NoK 5: Cool Kids
NoK dalam;
Cool Kids
Perjalanan selama lebih dari dua puluh jam pesawat menimbulkan jutaan letup ketakutan dalam hati Dinan. Belum pernah sekalipun dia mengajak Kimmy dalam perjalanan lintas negara, apalagi kali ini lintas benua. Bertekad memberikan pelayanan terbaik bagi puteri terkasihnya, Dinan memesan dua tiket flatbed agar bayi gemuk bisa istirahat sepanjang perjalanan. Segala kebutuhan Kimmy sudah disiapkan dalam tas punggungnya. Dan Ana, si tukang ngomel berubah menjadi lebih kooperatif selama proses mengemas barang-barang apa saja yang akan mereka bawa ke Jakarta.
Barang yang tidak diperlukan akan mereka bawa ke toko barang bekas atau memasukannya ke badan donasi. Mengingat mahalnya biaya bagasi pesawat memang lebih bijak memilih barang sesuai kebutuhan.
"Din, koper yang ini isinya apa?" Ana menggeret koper cokelat keluar dari kamar Dinan.
"Baju Kimmy," jawab Dinan sambil menuang sereal ke mangkok.
"Yang biru ini?" Ana menunjuk koper di sebelahnya.
"Tas, sepatu, dan perintilan Kimmy." Dinan mulai menyuap serealnya.
"Kalo yang hitam?"
Dinan diam sejenak. Dia tidak ingat apa isi koper hitam. "Nggak tahu."
Ana menggeram kesal. Tangannya cekatan membuka resleting koper dan membelalak kaget. "Ini apa-apaan?" Serunya.
"Hah?" Dinan mengangkat bokongnya mendekati Ana. Matanya ikut membesar sempurna. Luar biasa kaget akan isi koper satu ini.
"Kimmy!" Ana berlari masuk ke kamarnya dan kembali matanya membelalak kaget mendapati keponakannya tidak ada. Dan kondisi meja riasnya berantakan. Dia berlari ke kamar Dinan yang baru dua menit lalu ditinggalkan. "KIMMY!!"
Dinan menyusul Ana masuk kamarnya. Jika suara kuat Ana sudah keluar ditambah Kimmy dalam radius kurang dari sepuluh meter, jelas keributan antar tante dan keponakan yang layaknya queen dan princess babbling bakal terlaksana.
"Kamu ya grrrt." Ana berusaha kuat menahan emosinya yang siap menyembur.
Kimmy dengan santai membalik badannya dari depan cermin yang terpasang pada lemari. Wajahnya tidak terpengaruh kemarahan Ana yang tercetak pada tiap inci rona wajah tantenya itu. Sering kena omel Ana membikin Kimmy membangun imun terhadap beragam omelan.
"Ana noisy. I am busy now. I talk to you later," kata Kimmy. Dia kembali menyapukan brush blush-on yang dia dapatkan dari dalam tas makeup Ana yang ditaruh di meja rias. Dia menyapukan brush pada pipi, dahi, kening, hidung, mata, bahkan leher dan lengannya. Dia ingin tampil memukau seperti yang orang-orang bilang tiap melihat Ana keluar rumah setelah menggunakan brush pada wajahnya. Mereka bilang Ana cool kids.
"Dinan," rengek Ana sambil menggoyang lengan abangnya. Mengesalkan sekali mengetahui produk kecantikan yang kau beli dengan menabung uang jajan selama sebulan harus sia-sia dimainkan keponakan sendiri. Entah Kimmy melakukan dengan sengaja atau tidak, satu kotak blush-on keluaran terbaru MAC teronggok di lantai dan isinya berserakan. Kimmy membungkuk, brush yang ada pada tangannya mengusap isi kotak blush-on yang berserakan di lantai lalu balik menekuni cermin dan memoles mukanya dengan brush.
"Itu brush mahal," rengek Ana makin menjadi.
Dinan menggaruk pelipisnya menggunakan ibu jari. Situasi lucu sebenarnya tapi agak merepotkan karena dia terjebak di antara dua perempuan bawel, satu bayi perempuannya dan satu lagi adik perempuannya.
"Kim, brush itu milik Ana-"
"Blush-on juga punya gue," potong Ana nyolot.
Dinan menghela napas pasrah. "Dan blush-on juga. Apa kamu minta izin Ana sewaktu mengambil brush dan blush-on di kamar Ana?"
"Papa." Kimmy membalik badannya, dia melempar brush Ana ke lantai. Ana terpekik melihat ulah bayi gemuk yang sengaja membuang barang bukti kenakalan. Dia merentangkan tangannya dan meminta pelukan Dinan yang selalu sigap mengangkat bobot berat badannya.
Ana mengambil brush yang baru dua kali dia pakai dengan khidmat. Lalu jemarinya mengusap serakan blush-on pada lantai. Detik berikutnya beralih menatap kesal Kimmy yang digendong Dinan. "Kimmy gantiin brush dan blush-on aku," pinta Ana berapi-api.
"Gimana bisa menggantikan? Kimmy belum punya uang. Nanti gue yang ganti, oke?" Dinan berusaha menengahi yang berujung Ana keluar kamar sambil menghentak-hentakan kakinya penuh amarah.
"Ana galak, papa," adu Kimmy.
Dinan mengelus rambut kecokelatan Kimmy sambil berucap, "Ana sayang Kimmy jadi tolong Kimmy jangan buat Ana kesal. Kita mau ke Jakarta, nanti Kimmy kangen Ana loh. Ana nggak ikut kita ke Jakarta karena harus belajar di sini."
"I don't like Ana."
"Jangan bilang begitu. Ana baik dan sayang Kimmy seperti papa sayang Kimmy." Dinan memilih keluar kamar dan menyelesaikan kegiatan mengemas. Selain itu ada yang perlu dia tanyakan ke Kimmy. Ana duduk di kursi tempatnya tadi makan sereal, menatap malas pada papa dan anak itu. Dinan memaklumi kemarahan Ana. Dia ingin fokus terhadap Kimmy dulu baru membaik-baiki adiknya.
"Kim, isi koper ini apa?" Dinan menurunkan Kimmy di depan koper hitam.
"Aku bantu Ana packing my stuffs." Kimmy berkata riang.
"Oh ya? Wow, good girl. Thank you for helping Ana," kata Dinan tulus. Suara dengusan sebal Ana terdengar jelas di telinganya namun dia tidak acuhkan. "Tapi papa mau tahu apa isi koper ini."
Kimmy menarik benda yang ada di dalam koper dalam satu kali usaha. Dinan terkejut mengetahui betapa kuat bayi tiga tahunnya. Sebuah vacum cleaner mini keluar dari koper. Belum sampai di situ, Kimmy mengambil benda lain pada dasar koper. Tiga bungkus raisins, lima bungkus skittles, dua cadburry yang lumer, dan satu bungkus potato chip yang sudah terbuka kemasannya.
Tidak perlu usaha mengintip isi dalam koper, Dinan yakin sisi dalamnya sudah kotor oleh makanan yang disimpan Kimmy. Ana dengan sengaja berjalan melintas dekat mereka dan memamerkan wajah mengejeknya pada Dinan sebelum dia masuk ke kamar. Dinan mengusap rambutnya gemas.
Apa ini juga dialami papa lain?
"Kim, harusnya kamu minta tolong papa kalau mau menyimpan sesuatu. Papa akan bantu kamu," kata Dinan yang sesungguhnya kehilangan ide mengatasi masalah ini tanpa membuat Kimmy merasa bersalah dan tertekan atau terganggu perkembangan psikologisnya.
"Aku bantu papa," sahut Kimmy lebih menggebu. "Papa busy, Ana busy, aku busy."
Dinan menyerah. Dia lelah mengemas barang kebutuhan mereka ke dalam enam koper yang mana harusnya berjumlah tujuh koper. Dia ikhlaskan satu koper tidak berguna akibat ulah 'membantu' versi Kimmy. Malam ini mereka butuh istirahat. Dan besok mereka akan mengambil penerbangan pagi.
"Ayo tidur, Kim. Kamu butuh cuci muka dan gosok gigi." Tangan mereka bergandengan menuju kamar. Kimmy berjalan melompat-lompat, dia tidak sabar menunggu datangnya acara jalan-jalan. Dinan dan Ana tidak cukup memberinya pemahaman akan makna pindah dan Kimmy menganggapnya pindah serupa jalan-jalan.
***
16/10/2020
I wish that I could be like a cool kid like Kimmy 😚⭐
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top