[Novel] Almond - Sohn Won-Pyung
Judul : Almond
Penulis : Sohn Won-Pyung
Tahun : 2017
Penerbit : Grasindo
Penerjemah : Suci Anggunisa Pertiwi
Jumlah Halaman : 222
Prolog :
Aku memiliki almond. Kau pun juga memilikinya. Seseorang yang paling kauhargai atau bahkan kaulaknat juga memilikinya. Namun tak seorang pun dapat merasakannya. Yang mereka tahu hanya almond itu ada.
Pada intinya, cerita ini mengisahkan tentang aku seorang monster yang bertemu dengan monster yang lain. Namun, aku tak ingin memberitahu apakah kisah ini berakhir sedih atau Bahagia. Alasannya adalah pertama, Ketika aku memberitahu kesimpulannya, dalam sekejapsemua cerita ini akan menjadi datar. Kedua, dengan begitu kemungkinan kau dapat menghayati isi cerita sedikit lebih besar. Ketiga, sebenarnya baik aku, kau, siapa pun tidak akan pernah tahu cerita ini akan berakhir sedih atau bahagia.
Cuap-cuap pembaca:
Yoon Jae terlahir tanpa almond. Almond adalah sebutan Yoon Jae untuk amigdala yang merupakan bagian dari otak untuk memproses rasa takut, kesal, senang, atau benci. Sehingga anak-anak sering mengolok Yoon Jae sebagai robot, monster, dan tanpa perasaan. Karena ia ditakdirkan tidak bisa merasakan tawa, tangis, juga kesedihan.
Oleh sebab itu, ibu Yoon Jae mengajar habis-habisan agar Yoon Jae dapat bersandiwara di tengah masyarakat. Seperti kapan tawa dalam canda boleh keluar, bagaimana cara berkelakar, sampai melindungi diri dengan menunjukkan sedikit rasa takut dan agresifitas.
Sebagai pembaca, kita ikut merasakan kehampaan emosi Yoon Jae. Ikut mempertanyakan kenapa dalam bersosialisasi butuh sedikit memalsukan senyum dan sopan santun. Harus marah saat dihina, harus menyanjung teman yang sedang pamer barang baru. Harus normal, padahal secara struktural kita berfungsi dengan baik dalam masyarakat.
Awalnya Yoon Jae skeptis. Otak remajanya berpikir bahwa ia tidak butuh siapa-siapa untuk bertahan hidup. Hanya butuh terlihat normal, agar proses belajar di sekolah tidak diganggu perundung yang penasaran. Sampai malam natal tiba, ibu dan nenek Yong Jae ditusuk orang tidak dikenal yang mengamuk karena depresi berkepanjangan.
Nenek meninggal, sang ibu koma. Yoon Jae benar-benar sendirian dan harus bertahan hidup dengan cara bersosialisasi. Ia memiliki tetangga baik hati yang kemudian menjadi walinya Prof. Shim. Tetapi professor tidak mengajari Yoon Jae cara menanggulangi emosi. Hanya membantu Yoon Jae mengeksplor beberapa perasaan dan menamai mereka sebagai cemas, kesepian, dan khawatir.
Yoon Jae terpaksa bersandiwara. Bakat aktingnya semakin tertantang saat Gon muncul, sebagai perundung sekaligus teman yang paling mengerti Yoon Jae. Gon adalah tipikal remaja emosional penuh amarah yang menyelesaikan masalah dengan tinju. Ia tidak tahu cara bernegosiasi kecuali dengan kekerasan.
Gon sendiri adalah anak yang dulu diculik lama dan akhirnya kembali setelah sang ayah menemukannya dari keluarga imigran Taiwan. Kehidupan Gon jelas sangat berat. Ia tidak punya ikatan batin dengan ayah kandungnya sehingga terjadi pertengkaran di rumah. Yoon Jae yang terjebak di situasi tersebut hanya bisa menjadi samsak tinju Gon.
Anehnya, Yoon Jae justru penasaran pada sikap dan tindak-tanduk Gon. Sehingga mereka menjadi teman yang saling menggali satu sama lain.
Novel ini dibawakan secara ringan, sekaligus berat dalam tema. Kita akan dibuat khawatir, apakah Yoon Jae mampu hidup mandiri dengan segala keterbatasan emosi miliknya. Apalagi biaya pengobata ibunya yang mahal. Lingkar pertemanan Yoon Jae juga buruk. Tetapi ia memiliki tetangga dan Gon yang bisa mengerti dirinya.
Dari satu bab ke bab lain, kita mengikuti perkembangan emosi Yoon Jae, juga jalan cerita yang semakin kompleks dan berbelit. Berawal dari belajar mengenal emosi sederhana, sampai Yoon Jae mulai mempelajari apa itu cinta dan harapan.
Kita dibawa dalam dunia abu-abu yang semakin lama semakin berwarna. Novel Almond cocok dibaca saat santai sambil mengenal emosi, yang mungkin kita lupakan saat berinteraksi sehari-hari.
Nilai : 8/10
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top