff tertawa kecil setelah Reiky memutuskan sambungannya.

'Mengerjainya sedikit tidak masalah, bukan?'

A Second Chance for Life



A Fantasy Story
BY fallyndanella04



Enjoy!

Froste PoV

Setelah berpisah dengan Relliana, aku segera menaiki tangga menuju ke lantai atas. Dengan sihir Air: Detector, aku dapat merasakan keberadaan tiga orang lagi di lantai 3.

Aku percaya dengan Relliana untuk melindungi murid-murid yang lain. Ia memang bukan salah satu penyihir terkuat, tapi ia adalah murid dari penyihir terkuat di dunia.

Sesampainya di lantai 3, aku melihat tiga sosok murid yang kucari.

Marie Willdown dari kelasku, 1-A bersama dengan Gray Minerva dan saudari kembarnya, Cray Minerva dari kelas 1-B. Tapi ada yang aneh. Gray dan Cray membantu Marie berjalan.

"Mister Froste!" Gray menatapku dengan tatapan terkejut bercampur dengan kelegaan.

"Mister Froste! Marie... Marie demam tinggi sejak kemarin sore! Ia tidak sanggup berdiri! Tolong bantu Marie, Mister!" Cray menatapku dengan mata yang basah. Sudah terlihat jelas ia menangis.

Dengan segera, aku mengangkut Marie dengan sihir anginku dan menahannya di depan dadaku. Aku memastikan Marie sudah tertahan dengan anginku.

Aku menggendong kedua gadis kembar sisanya di dua tanganku dan membuka jendela samping dengan sihir anginku (lagi).

Gray menatapku dengan sedikit takut. "M-Mister Froste? Apa yang akan anda lakukan!?"

"Hm. Turun dengan menggunakan tangga biasa akan terlalu lama. Kita turun dari jendela," jawabku.

"M-Mister Froste, apa maksudmu kita akan meloncat!?" Gray berteriak dengan kencang.

Uh, aku berharap ia tidak berteriak di telingaku lagi. Rasanya tidak nyaman. Suara Gray sangat nyaring.

"Tidak. Kita benar-benar hanya turun dari jendela."

Aku meloncat dari jendela.

Gray dan Cray berteriak secara bersamaan, namun tak lama kemudian mereka berhenti. Aku dapat merasakan rasa terkejut mereka.

Ya, kita benar-benar hanya turun dari jendela.

Aku menciptakan pijakan tangga dari angin dan turun menggunakan tangga angin tersebut.

Sesampainya di paling bawah, aku segera berlari menuju gedung akademi. Sungguh, aku bersyukur tidak ada hal yang menghalangi.

"Eh? Froste, kenapa kau sendiri!? Di mana Relliana dan murid lainnya!?" Fio berdiri di depan pintu gedung akademi. Aku menyerahkan Marie, Gray, dan Cray kepadanya.

Aku menatap Fio bingung sebelum perasaanku berubah menjadi tidak enak. "Relliana dan murid kelas 1 lainnya... Belum datang?"

Fio mengangguk. Tubuhku membeku. "Aku... Akan mencari mereka!" Ujarku dan langsung pergi dari gedung.

"Eh!? Froste, hati-hati!" Aku mendengar seruan Fio secara samar-samar.

Di mana mereka? Di mana mereka? Tidak mungkin, kan, mereka tertangkap? Relliana itu kuat!

Dengan Air: Detector, aku mencari keberadaan mereka. Ah, ada!

Tunggu... Ada sesuatu di dalam area gedung akademi yang menjebak mereka!? Apa ada musuh yang berhasil menyusup!?

"Sial!" Aku mengumpat secara tidak sadar dan segera pergi ke tempat murid-murid berada.

Sesampainya di sana, aku dapat melihat kabut hitam yang besar. Dengan elemen angin, aku menerbangkan diriku ke atas kabut tersebut.

Pemandangan di dalam kabut tersebut, membuatku merasa panas.

Sosok salah satu muridku, Alice Reffisa, yang menyelimuti seluruh murid dan dirinya dengan kubah berwarna putih transparan... Circle Protection dari Support Magic.

Lalu, sosok wanita berambut hitam yang hendak menyerang mereka. Aku segera turun dengan kecepatan tinggi menuju di depan Alice dan mengeluarkan sihirku.

"Air: Sharp Wind!"

Anginku menahan serangan wanita tersebut.

"Menyerang sekumpulan anak-anak... Sebegitu rendahkah harga dirimu?" Aku menatapnya dingin.

°°°

Normal PoV

Reiky, nama dari wanita berambut hitam tersebut. Ia menatap Froste dengan mata yang sedikit melebar, sebelum berubah menjadi tajam.

"Salah satu penyihir terkuat di dunia, Froste Gillyard... Menyusahkan saja," gumam Reiky.

Froste memandang Alice yang berdiri paling depan, sebelum mengembalikan pandangannya ke depan. "Alice. Tetap berada di belakangku dan lindungi yang lain. Jangan bergerak dari sana."

"T-tapi--!!"

"Ini perintah dari seorang guru." Froste memotong dengan serius. Semua murid baru kali ini melihat Froste seserius itu.

"S-saya mengerti!" Jawab Alice.

Froste memandang Reiky yang terdiam di tempat. Tidak berapa detik kemudian, Reiky kembali bergerak.

"Fire: Cannon Fire." Reiky menjulurkan tangannya.

Api berkumpul di tangan Reiky dan membentuk sebuah meriam besar. Meriam yang terbuat dari api membara. Reiky mengangkat meriam tersebut dan langsung menembaknya ke arah Froste.

Froste menatap sejumlah api yang sangat besar tersebut dengan datar. "Air: Wind Ball."

Angin kencang segera berkumpul di depan Froste dengan cepat dan menangkap api tersebut. Sejumlah api besar yang datang dengan kecepatan tinggi, dengan mudahnya terkurung di dalam bola angin Froste.

Reiky membulatkan kedua bola mata terkejut. Sepanjang hidupnya, ia tidak pernah melihat ada seseorang yang dapat menahan api dari meriam apinya.

Froste mengangkat bola angin berisikan api tersebut dengan tangan kosongnya. Ia melemparkannya ke arah Reiky.

Reiky yang baru sadar dari efek terkejutnya segera menghindar dari lemparan Froste. Tapi tanpa disangkanya, bola angin tersebut mengikuti Reiky. Bahkan gerakannya semakin cepat.

"Tch!" Reiky kembali memunculkan apinya dalam jumlah besar dan melemparnya ke arah bola angin tersebut.

DUAR!!

Terciptanya ledakan ketika kedua api berjumlah besar tersebut bertemu tidak dapat dihindari. Asap menyebar ke mana-mana. Bahkan asapnya juga menyebar ke luar kurungan kabut Reiky.

Reiky terbatuk-batuk ketika tidak sengaja menghirup asapnya dari jarak dekat. Hal itu membuat kewaspadaannya sedikit melemah.

Sesosok bayangan terlihat mendekati Reiky. Sebelum Reiky sempat bereaksi, Froste sudah tiba di depannya dan menendang perut Reiky. Reiky terdorong ke belakang beberapa langkah.

"Uhk!!" Reiky meringis kesakitan. Padahal itu hanya tendangan, tapi mengapa terasa benar-benar nyeri?

Mata Reiky menangkap angin yang menyelimuti bagian betis ke bawah dari Froste.

Froste memandangnya. "Belum pingsan? Hebat juga. Biasanya orang-orang langsung pingsan setelah menerima tendangan tadi. Daya tahanmu tinggi, ya," pujinya dengan datar.

Belum sempat Reiky bergerak, Froste kembali mendekati dan kali ini memukulnya dengan tinju yang terselimuti elemennya. Hanya saja, Reiky berhasil menahannya.

Gerakan Reiky kali ini benar-benar terkunci. Pertarungan jarak dekat tidak pernah menjadi keahliannya.

Setiap kali ia berusaha menciptakan api, angin milik Froste akan segera melenyapkannya.

Dalam keadaan seperti ini, Reiky tidak dapat menciptakan kabutnya. Mengeluarkan kabutnya membutuhkan konsentrasi, dan Reiky saat ini harus berkonsentrasi dalam menghindari pukulan dan tendangan Froste, bukan menciptakan kabut.

"Reiky~ Kau terlihat kesulitan? Kau mau aku datang membantu?" Sebuah suara ceria langsung memasuki pikiran Reiky.

Perempatan muncul dengan samar-samar di wajah datar Reiky. Ia menghindari pukulan Froste yang hampir mengenainya karena sedikit teralihkan dengan suara si bodoh, yang sayangnya, merupakan satu-satunya temannya.

"Terserah." Reiky menjawab dengan kesan tanpa emosi.

Meski jawabannya seperti itu, sebenarnya Reiky memang mengharapkan si bodoh bermata emas tersebut datang menolongnya.

Dia memang bodoh, tapi ia tidak lemah. Griff adalah salah satu yang terkuat dalam bidang kekuatan fisik. 

"Aduh~ Reiky! Aku sakit hati, lho, ketika kau bilang aku bodoh!"

Suara yang sangat familiar untuk seluruh murid dan Froste. Suara ceria yang dulunya disukai seluruh penghuni sekolah (kecuali untuk beberapa orang tertentu).

Froste membuka suaranya duluan. "Griff Vernclift. Berkenan menjelaskan apa maksudnya ini?"

Griff tersenyum nakal. "Ini seperti apa yang kau lihat, Mister Froste! Aku Griff Vernclift, dari kelompok Velnias!"

Griff menunjuk Reiky. "Dia Reiky Airen! Temanku dari kelompok yang sama!"

Reiky menatapnya kesal.

"Hehe! Kami mempunyai misi untuk menangkap dan membawa salah satu siswi kelas 1 Amare Academy yang merupakan pengguna Support Magic! Kami tidak memiliki niat buruk untuk menyakiti yang lainnya, jadi bisakah kau berikan Alice Reffisa pada kami?" Tanya Griff dengan senyum kekanakan.

"Huh!?" Alice terkejut ketika namanya disebut.

"Alice Reffisa adalah salah satu murid di akademi ini. Aku tidak akan membiarkan kau membawanya ke mana pun," jawab Froste tanpa berpikir dua kali.

Wajah Griff berubah muram. "Ah~ itu penolakan, ya?"

Sebuah senyum manis tiba-tiba muncul kembali di wajahnya. "Sayangnya, kami tidak menerima penolakan! Kalian akan mengganggu, jadi silakan tidur sejenak!"

"Air: Sleepy Gust~!"

Hembusan angin yang kencang segera menyelimuti mereka semua dengan kecepatan luar biasa.

Saking kencangnya, Circle Protection milik Alice yang memang sudah melemah hancur. Hembusan angin tersebut segera menyelimuti seluruh murid. Perlahan, satu persatu murid mulai tertidur.

Tidak terkecuali Alice, Aven, dan Viel. Untuk Aven dan Viel, mereka tidak sempat bereaksi saat Griff melancarkan sihirnya.

Angin tersebut juga berhembus menyelimuti Froste, namun Froste dapat menahannya.

"Kau--!"

Griff tiba-tiba muncul di depan Froste dan memukul Froste dengan sangat kuat.

Griff dan Reiky bersumpah dapat mendengar suara tubuh Froste yang menabrak kabut Reiky dengan keras. Sungguh sebuah keajaiban ketika Froste masih bergerak setelahnya.

Froste tidak kehilangan kesadaran, namun ia tidak dapat berdiri. Gerakan tubuhnya terbatas. Ditambah lagi tubuhnya segera ditahan dengan angin lain.

Ia tidak dapat berbuat apa-apa ketika Griff mengangkat tubuh salah satu muridnya, Alice.

Mereka menghilang dalam sekejap bersamaan dengan hilangnya kesadaran Froste.

°°°

"Orang tadi monster."

Reiky menatap Griff. Ia tidak dapat berkata apa-apa ketika melihat betapa seriusnya wajah Griff.

"Tapi kita mengalahkannya...," ujar Reiky, namun dengan nada keraguan.

"Ia sama sekali tidak terpengaruh dengan tekanan kabutmu. Ia tidak langsung pingsan--atau bahkan kehilangan nyawa--ketika aku memukulnya," jelas Griff.

Reiky segera menyela. "Dia menyelimuti dirinya dengan sihir angin untuk menahan pukulanmu."

Griff tersenyum. "Justru karena itu."

"Huh?" Reiky clueless.

"Ia masih sempat menyelimuti dirinya dengan sihir angin di antara jeda saat aku muncul di depannya dan memukulnya. Jedanya mungkin hanya sepersekian detik, kau tahu. Tapi dia masih sempat menyelimuti dirinya dengan sihirnya."

Reiky tertegun. Ia baru menyadarinya.

Griff tertawa melihat wajah Reiky. "Sepertinya yang bodoh di sini itu Reiky, ya~," godanya.

Wajah Reiky memerah. "Diam," tukasnya segera.

Griff menyeringai semangat. "Yang jelas, soal Froste Gillyard. Panggilan sebagai salah satu penyihir terkuat bukan julukan semata."

Ia menghilangkan seringainya dan kembali dengan senyum bodohnya. "Yak! Sudah berbicaranya! Mari kita kembali! Aku akan mengabarkan yang lain bahwa misi berhasil dilaksanakan!"

°°°

Bonus

Fun Fact 1:
Velnias aku ambil dari bahasa Lithuania, yang berarti Iblis. Nama yang sangat biasa, bukan?

Fun Fact 2:
Sihir Air: Detector adalah sihir yang bergerak otomatis. Namun, pengguna sihir ini harus dapat menghafal tempat yang digunakan agar sihir ini bekerja baik. Hanya jenius yang dapat menggunakannya dengan sempurna. Froste salah satu jenius itu.

°°°

Akhirnya selesai! Ini telat banget astaga!!

Makasih sudah mau baca cerita ini! Aku benar-benar berterima kasih! Makasih banyak! Maafkan ketelatan updateku! Maaf!!

Thank you for reading this chapter!
If you like this story, you can appreciated me with like and comment!
See you in the chapter 13!

°°°

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top