NoK 4
Kemarin murid gw yg kelas satu cerita tentang pembentukan galaksi pake bahasa Inggris. Dia bilang yellow dwarf, red dwarf, dan sebangsanya (gw taunya dwarf tu manusia kecil di dongeng Putih Salju yang gali2 goa dong). Seketika gw merasa mengalami BIG BANG di kepala!
Kalo lo punya pengalaman serupa, komen di bawah. Bantu gw ngakak dengan pengalaman tulul lo sebagai adult di depan anak kecil.
Lizzy resmi nggak kerja mengasuh Kimmy. Dia akan fokus pada terapi kesehatannya. Apa kehidupan berjalan semulus dalam film? Kami siap pindah ke Jakarta? Pesawat landing sempurna di Soetta? Keluargaku menyambut suka-cita di bandara?
NOOOOOO!!
Dinan dengan brengseknya memintaku mengasuh Kimmy selama dia memproses pengunduran dirinya di kantor. Fine, good news Dinan memutuskan pindah ke Jakarta bersama bayi gemuknya. Tapi nggak serta-merta aku bisa menebar konfeti rencana ini berhasil sempurna.
Ingat, kesempurnaan milik Tuhan. Dan aku bersama pria paling nggak banget. Hey, aku sedang menjalani studi S2 di NY dan aku punya pekerjaan selama menyusun tesis sebagai nanny. Yeah, nanny bayi gemuk. Semua kacau karena ulah abang berengsekku.
"Kenapa pulang malam?" Aku mencegat Dinan yang sudah siap masuk ke dalam kamarnya.
"Gue mau resign, An. Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Pengganti gue juga belum datang," kata Dinan yang menurutku nggak make sense.
"Lembur sampai jam setengah dua belas? Nggak berlebihan?" Aku menahan kenop pintu kamarnya. Nggak boleh ada acara kabur dalam percakapan kali ini.
"Hah? Setengah dua belas?" Dinan mengecek jam di pergelangan tangannya lalu mengambil ponselnya di saku celana. Senyumnya terbit entah dia melihat apa di layar ponselnya.
"Kimmy ultah dalam setengah jam lagi," kata Dinan menjawab rasa penasaranku.
"Beneran?" Aku berlari menuju kalender yang menempel di dapur. Dan benar saja, ada tulisan 'fatty baby's day' esok hari. Aku segera berbalik mencari Dinan tapi dia sudah bersandar pada kusen pintu dapur. Memasang senyum sok manisnya.
"Kita sibuk berdebat selama sebulan ini sampai lupa tanggal ulang tahun Kimmy," kata Dinan sambil menarik satu kursi pada coffeebar.
"Lagian resign lama banget prosesnya. Sudah sebulan lo mengajukan resign dan sampai sekarang belum juga kita bisa hengkang dari sini." Aku mengomel sambil menuang susu kotakan yang aku ambil dari kulkas ke dalam gelas lalu mengangsurkan pada Dinan.
"Gue anggap perdebatan kita sebagai sarana bonding terspektakuler," candanya memakai kata kesukaanku. Spektakuler.
"Sudah siap dengan rumah dan pekerjaan di sana?" Aku duduk di sisinya.
"Kemarin ada tawaran. Daerah Jakarta pusat. Gue sudah hubungi agen yang bisa urus kepindahan gue dan Kimmy. Mereka yang akan atur tempat tinggal. Gue pilih apartemen untuk sementara. Lo sendiri gimana kalau gue balik ke Jakarta?"
"Nggak gimana-gimana. Cari flat yang lebih kecil. Atau move in ke flat Ricky-"
"Jangan bermimpi lo bisa move in. Gue bisa membatalkan rencana kepindahan gue kalau lo berani pindah ke flat Ricky. Lagian siapa Ricky?"
"He's a gay. I'll be safe around him. Orientasi dia nggak ke vagina. Kalau lo ketemu dia, pasti dia naksir lo. Dia suka cowok manis kayak lo gitu."
"Masak? Gue susah percaya," mata Dinan memicing.
Repot memang punya Abang yang punya hobi menganalisis, detail oriented, dan pintar pakai topeng menutupi perasaannya. Dinan satu contohnya, susah aku kibuli.
"Lo tetap tidak boleh pindah ke flat Ricky. Siapa yang menjamin dia tidak akan berubah err..." tampang Dinan memerah. Aku tahu dia pasti malu mengutarakan 'apa' yang menggantung dalam kepala.
"Maksud lo dia bisa saja balik normal dan nyerang gue?"
Dinan tersenyum kikuk. Ampun deh, Dinan tinggal di sini lama masih saja malu ngomong hal yang yeah di Jakarta saja omongan begini lumrah. Ye kan?
"Gue berpikir mungkin dia bukan hanya normal. Semacam eum ya," katanya mirip cara Kimmy bergumam tiap takut salah.
"Oh, maksud lo yang bercabang dua? Mungkin masih ada prospek ke situ tapi gue yakin bukan gue tipe Ricky. Udah lupakan Ricky. Gimana soal Fatty Baby's day? Mau adakan apa? Beli cake?"
Muka Dinan yang kaku berubah cerah. Memang Kimmy selalu bikin abang kaku satu ini bisa jadi cowok hangat dan cute. "Gue belum siapkan kado juga," gumam Dinan.
"Tanya gue dong. Pasti gue bantu," sahutku penuh semangat. Secara ya dua belas jam lebih momong si bocah mirip karung beras, aku ada ide kado yang pasti bisa bikin Kimmy senang.
Dinan bukannya senang malah menggeleng. "Gue mau beli kado sendiri. Terima kasih buat tawaran bantuan lo."
Kenapa sih abang satu ini susah banget terima uluran tangan gue?
***
Besoknya Dinan masih bekerja. Yups, di hari ulang tahun anak satu-satunya dia masih berangkat kerja. Satu janjinya dia sebelum keluar flat, dia bakal pulang cepat.
Well, dia datang cepat. Jam lima. Aku menjerit girang lihat Dinan datang membawa beberapa paperbag, dan satu kotak kue misterius. Boleh juga perhatiannya ke anak, buat yang satu ini aku acungin jempol.
Berpura-pura pergi ke supermarket untuk membeli telur, aku dan Kimmy memberi waktu Dinan menyiapkan pesta kejutan. Aku sih yang tepatnya memberi keleluasan Dinan mengeksplorasi sisi kreatifnya. Dia sebenarnya papa yang peduli anak, kerja gila juga uangnya mengalir demi kebutuhan si baby. Buktinya jelas, kulkas nggak pernah sepi. Dan Kimmy bisa menyalurkan hobi kunyah-kunyah tiap saat.
Satu jam mengitari supermarket demi telur dan beberapa bungkus skittles, aku dan Kimmy balik ke flat. Sepanjang jalan aku berusaha menghubungi Dinan, dia terlalu fokus sama pesta kejutan ya sampai nggak angkat teleponku. Harapanku semoga my bro sudah kelar menyiapkan kejutan.
Saat pintu flat dibuka, aku berdecak. Mestinya ruangan dibuat gelap, pas lampu nyala, TARAA Dinan nongol bawa cake ultah. Perfect but mainstream. So, aku masih melanjutkan peranku di depan Kimmy, berlakon nggak ada perayaan ultah. Begitu masuk lebih dalam ke dapur, Kimmy menjerit senang. Dan aku... apa sebutnya ya? Mem-batu?
Langit-langit dapur ditempeli benang-benang yang ujungnya ditempeli laba-laba, kupu-kupu, kumbang, kepik, capung, dan kecoa. Seriously, kecoa, cockroach. Semua warga creepy crawlies itu mainan mini-mini ukuran sekitar lima senti. Menggantung. Jijik banget pilihan dekorasi Dinan. Konyolnya Kimmy lompat-lompatan girang berusaha ambil serangga-serangga itu.
Aku melotot ke Dinan yang balik terkekeh. "Gue tahu Kimmy lebih suka serangga daripada little pony. Sorry gue menolak tawaran bantuan lo semalam," katanya. Dia mengedipkan sebelah matanya lalu menuju Kimmy yang seru di tengah-tengah juntaian serangga.
Okay, aku akui pilihan Dinan tepat. Ini pesta spektakuler versi Kimmy yang antimainstream. Sudah ratusan kali aku coba ganti kesukaan Kimmy terhadap Creepy crawlies masih saja dia balik suka bangsa hewan-hewan kecil itu.
"Happy birthday, Kimmy!" Seru Dinan yang sedang menggendong Kimmy. Dia menunjuk pada backdrop yang menempel di dinding. Backdrop dengan tulisan besar 'Happy Kimmy's Day' dan dibawahnya ada tulisan 'Ulang Tahun Ketiga Kimmy Andityo'.
"Konyol," desisku usai membaca tulisan itu namun senyumku urung berhenti malah makin lebar.
"Birthday Kimmy," kata Kimmy yang dibalas anggukan Dinan. "Birthday apa papa?"
Hatrick! Kimmy berhasil membuat serangan tidak terduga. Kepalaku langsung puyeng dan Dinan tersenyum kaku. Cukup bukti Dinan nggak cukup mengajarkan Kimmy soal kehidupan, sosial, dan self-esteem. Gimana dia kemarin masih berkeras tinggal di negara orang?
"Kimmy tidak tahu birthday? Birthday itu ulang tahun," kata Dinan yang aku tebak lagi mikir Kimmy eror soal bahasa.
"Apa uang taun?"
"Ulang tahun, nak." Dinan melirikku. Paham kodenya, aku pura-pura buang muka. Ogah banget kan ketimpaan urusan menjelaskan kayak gini. Biar Dinan kebagian jatah yang selama ini aku terima sebagai nanny dadakan Kimmy, ditanyai macam-macam.
"Perayaan kelahiran. Tiap orang lahir, setiap tahun tanggal kelahirannya disebut tanggal ulang tahun atau birthday. Perayaan ulang tahun disebut pesta ulang tahun. Sekarang papa, Ana, dan Kimmy sedang mengadakan pesta ulang tahun Kimmy," jelas Dinan lembut. Poin utama aku patut bangga sama Dinan sebagai sodara ya ini, lembut bertutur kata dan bersikap. Nurun bokap kayaknya. Nyokap mah judes.
"Pesta." Mata Kimmy mengerjap kayak ada bintang-bintangnya. Pertanda paham nih, tebakanku. Dinan menatapku, kayaknya dia berpikiran yang sama. Kita berdua saling lempar senyuman. Memang nggak bohong kalo didik anak ya harus sabar, see, Kimmy bisa paham yang dijelaskan Dinan.
"Mana cake pesta?" Teriakan Kimmy membuyarkan pemikiranku dan Dinan. Berbarengan kita lirik Kimmy yang meloncat turun dari gendongan Dinan dan mencomot birthday cake pakai tangan.
###
12/10/2020
Have a great day
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top