ANOK 20
ANoK 20 dalam;
Chef Dinan dan Chef Kimmy
Sabtu dan Minggu adalah hari libur bagi Sandra, Murni, dan Yadi bekerja. Artinya, selama akhir pekan Dinan bertugas menjaga Kimmy. Bukan pekerjaan sulit. Sewaktu masih tinggal di NY pun Dinan punya tugas mengasuh Kimmy tiap akhir pekan. Lizzy libur dan Ana mengaku butuh Me Time. Dinan tidak mau tahu apa Me Time yang dimaksud Ana, asal adiknya tidak mengonsumsi narkoba dan seks bebas. Soal minuman beralkohol, dia tidak heran jika satu dua kali Ana meminumnya. Dinan percaya satu hal, Ana takut jika dia mengadukan kelakuan mabuk-mabukan kepada Novan yang berujung pemblokiran kartu kredit, sehingga Ana tidak akan minum melebihi kemampuannya.
Membayangakan Ana, Dinan jadi menduga-duga apa yang tengah dikerjakan gadis itu. Menghabiskan uang di salon? Menonjok molester di tempat umum? Atau berpura-pura menjadi pacar dari temannya yang gay? Dinan angkat tangan soal Ana.
"What we do today?" Kimmy melompat ke kasur. Sengaja melipat kakinya di sebelah Dinan yang memangku macbook. Akhir pekan waktunya Kimmy tapi bekerja sedikit, memeriksa satu-dua file bukan bagian dari kejahatan kan? Demikian isi pikiran Dinan tiap membuka email kerjanya yang jebol di Sabtu pagi.
"What will we do today? Hmm..." Dinan belum punya rencana. Pergi ke mall, semudah memencet lift turun ke bawah. Menyenangkannya tinggal di apartemen yang menyatu dengan pusat perbelanjaan. Baru semalam mereka makan malam di mall, bisa saja Kimmy bosan.
Kimmy memainkan selimut yang masih berantakan di atas kasur. Tidak satu pun dari mereka berdua yang sudah mandi. Jam menunjukan pukul sepuluh, kegiatan mereka sepanjang pagi hanya menikmati sarapan delivery sambil menonton Finding Nemo untuk ke- entah berapa ratus kali.
"Bagaimana kalo ke Ragunan? Taman burung? Atau..."
Suara hembusan angin disusul sambaran petir dan awan gelap mengalihkan Dinan dan Kimmy. Percakapan mereka terhenti. Pemandangan di luar jendela kamar berubah drastis.
"Kayaknya kita nggak bisa keluar," kata Dinan. Bahunya mengendik diikuti helaan napas. Kimmy menirukannya, mengendikan bahu sambil menyandarkan punggung ke tumpukan bantal yang dijajarkan pada headband kasur.
"So what we do?" Tanya Kimmy yang sudah merasa bosan berdiam di dalam kamar. Dia sudah mengabsen mainan creepy crawlies seperti yang dilakukan Sandra saat mengabsen murid-muridnya. Dia sudah memakai bedak bayi di seluruh muka dan tangannya agar terlihat cool, bedak yang bertahan selama lima menit karena terhapus oleh kesenangannya berguling-guling di kasur.
"Mau masak sesuatu?" Ide yang terlintas.
Wajarkan jika hujan dan perut mendadak lapar. Dinan terpikirkan indomi dan telur, pasti lezat. Sesekali Kimmy makan mi instan, pikirnya. Dia yang berkeras Kimmy tidak boleh tumbuh sebagai anak makanan instan dan micin tapi dia juga yang mengubah pikiran.
"MAU!" Makanan selalu membahagiakan dan Kimmy senang.
Mereka meninggalkan kasur yang nyaman menuju dapur. Kimmy berlari duluan, berinisiatif membukakan pintu kulkas untuk papanya. Sangat baik!
"Masak. Ayo. Papa," kata Kimmy terpotong-potong. Kepalanya masuk ke dalam kulkas yang sebagian besar diisi camilan dan camilan.
Dinan menunduk, memperhatikan isi kulkas dua pintu mereka yang ... bagaimana menggambarkannya, tidak layak? Terlalu penuh camilan? Tidak ada bahan masakan? Tiga detik berikutnya Dinan menepuk dahinya, teringat perkataan Murni bahwa bahan masakan habis dan hanya ada camilan.
Siapa yang butuh makan es krim, bolu, donut, cake in the jar, dan buah-buahan saat hujan?
"Pudding," kata Kimmy menarik sebuah piring dari kulkas. Tangannya tergelincir piring yang dingin, hingga lepas dan piring beserta isinya jatuh. "My pudding," lirih Kimmy berduka.
"Nggak apa-apa, Kim. Kita bisa buat lag-"
"Buat lagi, papa." Mata permohonan Kimmy membekukan Dinan. Dia awalnya mau bilang, 'buat lagi nanti'. Kalau wajah bayinya menyendu begini, dia bisa apa.
"Oke, kita buat puding. Coba kita cek bahan-bahannya." Dinan memeriksa ulang kulkas, lalu laci kabinet penyimpanan. Yang dia temukan hanya sebungkus kare instan. "Tunggu di sini," pinta Dinan. Baru selangkah bergerak, dia kembali berkata, "don't touch anything or we won't cook pudding."
"Aye aye aye, papa!" Kimmy meletakan tangan kanannya di dahi, membentuk pose salute. Dinan terkekeh sebelum berlari ke dalam kamar. Dia kembali membawa ipad.
Sepuluh menit berselancar di internet, Dinan memutuskan membuat puding roti tawar. "Jadi rebus susu cair, gula dan vanili bubuk," gumamnya sambil membaca resep. Dia meletakan satu panci kecil dan memasukan susu yang sudah ditakar menggunakan gelas dua tangkai Kimmy. Disusul gula dan vanili bubuk. Api dinyalakan. Kimmy menatap takjub pada gerak-gerik papanya.
"Aduk terus sampai gulanya larut. Masukkan potongan roti tawar ke dalam rebusan susu." Dinan kembali membaca resep. Dia memasukan potongan roti ke dalam panci.
Kimmy membuka kulkas, mengambil kotak bolu pandan. "Ini papa," katanya sambil mengangkat kotak bolu. Alis Dinan naik lalu dengan santai dia terima bolu itu. Beberapa potong bolu masuk ke dalam panci. Bolu dan roti sejenis kan? Tanya Dinan dalam hati.
"Aduk kembali sampai roti benar-benar hancur dan lembut." Dinan mengaduk isi dalam panci menggunakan sendok.
Kimmy senang menonton aksi papanya memasak. Papanya selalu menerima masukannya dalam memasak, tentu Kimmy sangat merasa dihargai. Dinan sendiri bukan pribadi yang ambil pusing, di saat orangtua lain khawatir anaknya dekat kompor, Dinan malah sengaja menggendong Kimmy agar bisa mencoba mengaduk isi panci.
"Tambahkan margarin," kata Dinan membaca menu di layar ipad. "Kim, kita punya margarin?"
"Ada." Kimmy membuka kulkas. Dia mengambil mentega, margarin, selai keju, keju cheddar, dan slice keju. Margarin rasanya gurih, mentega juga gurih, selai keju juga, cheddar juga, slice cheese juga. Tidak berbeda kan.
Satu-satunya tanggapan Dinan atas bantuan Kimmy adalah bertepuk tangan. Dia melihat satu per satu kemasan dan memilih kotak margarin. Kimmy membuka kemasan keju cheddar. Maunya, Dinan menolak tapi dia juga suka keju. Oke, kita tambahkan keju.
"Tambahkan telur." Dinan menuang tiga butir telur dan terus mengaduk isi dalam panci. Dia terlambat menyadari ketidaktelitiannya membaca panduan resep. Semestinya mengocok telur di wadah berbeda baru dimasukan ke dalam panci. Sudah terlanjur.
"Tuang isi panci ke dalam wadah anti panas lalu panggang." Isi panci dituang ke dalam wadah anti panas. Dia membantu Kimmy naik ke stool kitchen agar bisa menaburkan kismis. Kimmy memanfaatkan kesempatan dengan baik. Bukan hanya kismis, Kimmy juga meletakan chocochips ke dalam wadah.
"Apa rasanya bakal enak?" Gumam Dinan penuh kesangsian.
Setengah jam kemudian puding mereka telah matang. Kimmy tidak sabar mencicipi hasil masakannya dan papa. Dinan memotong-motongnya lalu meletakan satu bagian ke piring Kimmy.
"Hot!" Seru Kimmy yang kepanasan saat berusaha mencomot puding itu.
"Masih panas, belum bisa dimakan. Apa kita taruh di kulkas dulu?" Dan satu ide baru datang. Dinan menuju kulkas dan mengambil satu kotak es krim. "Kita nggak punya vla puding jadi kita pakai es krim sebagai pengganti."
"WOW!"
"Happy eating," kata Dinan setelah memberikan dua scope es krim ke atas puding Kimmy.
"Happy eating!" Satu suap dan Kimmy berseru, "Enak!"
Here it is, puding roti plus bolu ala Chef Dinan dan Chef Kimmy selesai. Silakan mencoba menu ala mereka di bawah ini.
Bahan-bahan:
・roti tawar 4 lembar
・bolu pandan 3 potong
・300 ml susu cair putih
・gula pasir 3 sendok makan
・3 butir telur ayam
・30 gram margarin
・keju sesuka hati Dinan
・1/4 sdt vanili bubuk
・kismis satu genggaman Kimmy
・chocochips sesuka Kimmy
Cara memasak:
Bisa diikuti dari langkah-langkah yang sudah dilakukan Dinan. Beberapa variasi tidak akan memengaruhi rasa kecuali yang memasak tidak punya bakat masak.
(Dikutip dari resep rahasia Dinan&Kimmy)
###
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top