Sepatu Roda Vs Skate Board
Kafka benar-benar menepati ucapannya. Hari ini pertandingan akan dilaksanakan pukul 7 pagi. Ia dan Sashi berangkat menggunakan pesawat sewaan pukul 3 pagi.
Sashi sejak semalam sudah Kafka ajak menginap di hotel dekat bandara, agar lebih memudahkan mereka.
Sashi baru terlelap pukul 12 malam tadi. Itupun dengan bantuan obat tidur. Akhirnya, Kafka memutuskan menggendong Sashi karena ia yakin, Sashi tidak akan bisa ia bangunkan.
Sashi akan selalu seperti ini. Di usianya yang sudah 21 tahun tidak membuat ketakutannya menghilang. Ketakutan akan orang yang ada di Singapura dan kenangan di sekitar Singapura.
Ini adalah hal terbaik yang bisa dilakukan Kafka. Kafka bisa saja membatalkan ke ikut sertaan Sashi di olimpiade kali ini, tapi Kafka yakin Sashi akan kecewa. Karena perlombaan ini adalah nyawa Sashi.
Hal yang bisa membuat Sashi berekspresi lain seperti tersenyum. Hal yang sangat jarang Sashi lakukan jika dihadapan orang lain.
Mereka sampai di sana saat waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Jeda waktu yang sangat sedikit untuk Sashi bersiap.
"Sas, udah siap?" tanya Kafka dari luar tempat ganti yang tersedia disana.
"I'm ready."
Sashi berjalan meninggalkan Kafka dan mulai menuju ke arena. Kafka sangat suka saat seperti ini. Saat dimana Sashi bisa tersenyum, berdecak sebal, ataupun berekspresi lain. Meskipun tertutup cadar, tapi Kafka bisa melihat semua itu dari mata Sashi. Mata indah yang selama ini selalu terlihat dingin dan tanpa semangat.
"So, lets get the winner" ucap Kafka menyemangati Sashi.
***
Mereka sudah kembali ke Jakarta menggunakan waktu penerbangan terakhir.
Seperti biasa, Sashi memenangkan kejuaraan tersebut.
"Kamu pulang ke rumah aja ya." pinta Kafka.
"No, aku mau ke apart." bantah Sashi,
"Sama siapa kamu tidur?" tanya Kafka menyelidik.
"Sendirian." jawab Sashi pelan.
"Oke, aku akan menginap kalo gitu." putus Kafka "Dan gak ada bantahan!" tambahnya saat melihat Sashi yang hendak protes.
Sashi menghembuskan nafas lelah. Padahal ia hanya ingin menyendiri, tapi selalu saja Kafka tak membiarkannya sendirian.
"Mau cari makan dulu gak?" tanya Kafka saat taksi yang mereka tumpangi mulai meninggalkan bandara.
"Aku mau langsung pulang." jawab Sashi.
"Aku delivery fast food 24 jam aja deh ya? Takut nanti kamu lapar."
Sashi hanya mengangguk dan bersandar di kursi penumpang menghadap jendela.
Kafka menarik Sashi membawanya kepelukan. Kafka tidak peduli sang supir mengintip atau apapun. Yang jelas ia hanya ingin memeluk Sashi. Memeluk kesayangannya yang rapuh.
Setengah jam kemudian mereka sudah sampai di apartment yang Sashi beli dari uang hasil perlombaan Sashi yang selama ini ia menangkan.
"Kamu mandi gih sekalian siapin baju untuk aku. Bentar lagi pesanan kita datang, biar aku yang siapin nanti." perintah Kafka.
Sashi menurut dan segera masuk kedalam kamar. Sashi mengeluarkan pakaian ganti untuknya dan Kafka. Setelahnya, Sashi segera masuk ke kamar mandi untuk membasuh tubuh lelahnya. Sashi memilih berendam sebentar untuk menghilangkan penat yang melanda tubuhnya. Biarpun jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi, tapi tak mengurangi niatnya untuk berendam.
Keluar dari kamar mandi, pakaian Kafka yang ia siapkan di atas ranjang telah hilang.
Pasti Kafka pakai kamar mandi luar. batin Sashi.
Sashi segera melangkah ke ruang tamu saat mencium aroma makanan. Di meja depan tv sudah tertata beberapa jenis makanan dengan minuman air mineral dan coklat panas.
"Ayok makan! Aku udah lapar." ajak Kafka.
Mereka makan dalam hening. Begitu selesai makan, Sashi langsung masuk ke kamar sementara Kafka mencuci piring dan gelas bekas makan mereka.
Kafka masuk ke kamar dan melihat Sashi yang sudah bergulung dengan selimut. Tapi satu keyakinan Kafka, Sashi tidak tidur. Tepatnya hanya berpura-pura tidur.
"Tidurlah! Aku disini." ujar Kafka sambil memeluk Sashi dari belakang.
***
Matahari minggu pagi mulai menyusup masuk ke sela kamar. Membangunkan Sashi yang baru terlelap beberapa jam lalu. Sashi mengerang sebelum bangkit dari kasur menuju kamar mandi. Sashi memutuskan akan berjalan-jalan sejenak di taman.
Jam masih menunjukkan pukul 6 saat Sashi keluar dari apartment nya. Sambil menenteng sepatu roda. Sashi pergi ke taman yang biasa ia datangi.
Ia perlu udara segar untuk menjernihkan pikirannya. Dan pemandangan indah di taman yang pastinya tidak pernah ia rasakan.
***
"Anjirrr... Yayang gue menang lagi." pekik seorang laki-laki.
"Berisik tai." balas temannya.
"Diem lo onta! Gue lagi seneng. Pacar gue menang lagi dong." ujarnya sambil memamerkan berita online yang sedang ia baca di ponsel.
"Alah,,, dia juga kaga bakalan tau kalo lo idup Nan. Lagian apa yang lo suka dari dia sih? Mukanya aja gak keliatan." balas temannya yang lain.
"Lo gak tau seberapa cintanya gue cuma lihat mata dan gerak tubuhnya. Matanya hidup coy waktu dia lagi memanah." terangnya dengan mata yang berbinar bahagia.
"Mata kalo idup bisa loncat dari kelopaknya lah." cibir sahabat yang satunya.
"Alah kampret lo! Ganggu kesenangan gue aja. Udah ayo kita nge skate seputeran lagi, abis itu balik. Gue udah laper" ucap lelaki yang di panggil "Nan" itu.
***
Sudah satu jam lebih Sashi berputar-putar menggunakan sepatu rodanya. Sashi mengeluarkan ponselnya tanpa berhenti melangkah dengan sepatu rodanya.
Ponselnya berdering dan panggilan masuk dari Kafka tertera di layar ponsel itu.
"Hallo Ka" sapa Sashi saat mengangkat panggilannya.
"Ini gue Vina. Lo dimana? Gue baru sampe apart malah disambut muka bantal Kafka."
"Lagi sepatu rodaan di taman layang."
"Yaudah gue nyusul kesana sama Kafka. Dia ngajak sarapan diluar."
Sashi yang sedang mengobrol dengan Vina sampai tidak sadar dari arah berlawanan 3 orang menggunakan skate board melaju kencang kearahnya.
"Bay awas liat depan!" teriak salah satu temannya.
Seseorang yang dipanggil Bay hanya diam saja karena ia menggunakan headphone di telinganya.
Sashi mengangkat pandangannya yang sedari tadi menunduk. Lalu semua terjadi dengan begitu cepat. Sashi tertabrak dan terjatuh cukup kencang.
Brugghhhh
Ponsel yang sedari tadi digenggam Sashi entah terbang kemana.
"Ahhh" teriak mereka bersamaan.
Jakarta, 6 November 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top