ANOK 22

ANoK 22 dalam;
Suntikan Mengejutkan


"Ada orang jahat yang pura-pura baik," sahut Dinan membalas ucapan Sandra.

"Makanya penting adanya pengawasan dari pihak keluarga terdekat. Paling baik seorang puteri diajak berbicara dengan ibunya. Anak laki-laki dengan ayahnya. Pendekatannya akan lebih baik. Women talks. Men talks. Biarpun dengan anak-anak, mereka punya daya tangkap yang baik. Mungkin prosesnya saja yang tidak bisa secepat orang dewasa karena mereka belum punya banyak pengalaman untuk dicompare dengan informasi dari orang tua. Hasil tidak pernah menghianati usaha kan mas?" Sandra tersenyum di akhir kalimatnya.

Ibunya. Dinan ingin tertawa miris. Selviana bukan tokoh yang ingin dimasukan dalam aspek penting kehidupan puterinya. Mengenalkan Selviana hanya sebagai satu syarat yang Dinan pikir diperlukan Kimmy suatu saat nanti. Setidaknya Kimmy akan tahu dia punya ibu seperti yang lain.

"Apa kamu bisa membantu pendekatan dengan Kimmy? Women talks itu?" Jika bukan ibu, asal perempuan, mungkin Sandra pilihan tepat. Perempuan ini punya cukup kualifikasi dengan anak-anak.

"Tidak bisa."

Jawaban Sandra yang cepat, mengejutkan Dinan. "Kenapa?"

"Saya memposisikan diri saya sebagai guru Kimkim. Orang boleh bilang guru adalah orang tua kedua tapi bukan berarti guru plek-plek sama dengan orang tua kandung. Saya di kelas berhadapan dengan dua belas murid dengan karakter berbeda. Jujur tiap anak butuh pendekatan yang berbeda-beda pula. Masalahnya saya dikejar waktu dan target belajar. Dibanding menjadi perempuan super yang bisa switch gesture sesuai kebutuhan anak-anak, saya membentuk pribadi saya sebagai ibu yang disiplin. Kadang saya bisa membaca gestur murid yang ingin bermanja-manja. Jika ada kesempatan, mungkin saya ladeni tapi tidak menjadi prioritas. Kalo satu anak ingin digendong, mana mungkin saya membiarkan sebelas murid saya yang lain menatap cemburu. Saya hanya punya sepasang tangan. Sementara ibu punya waktu eksklusif bersama anak. Bisa memanjakan anak. Pendekatan yang terbentuk akan lebih personal dan tepat sasaran."

Ucapan panjang Sandra diproses berulang dalam kepala Dinan. Dia tidak pernah mengira seorang ibu mengemban tugas sebesar itu. Lalu sebuah pertanyaan datang. Bagaimana bisa perempuan di seberang meja bisa memiliki pendekatan melebihi Selviana ke Kimmy? Karena waktu temu Sandra lebih banyak dibanding Selviana? Atau ada hal lain yang menjadi penguat alasan itu. Kimmy terlalu memuja Sandra, itu poin yang paling ditangkap Dinan.

"Saya pikir kamu yang paling cocok dengan Kimmy. Dia berubah banyak sejak jadi murid kamu," kata Dinan mengungkapkan pikirannya. Sandra menampilkan wajah tidak enak tapi Dinan menemukan suatu pencerahan di balik senyuman itu. "Apa kamu bisa menjadi ibu Kimmy?"

"WHAT?" Pekik Sandra spontan.

Mata mereka saling membesar dan menatap. Sama-sama terkejut. Sandra berdehem dan berkata gugup, "ayo, mas, kita makan. Nggak baik makanan dibuang-buang. Mubazir."

Lucu, pikir Dinan memperhatikan tingkah kikuk Sandraterburu-buru menghabiskan makanan di piringnya, lalu kabur pulang dengan alasan sudah cukup malam.

Langit sudah menggelap dan keramaian di bawah gedung apartemennya masih berlangsung. Entah kapan kemacetan jalan Sudirman akan mereda, Dinan tidak peduli. Matanya hanya menatap sambil lalu kepadatan itu. Ada sesuatu yang menggelayuti pikirannya.

Women talk, does it look really necessary for Kimmy?

***

Sepanjang malam merenung dan terbangun tepat dua jam tertidur, Dinan mengalami serangan migrain. Sementara kicauan di seberang telepon tiada henti. Hertyana tersayang terus berceloteh soal kencan yang diatur mamanya.

"Gue nggak suka, Din. Mama kelewatan banget ngenalin gue sama om-om gitu," dumel Ana.

Dinan menjauhkan ponsel dari telinganya dan menguap dengan leluasa. Masih jam empat pagi, Ana benar-benar tidak menggunakan otaknya saat men-dial nomor Dinan.

"Pokoknya lo balik ke mama, bahas soal rencana dia ke gue dan si om-om. Buat nyokap batalin rencananya. Gue bukan Siti Nurbaya."

Dinan memutar bola matanya. Kalau sudah berurusan kata 'mama', dia sudah punya pokok masalah sendiri. Ana tidak perlu menambahi dengan kasus perjodohan ala mama mereka.

"For your information, An. Gue dan mama nggak seakrab itu sejak sembilan tahun lalu. Mending lo telepon Mas Novan, mungkin dia punya solusi. Tapi gue, nothing," kata Dinan. Jarinya menekan ikon telepon merah.

Asal-asalan Dinan lempar ponselnya ke kasur, dia ikut melempar badannya. Sedikit meringis karena migrain.

Bagaimana dia akan menghadapi Sandra besok?

Waktu pun bergulir cepat, pagi datang sebelum Dinan mempersiapkan diri menghadapi Sandra. Mungkin satu-satunya yang dia perlukan adalah jujur.

"San," sapaan Dinan terpotong tepat ketika Sandra memegangi perutnya dan berlari ke kamar mandi. Dinan terkekeh, dia menuju kamar mandi tamu yang barusan dimasuki Sandra. Bahunya bersandar pada kusen pintu. Dia tahu Sandra menghindarinya tapi dia bukan seorang pria yang senang menunda dan tidak punya banyak waktu luang. Jika bukan pagi ini, mungkin nanti siang, dia akan mengajak Sandra berbicara.

"MISS SAN!" Kimmy mengetuk pintu kamar mandi tidak sabaran.

Sandra bertahan hampir setengah jam di sana, mau bagaimana lagi, dia bukan perempuan penuh ide hebat menghadapi pria semodel Dinan. Kamar mandi juga bukan benteng pertahanan dunia dari gempuran kalimat ajaib Dinan.

"Kamu perlu ke kamar mandi?" Tanya Sandra. Kepalanya menyembul dari balik pintu, matanya melirik kanan-kiri. Tampaknya tuan rumah sudah berangkat kerja dan Murni sedang sibuk di dapur.

"Miss San main apa di my bathroom?" Kimmy senang menamai semua ruang dan benda di unit dengan awalan my. My House untuk unit apartemen. My LED untuk tv layar datar 50' di ruang tengah. My room untuk kamar tidur papanya. My couch untuk sofa abu-abu pudar di ruang tengah . Dan My My lainnya.

"Miss Sandra sedang poop," bohong Sandra. Cengirannya ditanggapi sambil lalu oleh Kimmy. Balita gembil itu berlari ke ruang tengah, tayangan Disney Princess memanggilnya.

"Papa bilang, Miss San ada main di My Bathroom," kata Kimmy saat Sandra ikut duduk di sampingnya.

"Main apa?" Keringat mulai keluar dari pori-pori Sandra. Bukan main yang mature content kan?

"Main hide and seek. Miss San mau papa catch you."

"Hah?"

"Kenapa ajak aku nggak?" Kimmy berdiri, kedua tangannya berada di pinggang. Alisnya mengerut diikuti bibir yang mencuat ke depan. Berpose kesal saja balita satu ini masih menggemaskan.

"Apa kamu bisa menjadi ibu Kimmy?"

Wajah Sandra mendadak panas. Bisa-bisanya dia mengingat lelucon yang dilempar Dinan. Mana mungkin pria dengan kesempurnaannya itu melamar dirinya. Jika benar, pasti tidak jauh dari alasan dia butuh pengasuh Kimmy yang berstatus legal 'istri'.

Sandra belum buta untuk sadar kebutuhan pria itu sejauh ini berputar pada sosok Kimmy. Nyatanya, dia perempuan yang mudah saja tergoda apel beracun yang jatuh di depan muka. Kualifikasi Dinan melebihi harapannya, diimbuhi kepalanya yang berisi pikiran realistis hasil tempaan Jakarta mengirim pesan, 'tangkap'. Kegundahan datang, siapa perempuan bodoh yang akan menerima lamaran bak banyolan dari pria yang baru dikenalnya?

"Maaf, Miss Sandra tidak main hide and seek. Perut Miss Sandra sakit." Sandra meremas baju bagian perutnya, memvisualisasikan kesakitan di area situ.

Kimkim diam. Dia berlari ke My Room dan kembali dengan sebuah pulpen mekanik. Belum sempat Sandra berpikir apa yang hendak diperbuat Kimmy, bayi gemuk itu menusukan pulpen ke lengan terbukanya.

Tuk!

"AUW!" Sandra memekik kesakitan. Lengan kirinya memerah, akibat tusukan pulpen Kimmy. Airmata sudah menggenang. Ngilu sekali saat ujung pulpen yang ramping mengenai lengan. Saat dia memungut pulpen mekanik itu, betapa terkejut mengetahui ujung pulpen berukuran 0,25. Cukup lancip untuk membuat kulitnya memerah.

Kimmy berdiri tegang di dekat tv. Wajahnya menggambarkan dia sadar kesalahannya. Yang Sandra lakukan adalah melambai memanggilnya. "Kenapa Kimkim tusuk Miss Sandra dengan pulpen?" Tanya Sandra selembut mungkin. Mengurangi tekanan pada Kimmy.

"Aku suntik Miss San sakit," jawabnya polos.

"Dengan pulpen?" Sandra berusaha keras tidak menunjukan emosinya. Walau lengan kirinya sangat kesakitan.

"I have no doctor aid stuff." Apa korelasi doctor aid dan pulpen? Kimmy berperan menjadi dokter, sempurna. Dia mengganti suntikan dengan pulpen.

"Kalau kamu mau suntik, seharusnya bilang dulu. Miss Sandra kaget dan suntikan kamu malah membuat Miss Sandra kesakitan. Dokter biasanya memberi tahu pasiennya kalau mau disuntik, Kim."

"O!" Bibir Kimmy membulat. Semua emosi Sandra luntur melihat betapa polos muridnya ini.

Anak dan papa benar-benar nggak jauh beda. Tahu banget caranya mengejutkan orang, pikir Sandra.

Dan sepanjang hari, Sandra mengacuhkan telepon Dinan. Sebenarnya hanya tiga kali telepon Dinan tapi Sandra merasa pantas mengakui kemampuannya menolak kesempurnaan pria itu. Kapan lagi ada bebek buruk rupa bisa menolak permainan angsa cantik, kecuali Sandra Maulidya.

###

Kita bakal kenalan sama om handsome Kimkim niii...

Btw, aku kasih kalian versi rough anok di wattpad. Kalo kamu bingung mau beli ytms ato anok karena mikir 'boros banget beli 2, toh isinya sama aja', kamu bakal nyesel sih. ANOK punya perbedaan dengan YTMS. Baik POV yang dipakai, juga cerita di luar YTMS. Kalian udah baca sendiri kan resep kece Papa Di bikin puding roti. Apa cerita itu ada di YTMS? Gak, kan? Di versi buku ANOK juga aku bakal ajak kalian kenalan sama om Kimkim yang gak pernah reveal selama ini 😚 di ytms pun gak pernah disinggung loh si om ini.

Syapa ya???? Bisa tebak???

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top